Kemarin Gina habis menyanyi di acara salah satu acara nikahan klien Yuli dan tidak sengaja bertemu dengan Tian yang nyatanya sudah menikah namun datang solo di nikahan karena sang istri rupanya tidak sempat ikut karena masalah kesehatan.
"Yang nikah teman gue."
"Teman Mas Tian aja, kan? Bukan teman Mas Bobby atau Mas Rangga?"
"Sayangnya bukan. Yang nikah teman gue yang sama sekali nggak kenal sama Bobby atau Rangga."
Gina mengangguk dengan lega. Baguslah, kalau begitu ia tidak mungkin bertemu dua boss itu yang sudah tiga hari ini ia hindari dengan sengaja. Malunya masih belum berkurang akibat insiden salah paham itu.
"Nggak nyanyi sama Ryan dan yang lain?"
"Nggak, Mas. Kita cuma manggung bareng di Flip aja. Diluar itu, saya biasanya nyanyi dipanggil WO, Mas. Kebetulan WO ini punya teman saya."
"Oh. Jadi kalian ngeband di Flip aja?"
"Iya, Mas Tian. Saya kenal anak-anak Corner juga pas mulai nyanyi di Flip."
"Oh yah?"
"Beneran, Mas. Tapi untung aja anak-anak Corner orangnya pada asik jadi kita cepet akrab." Gina menyengir.
"Ngomong-ngomong lo katanya kemarin nolongin Rangga yang hampir bunuh diri, yah?"
Kaki Gina oleng saat mendengarnya, "Kok Mas Tian tahu sih? Kan yang tahu cuma..."
"... pasti Mas Bobby yah yang kasih tahu Mas Tian?"
Atau mungkin Mas Rangga? Kalau Bobby sih tidak mengherankan juga, secara Bobby punya fungsi mirip radio alias menyebarkan informasi entah fakta atau hoaks. Tapi kalau Rangga yang irit bicara tapi sekali bicara omongannya nyakitin selama tujuh hari tujuh malam itu?
Bisa jadi juga sih.
"Bobby yang ngasih tahu gue terus minta gue bilang thanks sama lo. Jasa lo yang udah nyelamatin nyawa teman gue itu berarti banget." Ujar Tian dengan jenaka.
"Bobby memang ember. Enggak tahu apa gue malu banget kalau ingat kejadian itu tapi malah disebarin ke orang-orang. Kalau Mas Tian tahu, pasti pegawai Flip udah pada tahu. Saya nggak tahu mau taruh muka saya dimana. Malu banget. Sumpah."
"Kayak muka lo bisa dilepas aja. Ya udah sih, santai aja. Ngapain malu sampai menghindar segala sih? Ello seharusnya bangga udah nolongin nyawa Rangga."
Wah. Itu ejekan pasti, "Nggak lucu banget, sumpah."
Gina heran. Kenapa tiga manusia 30 tahunan ini punya kepribadian yang sama? Sama-sama suka iseng. Jangan-jangan mereka memang punya standar kepribadian dalam berteman?
Tian tertawa jenaka, "Fyi, Bobby kuatir soalnya lo nggak balas pesan dia, dikirain lo nggak mau kerja lagi di Flip. Gue sih cuma mau ngasih tahu kalau berkat lo, Bobby dan Rangga nggak bisa berhenti ketawa." Kata Tian. Ia menambahkan bahwa Bobby menceritakan kepada semua pegawai atas kepahlawanan palsu Gina. Jadilah Gina viral di Flip Cafe.
Sedangkan Rangga? Gina tidak percaya mendengar dari mulut Tian bahwa pria itu rupanya bisa tertawa setelah diusir keluar rumah oleh Papanya.
Dalam hati Gina mendumel, bahkan jika Rangga mau bunuh diri dengan cara minum semua jenis racun, menggantung diri, terjun ke jurang atau menggorok lehernya sendiri. Gina tidak akan menghalangi.
"Lo kenapa jadi nggak semangat gitu?"
"Tahu ah. Kesel gue, Mas." Kesal dengan Bobby dengan Rangga, dengan Tian dan dengan semuanya.
Dan apaapaan juga dengan Bobby?
Kemarin memang bukan jadwal manggungnya di Flip makanya Gina tidak merasa perlu mengingatkan itu kepada Bobby. Bobby tidak mungkin lupa jadwal mereka, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing Me A Love Song (On Going)
Romance[16+] Second Project after Love Developer Blurb: Gina punya impian menjadi penyanyi terkenal setara dengan Isyana Sarasvati. Namun ia sadar bahwa menjadi penyayi bermodal pas-pasan: suara pas-pasan dan wajah pas-pasan, maka hasilnya tentu saja pas...