Chapter 26

268 45 2
                                    

Gina sampai di Flip tapi di pintu kaca tertulis 'CLOSED' namun Gina bisa melihat beberapa pegawai kafe ada didalam termasuk Kiky dan Cici.

Gina mendorong pintu kaca lalu masuk menghampiri Kiky yang tengah membersihkan mesinnya.

"Ky, kafe tutup?" Tanya Gina langsung.

"Iya, lo nggak dapet info dari Ariel kalau kafe tutup?" Kata Kiky lalu melanjutkan bahwa ia baru saja menghubungi Ariel kalau kafe tutup jadi mereka tidak perlu datang untuk hari ini.

"Nggak."

Mungkin Ariel mengiriminya chat di whatsapp tapi kebetulan paket data Gina habis jadi Gina tidak tahu dan terlanjur sampai di Flip. Pesan ojek aja ia ditatheringin oleh Nana. Entah kepada siapa nanti Gina memohon meminta ditathering untuk memesan ojek pulang.

"Kalau tutup kenapa kalian bisa ada di sini?" Tanya Gina menunjuk dua orang karyawan yang tengah melap meja dan menyusun kursi.

"Tadi pagi kita tetap buka, tutupnya baru setengah jam yang lalu atas perintah Mas Rangga, soalnya tadi ada perempuan yang datang terus marah-marah sama Mas Bobby dan bikin tamu ketakutan jadi Mas Rangga nyuruh tutup daripada kafe kacau."

Gina lalu mendekatkan kepalanya, "Perempuan siapa?"

Gina melihat dengan jelas Kiky melirik ke arah tangga sebelum berbicara dengan amat pelan, "Gue juga nggak tahu siapa. Sekarang perempuan itu masih ada di atas sama Mas Bobby. Mereka bertengkar hebat. Suara mereka bahkan kedengeran sampai di sini."

Baru Gina mau meminta tathering dari Kiky, namun dari arah tangga datanglah seorang perempuan berperawakan tinggi, berkulit tan dan berambut pirang mengenakan setelan formal. Ia berjalan cepat dengan Bobby yang berusaha mengejarnya dari arah belakang.

"Lin, nggak bisa gitu dong. Ini masalah kita berdua jadi kita harus selesaiin berdua juga tanpa campur tangan orang tuamu ataupun orang tuaku." Ujar Bobby setelah berhasil menggapai lengan perempuan itu.

Kiky dan dua karyawan lainnya pura-pura tidak mendengarkan dan fokus pada pekerjaannya masing-masing. Gina hanya berdiri mematung tidak tahu harus melakukan apa-apa.

Mau pulang sekarang, ia tidak punya data untuk sekadar mengakses aplikasi ojek online. Tinggal di sini dan menyaksikan pertengkaran sepasang kekasih itupun rasanya tidak benar.

"Bob, are you insane? Pertunangan kita itu nggak hanya melibatkan kita berdua tapi juga keluarga kita jadi mereka berhak tahu kalau kamu mutusin pertunangan kita disaat mereka pikir pernikahan kita akan terjadi."

"Aku yang akan kasih tahu orangtuaku dan orangtuamu baik-baik." Ujar Bobby berusaha membujuk namun setiap kata yang keluar dari mulut Celine selalu membuat usahanya sia-sia.

"Kenapa? Kamu takut mereka tahu dari aku kalau anak yang mereka bangga-banggakan ini selingkuh dari tunangannya? Kamu takut mereka tahu kelakuan kamu di belakang aku?" Kata Celine dengan getir.

"Aku ribuan kali bilang sama kamu kalau aku nggak selingkuh. Selingkuh bukan alasan atas keputusanku ini. Jangan menambah-nambahkan hal yang nggak pernah ada."

Celine tertawa getir, "Aku nggak percaya sama omong kosongmu. Setelah yang kamu lakuin sama aku dan keluargaku, kamu pikir aku masih menaruh kepercayaan sama kamu, huh? Nggak."

Bobby tidak tinggal diam, ia meraih tangan Celine, "Celine, kita bisa bicarain ini baik-baik, okay? Tanpa harus teriak-teriak dan habisin tenaga kayak gini."

Tapi yang Bobby dapat adalah hempasan.

"Aku nggak nyangka yang aku dapat dengan kembali ke Indonesia dengan harapan kita akan nikah adalah kata putus dari kamu. You are so cruel."

Bobby memijat kepalanya lalu berujar, "Please! Sekali aja pikirin posisi aku juga. Ini juga berat buat aku."

"Andai saja kamu ada di posisiku, apa kamu akan dengan mudah menerima diputuskan setelah hubungan 2 tahun kita?" Tantang Celine lagi.

"Aku nggak tahu harus berapa kali aku minta maaf sama kamu agar kamu maafin aku." Bobby frustrasi, entah sudah berapa lama Bobby mengacak rambut ikalnya.

"Aku nggak butuh maaf kamu, Bob. Lagian, what you have done is unforgivable. Kamu udah mempermalukan aku dan keluargaku."

"Celine, please hargai keputusan aku kali ini aja."

"Why? Memangnya kamu pernah ngehargain aku sedikit saja? Sejak awal kamu memang cuma main-main dengan pertunangan kita, kan? Kamu nggak pernah serius ngejalanin sama aku." Tutur Celine.

"Kamu memang nggak pernah berubah. Selalu menganggap pendapatmu yang selalu benar dan mutlak. Itu adalah satu dari sekian banyak hal yang bikin aku akhirnya ragu sama kamu." Kata Bobby. Kali ini dengan lebih tenang.

Kali ini Celine yang kelihatan tambah murka dan siap menghancurkan semuanya, "Aku nggak akan pernah maafin perempuan yang udah rebut kamu dari aku."

Bobby tidak merespon lagi. Ia membiarkan Celine menjauh dan lepas dari genggamannya.

Bagaikan slow motion, mata Gina memperhatikan bulir yang perlahan jatuh dari mata wanita cantik bernama Celine itu sampai ia tidak sadar bahwa kini perempuan itu tepat berada di hadapannya.

"Kamu siapa?" Tanya Celine yang membuat nyali Gina ciut.

Dan kenapa pula Gina jadi tegang begini?

.

Thanks a lot for reading this chapter.

Sing Me A Love Song (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang