Chapter 50

325 34 2
                                    

Rangga gagal paham.

Saat Bobby bilang akan memanggil anak-anak yang lain untuk datang ke acara yang ia sebut pesta rumah baru, yang Rangga kira hanya Tian seorang yang akan datang, rupanya salah. Ternyata yang Bobby maksud adalah Kiky, Ryan, Ariel, Uki, Tama dan juga Gina.

Iya, Gina yang berada di posisi paling belakang sehingga nyaris terlewatkan oleh Rangga saat ia nyaris menutup pintu. Rangga salah, tidak ada Tian serta istrinya seperti dugaan sebelumnya karena rupanya mendadak Rena tidak enak badan jadi pasangan itu tidak jadi bergabung. Itu yang Bobby katakan.

Apartemen tipe studio yang pada dasarnya memang terbilang sempit semakin tambah sempit saat mereka semua memenuhi ruangan. Untungnya Rangga tidak terlalu cepat membeli furniture lain, kalau iya maka tidak terbayangkan sesumpek apa mereka sekarang.

"Bob, kan gue udah bilang nggak boleh ada minuman. Maksudnya apa bawa anggur banyak banget." Komentar Rangga saat tanpa sengaja botol-botol anggur berbagai jenis yang Bobby letakkan di lantai menimbulkan suara dentingan.

"Dikit doang, Bro!" Ucapnya dengan cengiran. Dengan inisiatif sendiri, Bobby menarik meja kayu ke arah tengah agar mereka bisa duduk melantai karena hanya ada dua potong sofa yang tentu saja tidak akan cukup menampung mereka berdelapan.

Rangga menggeleng. Sedikit bagaimana maksud Bobby? Padahal saat Rangga memeriksa isi kantongan itu, sekiranya ada 10 botol dengan berbagai jenis merek.

"Gue nggak tahu 10 botol adalah sedikit menurut versi lo." Decak Rangga yang pada akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa karena Bobby sudah menyusun semua botol-botol itu diatas meja.

Pesra rumah baru apaan maksud Bobby? Ini lebih layak disebut pesta miras.

"Ini cuma anggur, bukan drugs. Santai aja, bro." Balas Bobby. Ia lalu dengan santai bertanya siapa diantara mereka yang biasa minum.

Dan secara menakjubkan semua anak-anak cowok mengangkat tangannya dengan bangga. Mereka bahkan saling memberitahu seberapa banyak yang bisa mereka minum sampai benar-benar mabuk.

Gina merasa seperti orang buangan yang bodoh, tidak mengerti apapun dengan pembicaraan yang lain. Kini ia memikirkan kembali bagaimana bisa ia berakhir di sini sementara jam nyaris menunjukkan pukul  10malam.

Mungkin seharusnya ia tidak datang saat anak-anak lain memintanya datang ke Flip sementara hari ini bukan jadwal manggung mereka di sana.

"Kalian mau pesan apa? Gue mau pizza." Kata Ryan sesaat setelah Bobby memintanya memesan makanan secara online. Semua sepakat memesan pizza. Katanya makanan apa saja terserah yang penting cepat sampai.

"Gue pikir tuan rumah bakal nyiapin jamuan makan besar." Kata Ariel lebih kepada bercanda tapi candaannya hanya berhasil pada Bobby yang memang sedang dalam mood bagus karena berhasil mengibuli Rangga persoalan botol-botol anggur yang ia bawa diam-diam.

"Mana gue tahu kalau kalian bakal datang rombongan." Balas Rangga mengambil tempat duduk di samping Bobby.

Uki ikut berkomentar, "Jadi sebenarnya kita nggak diundang yah?" Sambil melirik Rangga.

Rangga mendongak, "Nggak gitu juga sih. Maksud gue Tian mana?" Rangga jadi serba salah. Ini bukan berarti Rangga tidak suka saat bocah-bocah ini ikut datang ke tempatnya tapi hanya saja ia terkejut dan tidak menyangka. Just it.

"Kan tadi gue udah bilang kalau Rena nggak enak badan makanya Tian nggak bisa datang karena harus ngejagain. Dan karena gue malas datang sendirian dan kebetulan bocah-bocah ini datang ke kafe, makanya gue ajakin sekalian." Jelas Bobby santai.

"Ya udah sih. Makin banyak orang makin ramai, makin banyak juga temen mabok lo." Balas Rangga.

"Kalian nggak usah dengerin nih orang. Dia kebanyakan sperma makanya bikin mulutnya suka ngomong kasar." Kata Rangga dan itu langsung membuat Gina beralih menatap Rangga dengan mata membulat.

Sing Me A Love Song (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang