Chapter 71

16 2 0
                                    

Apartemen Rangga masih bersahabat dengan kata 'berantakan' meskipun tidak lebih berantakan dari saat Gina dipaksa jadi tukang bersih-bersih beberapa waktu silam untuk mencari kalung miliknya. Sekarang jam 9 malam dan Gina tidak tahu kenapa mengiyakan saat Rangga mengajaknya ke apartemen. Mungkin karena ia merasa bersalah sudah membohongi Rangga tadi pagi. Selain itu, Gina pikir mereka memang butuh waktu untuk menyesuaikan diri satu sama lain. Hubungan mereka terlalu mendadak bahkan bagi Gina sendiri.

"Mas Rangga nggak pernah cuci piring yah?" Kata Gina setelah menuang sabun cuci piring kedalam wadah kecil lalu dicampur air secukupnya. Gina bukan perempuan yang pintar mengerjakan pekerjaan rumah tangga jadi ia harus berhati-hati agar tidak memecahkan piring dan gelas Rangga.

"Nggak." Jawab Rangga enteng padahal Gina sedang menyindir bukannya serius meminta jawaban.

Gina membuang sisa-sisa makanan kedalam kantongan sampah dan membilas piring itu, "Ini piring udah berapa hari nggak dicuci sampai lumutan begini sih?" Omelnya lagi.

Gina menjauhkan wajahnya sambil menahan napas. Tumpukan piring itu sudah mulai menguarkan aroma tidak sedap. Untung saja Gina tidak menemukan ulat atau belatung atau ia akan lari terbirit-birit.

"3 hari? Atau 4 hari mungkin?" Rangga menjawab tidak yakin lalu melanjutkan, "Kamu nggak perlu nyuci. Aku nggak ngajak kamu ke sini buat nyuci piring. Besok aku akan panggil tukang bersih-bersih kok." Kata Rangga. Setiap dua kali seminggu ada orang dari agensi rumah tangga yang selalu datang membersihkan apartemennya dan harusnya hari ini adalah jadwalnya namun barusan ia menerima pesan dari admin agensi tersebut bahwa stafnya sedang sakit dan tidak ada karyawan lain yang bisa menggantikan. Sepertinya Rangga harus mencari agensi lain yang lebih profesional dan bisa memberikan banyak solusi untuk masalah kecil seperti itu.

Sehabis menyanyi di Kafe, Gina meminta Rangga mengantarnya pulang. Gina keluar dari kafe diam-diam karena tidak ingin ketahuan pulang diantar Mas Rangga. Gina belum memberitahu siapa-siapa terkait hubungannya dengan Mas Rangga, baik anak-anak Corner maupun Bobby tapi Rangga mungkin saja sudah memberi tahu Bobby tentang mereka. Makanya dari tadi Bobby senyum-senyum terus kalau melihat Gina. Gina tanya kenapa si Bobby malah diam-diam saja sambil bilang, "Nggak kenapa-napa."

Kalau Bobby yang bilang, 'Nggak kenapa-napa.' Itu tandanya si Bobby ada tahu sesuatu. Kerlingan mata penuh misteri sangat menakutkan. Mau bercanda saja rasanya tidak berani jadi Gina berubah jadi pendiam dan penurut di depan Bobby.

"Masa begini doang pakai sewa jasa orang segala? Kan bisa dikerjakan sendiri. Nyuci piring, kan gampang apa lagi nyapu." Balas Gina sok bijak padahal di rumahnya sendiri ia jarang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ini.

"Iya-iya. Gampang." Balas Rangga dengan wajah lempengnya. Ia tidak benar-benar yakin dengan jawabannya. Gina hampir lupa kalau Rangga pada dasarnya adalah pemilik wajah lempeng.

Gina menyipitkan mata, "Aku kira Mas Rangga tipe cowok super bersih yang sama sebutir debu nempel di atas meja aja nggak betah dibiarin ternyata hobi Mas Rangga ngoleksi piring kotor."

Mas Rangga itu berpenampilan rapi, bersih dan wangi jadi menurut Gina, ia tidak akan menemukan sebutir debu di apartemennya.

"Itu bukan hobi. Aku cuma nggak sempat nyuci aja. Aku sibuk. Lebih praktis memakai jasa bersih-bersih. Lagian aku nggak terlalu sering pakai dapur." Rangga dulu tinggal di rumah sendiri dengan Papa dan Mamanya lengkap dengan asisten rumah tangga yang stand by dengan pekerjaan rumah dan itu mungkin menjadi alasan Rangga lebih mempercayakan urusan seperti itu kepada orang lain.

"Terus kenapa Mas Rangga tinggal sendiri kalau nggak bisa ngerjain pekerjaan rumah? Untuk alasan mandiri kayaknya udah terlambat deh buat belajar mandiri. Mas Rangga, kan udah 33 tahun."

Sing Me A Love Song (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang