Chapter 60

211 35 0
                                    

Gina suka menyanyi dan hanya mereka yang suka menyanyi yang mengerti perasaan Gina tentang kenapa ia suka menyanyi dan seberapa sering ia menyanyi setiap hari.

Sebelum tidur, Gina biasa menyanyi. Saat bangun tidur pun, Gina awali pagi dengan menyanyi. Saat perasaannya senang, Gina akan menyanyi. Begitu pula saat saat ia sedih.

Pokoknya ketika ia hening-hening saja, maka Ibu atau Nana pasti akan bertanya, "Tumben nggak nyanyi."

Yah, meskipun sebenarnya ia hanya lupa menyanyi saja saat itu.

Gina suka menyanyi dan musik bukan tanpa alasan tapi bisa dibilang karena ada pengaruh Papanya. Papanya dulu adalah seniman kampung yang pensiun setelah menikahi Mamanya.

Dulu, setiap hari Papanya selalu memutar lagu-lagu berbagai genre mulai dari klasik sampai modern dan membuat Gina secara alami ikut bernyanyi saat mendengar lagu yang diputar Papanya nyaris setiap saat. Jadi bisa dibilang kalau hobi menyanyinya tidak lepas dari campur tangan sang Papa.

Walau sejak kecil Gina suka menyanyi namun pertama kali ia menyanyi di depan umum adalah saat acara pentas seni di SMA nya dulu. Ia secara tidak sengaja ditunjuk menjadi perwakilan kelas untuk menyanyi dan tampil di panggung karena ia satu-satunya siswa yang tidak mengambil peran apapun entah itu menari, teater dan melukis.

Namun sejak saat itu, Gina jadi lebih berani tampil di depan banyak orang. Bahkan beberapa tetangganya mulai memangggilnya menyanyi di acara-acara kecil seperti acara ulang tahun dan hajatan dengan atau tanpa bayaran. Lama-lama Gina mendalami perannya menyanyi di depan umum dan berkat bantuan Yuli, ia kini bisa menjadi Wedding Singer meski hanya sekadar freelance saja.

Bayarannya memang tidak akan membuat Gina jadi miliarder muda namun bayaran bukan nomor satu bagi Gina tapi menyayi adalah satu-satunya hal yang ia sukai dan membuat ia bahagia. Terlebih, melakukan hobi sekaligus bekerja adalah impian semua orang, kan? Pekerjaan jadinya tidak akan membosankan.

Makanya saat Ferdi menawari akan memperkenalkannya dengan pemilik agensi, Gina mau-mau saja karena hal itu pasti akan sangat membantu karirnya di masa depan. Itu bisa menjadi batu loncatan bagi Gina untuk bisa lebih dikenal lagi. Namun harapannya tidak sesuai realita karena ternyata Ferdi bukanlah laki-laki baik seperti yang Gina kira.

Ya ampun, mengingat kejadian itu langsung membuatnya menghela napas. Gina berjanji akan berhati-hati lagi agar kejadian seperti waktu itu tidak menimpanya lagi.

"Tama emang sakit apa?" Tanya Gina sambil menjinjing keranjang buah yang ia beli di depan rumah sakit tadi.

Mereka saat ini berjalan di lorong rumah sakit sambil mencari kamar tempat di mana Tama dirawat. Tadi Ryan menginfokan di grup kalau Tama dirawat di rumah sakit jadi mereka berencana menjenguk Tama.

"Kecelakaan tadi pagi. Katanya nabrak pohon di kompleks rumahnya." Jawab Ryan seadanya.

"Kok bisa?" Gina bertanya lagi.

"Namanya juga kecelakaan, Gin. Nggak ada yang bisa tahu kenapa bisa kejadian." Ariel yang menjawab pertanyaan Gina.

Uki yang menemukan kamar rawat Tama langsung menunjukkan kepada Gina dan yang lain.

"Coba lo cek dulu! Beneran kamar Tama atau bukan." Suruh Ariel. Uki tanpa basa-basi langsung membuka pintu kamar tersebut dengan pelan untuk memastikan yang berada di dalam sana adalah Tama dan mereka tidak salah masuk kamar rawat orang lain.

"Bener! Tama di dalam sama Nyokapnya." Sahut Uki setelah mengintip dari celah kecil pintu.

"Ya udah sih! Ayo masuk. Ngapain ditutup lagi?" Keluh Gina karena Uki kembali menutup pintu meski sudah ia pastikan secara langsung bahwa Tama ada di dalamnya.

Sing Me A Love Song (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang