Rangga ikut melangkah saat melihat Gina juga berjalan menuju pintu depan. Tadi ia meminjam mobil Kevin dan membiarkan Kevin membawa pulang motornya untuk satu hari tapi mobil Kevin ia parkir di seberang jalan.
Gina menoleh saat ia rasa seperti Rangga mengikutinya. Benar saja, Rangga ada di belakangnya, "Bentar, ini maksudnya apa kok ngikutin saya? Bukannya mau tinggal di dalam selamanya, yah?"
Rangga menaikkan sebelah alisnya, "Emang gue ada bilang begitu? Bukannya ello yang tadi bilang begitu?"
Gina memutar kejadian tadi di kepalanya. Iya juga yah. Gina berdehem, "Terus ngapain ngikutin saya?"
"Siapa yang ngikutin ello orang gue parkir mobil di sana!" Balas Rangga. Ia bahkan menunjuk spot dimana ia memarkir mobil Kevin, di seberang jalan tepat di depan super market. Dan Gina jadi salah tingkah.
"Terserah." Kata Gina lalu mengeluarkan hape dari saku jeansnya. Ia ingin memesan ojek online dengan cepat. Hari ini melelahkan sekali, kira-kira apa reaksi Ibunya saat tahu kalau mereka di prank pemesan misterus, yah?
"Punya kuota nggak?"
Gina tertawa dengan terpaksa mendengar pertanyaan lucu Rangga, "Ya iyalah." Jawabnya dengan delikan.
"Kirain mau di hotspot."
Eh. Sialan.
Astaga. Tidak boleh mengumpat.
"Nggak. Makasih." Jawab Gina. Entah Rangga tulus mau membantunya atau memang niatnya adalah mengejek Gina miskin kuota.
Waktu itu Gina masih ingat loh kalau Rangga menolak memberinya hotspot saat Gina kehabisan kuota untuk memesan ojek online.
But now, Rangga menawarkan di saat Gina baru saja mengisi data seluler. Timing yang tepat. Gina harap Rangga menyimpan kebaikannya kali ini dan menawarkannya dalam kondisi yang tepat.
"Kok mahal sih?" Dengus Gina saat melihat nominal tertera di aplikasi ojek online. Nominalnya hampir setara dengan ongkos grab car.
Aplikasinya error apa memang mau memalak Gina?
Bentar-bentar. Kayaknya ada yang salah. Gina memeriksa kantong jeansnya. Di depan, kanan, kiri, belakang, kanan, kiri. Hasilnya nihil.
"Udah dapat ojeknya?" Tanya Rangga saat melihat Gina sibuk memeriksa kantong.
"Hah?" Gina menoleh dan mendadak jadi bego bercampur bingung.
"Kalau gitu gue balik yah!" Rangga berbalik.
"Bentar Mas." Gina dengan cepat menarik ujung kemeja Rangga dan membuat Rangga menghentikan langkahnya.
"Kenapa? Tadi nyuruh gue balik sekarang narik-narik kemeja gue. Kalau ada orang yang lihat terus salah paham gimana? Mau tanggung jawab?"
Hah? Maksud Rangga apaan sih? Ya kali Gina hanya memegang sedikit bagian kemeja Rangga dan itu mengharuskan dia tanggung jawab.
Gina lalu menarik tangannya setelah memutar otak, "Kayaknya saya nggak bisa naik ojek." Ujarnya dengan raut tidak tertebak.
"Kenapa? Nggak punya kuota? Iya?" Rangga bertanya dengan raut meledek, Gina yakin itu. Tapi Gina tidak kuasa membantah sebab sekarang ia butuh bantuan Rangga secara tidak ada yang ia kenal di sini dan tidak mudah meminta bantuan orang asing di dunia yang kejam.
"Bukan." Gina menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nggak ada ojek yang ready?" Tebak Rangga lagi tapi Gina lagi-lagi menggeleng juga.
"Terus?" Tanya Rangga dengan kedua tangan dimasukkan dalam saku celana, mencoba terlihat bossy di depan Gina yang nampak berbeda dari Gina beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing Me A Love Song (On Going)
Romance[16+] Second Project after Love Developer Blurb: Gina punya impian menjadi penyanyi terkenal setara dengan Isyana Sarasvati. Namun ia sadar bahwa menjadi penyayi bermodal pas-pasan: suara pas-pasan dan wajah pas-pasan, maka hasilnya tentu saja pas...