Chapter 36

247 38 1
                                    

Menurut pesan yang ia terima pagi ini, Rangga setuju menemuinya di Poppy jam 5 sore. Setelah membaca pesan itu, barulah Gina bisa tenang dan bernapas lega pasalnya semalam ia menunggu konfirmasi dari Rangga tapi manusia kutu(b) itu tidak kunjung memberikan konfirmasi.

Untungnya Manusia kutub itu masih punya sedikit hati nurani karena bersedia datang.

Gina lantas menghubungi Tante Minjung dan memberitahu kabar bahagia itu. Tidak lupa ia menyiapkan jaket mahal Rangga yang sudah ia cuci baik-baik. Selain itu Gina juga menggunakan banyak pewangi biar Rangga mabuk saat menghirupnya. Rasain.

"Mas Rangga apa kabar?"

Rangga terdiam beberapa saat tepat saat Gina menanyakan kabarnya. Ia menyilangkan kedua lengannya sambil menatap Gina.

"Lumayan. Kalau lo? Sehat?" Tanya Rangga balik. Wajar Rangga bertanya sebab Gina kelihatan memaksakan senyum dengan sorot mata cemas.

"Hah?" Kini giliran Gina yang tercengang, "Kayaknya sih, baik." Lanjutnya. Tidak tahu untuk beberapa menit ke depan. Sambungnya dalam hati. Bola matanya beberapa kali bergerak ke sana kemari tidak tentu arah.

Rangga masih menganggap ada sesuatu yang janggal dengan Gina. Selain kelihatan gugup, Gina juga kedapatan beberapa kali memeriksa hape, "Lo nggak ngerasa aneh nanya kabar gue?"

Gina mendongak dengan mata melebar, "Emangnya aneh?"

Rangga mengangguk. Entah apa maksudnya.

"Tuh, kan. Gue pikir juga apa? Pasti aneh banget." Ujar Gina sambil menunduk

Seharusnya ia tidak perlu menanyakan kabar Rangga segala. Melihat Rangga datang dengan penampilan paripurna-nya sudah menunjukkan bahwa keadaan Rangga lebih dari baik. Lagian mereka juga tidak pernah saling menanyakan kabar saat bertemu.

Maafkan Gina. Ia hanya sedang gugup saja dan tidak tahu harus bicara apa sampai tante Minjung datang. Ia juga tidak bisa langsung mengembalikan jaket Rangga atau Rangga akan cepat pulang sebelum bertemu dengan Mamanya.

"Jaket gue mana?" Tanya Rangga akhirnya saat Gina bengong cukup lama. Mungkin saat ini Gina sedang banyak pikiran makanya sedikit aneh, pikir Rangga. Saking anehnya perempuan ini menjadi perempuan pendiam dan tenang.

"Hah? Jaket?" Gina membulatkan matanya. "Jaket Mas Rangga, yah?" Jaket yang ia simpan ke dalam paper bag itu ia letakkan persis di bawah mejanya.

"Lo beneran sehat, kan? Kenapa lo tegang dan gugup kayak gini? Gue cuma nanyain jaket doang. Mana jaket gue?" Sambung Rangga sambil meletakkan kedua sikunya di atas meja.

"Mas Rangga buru-buru?" Tanya Gina lagi. Bisa gawat kalau Rangga mau pulang sekarang.

Rangga mengerutkan dahi lantas melihat jamnya yang sudah menunjukkan pukul 5 lewat 15 menit, "Nggak juga sih, tapi gue mau mampir ke apotek dulu beli obat maag, takut kelupaan." Kata Rangga.

"Mas Rangga sakit lambung?" Pertanyaan yang bisa mengulur waktu. Bagus, Gina.

"Iya. Buruan jaket gue." Ia menandaskan kopinya lalu melanjutkan, "Sekalian gue antar lo pulang." Kata Rangga. Lagi pula hari ini ia memakai mobil dan bukan motor yang Gina sebut motor aneh.

"Gimana kalau kita duduk di sini dulu 5 sampai 10 menit lagi? Mas Rangga nggak ngerasa hari ini suasana kafe ini bagus banget nggak?"

Kerutan di dahi Rangga semakin dalam, "Lo kenapa sih sebenarnya? Sumpah lo aneh banget." Rasanya sedikit canggung saat tiba-tiba Gina memintanya tetap di sini 10 menit lagi apa lagi membawa-bawa suasana kafe segala.

"Saya minta maaf sama Mas Rangga."

"Minta maaf buat?" Sungguh. Rangga benar-benar tidak mengerti dengan situasi ini. Untuk apa lagi minta maaf.

Sing Me A Love Song (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang