Mirae menelan saliva, menahan diri agar napasnya tak menderu dan mengeluarkan emosi percuma. Dipandanginya ibunya di hadapannya yang tiba dari Amsterdam pagi ini tanpa ada berita.
Menyambut dirinya yang baru datang setelah keluar bersama Kim Ah Reum barusan. Menatapnya penuh intimidasi, dengan sedikit raut kecewa disana seusai menghadiahi Mirae beberapa kalimat yang sarat akan emosi, menghujam tepat padanya.
Tanpa memberikan Mirae celah untuk berbicara, bahkan untuk sekedar duduk dan berbicara baik-baik sekalipun. Wanita paruh baya berparas Eropa di hadapannya masih saja menatap menghakimi, kendati seluruh kalimat yang dikeluarkan benar-benar telah berakhir. Pun mengetahui bahwa ibunya juga jelas menahan emosi.
"Ibu datang dari Amsterdam kesini hanya untuk menghujamku dengan hal itu?" Suara Mirae terdengar nampak tertahan. "Ketika aku berusaha mati-matian untuk lari? Tidakkah ibu tau aku yang paling tertekan disini?"
Mendengar balasan dari anaknya, membuat wanita itu menatap tak percaya. "Sekarang kau berani menjawab perkataanku?"
Pertama kalinya memang ia menjawab ketika ibunya berbicara serius padanya. Tapi, disahuti seperti itu? Mirae benar-benar tak habis pikir
Apa sebagai anak bahkan tidak punya hak untuk membela diri?
"Anak ini benar-benar —-"
Persetan.
Kakinya langsung berbalik dan melangkah tanpa diperintah. Di abaikannya ibunya yang berseru di belakang sana.
"Rachel!"
Ia abaikan semua, menutup kasar pintu rumah dan pergi darisana. Ia tak tahan, benar-benar tidak tahan. Kalau terus-terusan disana mungkin juga tak bisa menahan diri untuk berteriak dan membentak kasar.
Sudah cukup terkejut wanita itu tiba-tiba berada disana, menjadi jengkel tatkala semuanya dikuak habis tanpa sisa, Mirae benar-benar tak tahan. Langkahnya semakin cepat tatkala keluar dari pekarangan rumah.
Berhenti sejenak, netranya menemukan Ellen yang baru saja turun dari mobil disusul Jaemin yang juga ikut turun dari sana.
Terus saja ia melanjutkan langkahnya kemudian, tidak ada niat untuk penasaran mengapa keduanya disini bersama, menampik rasa heran, mengabaikan Ellen dan Jaemin yang sempat melihatnya dan memanggil-manggil namanya disana.
Menulikan telinga, ia benar-benar mengabaikan sampai mendapati diri keluar dari areal tempat tinggalnya dan kini sampai di trotoar jalan.
Tangannya terangkat memberhentikan taksi yang kebetulan lewat.
Begitu taksi tersebut berhenti tepat di hadapannya, segera ia membuka pintu dan naik ke dalam sana. Langsung memberitahukan tempat tujuan, sebelum menyandarkan diri dan mencoba tenang.
Walaupun ia tau tidak akan bisa tenang sementara kata-kata yang dilontarkan ibunya tadi terus berputar dalam kepala.
"Wanita psikopat," gumamnya pelan, melemparkan pandangan ke arah luar jendela.
***
Disana, Ellen dan Jaemin saling pandang kebingungan melihat Mirae yang terlihat buru-buru pergi. Bahkan tanpa mobilnya.
"Kenapa dia?" Jaemin masih menatap kebingungan.
"Ya, mana kutahu."
Perhatian keduanya lantas teralihkan ketika melihat Anna yang buru-buru melangkah keluar dari rumah, menyambut Ellen dan Jaemin dengan tatapan yang tak dapat diartikan sebelum gadis bersurai cokelat itu membuka kedua mulut bersuara. "Lihat Rachel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Manager ✔✔
Fanfiction[Sequel of Manager || NCT Dream] ___ Choi Mirae melanjutkan kembali kehidupannya sebagai Choi Rachel di negaranya setelah dengan berat hati meninggalkan Seoul dan pekerjaannya sebagai manager. Completed ✔