"Jadi, sudah berapa bahasa yang kau kuasai?" Wanita bersurai legam lurus ke belakang itu bersuara, dengan kedua alis terangkat memandangi Anna yang duduk tepat di hadapannya.
"Dua belas." Anna menyesap latte nya, lantas meletakkan kembali cangkir itu ke atas meja. Menatap lawan bicara, ia menghela pelan. "Basa-basi yang bagus untuk memulai percakapan." Ia merotasikan matanya. "Memancingku untuk menyombongkan diri, Caroline?"
Yang dimaksud justru tertawa kecil. Dipalingkannya wajahnya ke arah luar jendela cafe. Diam sejenak menatap lalu lalang para pejalan kaki diluar sebelum mengembalikan pandangan pada gadis di hadapannya. "Kau bisa memanggilku Min Eli disini."
Min Eli. Anna sontak mendengus lucu, menahan diri untuk tak melontarkan tawanya. "Lantas, apa aku harus memanggilmu Fatra kalau kita bertemu di Granada dan Sakura di Jepang? Berapa nama yang kau punya? Kau membuat nama di setiap negara yang kau singgahi?"
"Memang harus begitu." Min Eli tertawa kecil menanggapi kalimat Anna yang penuh keheranan, wanita itu menyesap ice americano nya sebelum kemudian menghela pelan. "Itu bagian dari caraku bekerja."
Mendengar itu membuat Anna kemudian memijat pangkal hidungnya. "Aku memang berteman dengan kriminal."
"Apa maksudmu?"
Anna mendapat tatapan tak setuju yang dilemparkan Eli padanya, lamtas gadis itu mengidikkan bahu dan mengalihkan pandangan. "Menurutku sassaeng itu kriminal, dan yang kau lakukan pada gadis bernama Kim Ah Reum itu juga kriminal kok."
"Masih saja menyebutku sassaeng." Eli mendengus, menyesap minumannya dan meletakkan kembali gelas itu ke atas meja. "Aku membiarkan semua orang menyebutku seperti itu. Tapi, Anna Choi, aku hanya tangan kanan mereka. Bukan bagian dari mereka."
Anna menatap lamat wanita di hadapannya, menautkan kedua alis tidak mengerti mendengarnya.
"Mereka membayarku untuk mengumpulkan informasi, mengawasi, sampai menjauhkan idola mereka dari perempuan-perempuan yang terlihat dekat dengan mereka."
Anna tampak berpikir sejenak, menyerap penjelasan yang diberikan Min Eli padanya.
Sebenarnya Min Eli tidak akan membocorkan hal seperti ini. Tapi, karena Anna adalah temannya. Ya, sudahlah. Wanita bersurai legam itu kemudian membuka mulut dan melanjutkan. "Masalah Charlotte dan Rachel yang kau bicarakan padaku di telfon juga bagian dari itu kok."
"Bagaimana?" Anna menatap meminta penjelasan.
"Para sassaeng itu heboh sekali begitu tahu seorang gadis seperti Rachel menjadi manager grup kesayangan mereka. Kau tahu kan mereka seperti apa?" Min Eli menjeda sejenak kalimatnya, ia menghela pelan sebelum melanjutkan. "Aku memanfaatkan kasus itu, bekerja sama dengan Ellen, memberitahu orang tua Rachel, dan membuatnya pergi jauh dari sini. Aku sih tidak peduli dengan kematian kakakku itu." jelas Eli lalu tertawa kecil membicarakan bagaimana ia bekerja. "Para fans fanatik itu memang menggelikan."
Sementara Anna yang mendengarkan dengan seksama mengangguk mengerti dengan penuturan yang keluar dari mulut Eli. Dia tidak tahu kalau ternyata ada sassaeng fans yang seperti itu.
"Kukira kau betulan fans fanatiknya Lee Jeno." Anna bergumam namun masih dapat terdengar di telinga Min Eli membuat wanita itu mendengus lucu sebelum Anna kembali membuka mulut. "Jadi, kau hanya mengumpulkan informasi kan? Tidak suka dengan mereka? Tidak berniat terlibat maksudku."
"Awalnya sih begitu...." Wanita itu tampak berucap ragu, tak lama senyum kecil terulas pada wajahnya. "Tapi, Huang Renjun manis juga."
"Jangan dekati dia!" Sontak Anna melebarkan mata, menaikkan nada suara di hadapan Eli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔