Niat Gina untuk mengejutkan Rangga batal saat melihat seseorang yang baru saja membuka pintu dari luar bukan Rangga melainkan perempuan paruh baya yang mengenakan baju gamis berwarna pink dan jilbab berwarna senada.
"Apa aku salah unit yah?" Perempuan itu bergumam lalu memeriksa nomor unit apartemen yang tertera di depan pintu namun ia bergumam lagi kalau ia tidak salah masuk.
"Kamu siapa? Ini, kan apartemen anak saya." Tanya Fifi menatap Gina mulai dari ujung kaki sampai rambut. Ia juga memandangi seluruh ruangan berharap Rangga ada di sana namun tidak ada siapapun kecuali perempuan manis yang kelihatan gugup ini.
"Tante, Mamanya Mas Rangga?" Tanya Gina hati-hati dan dibalas anggukan oleh Fifi.
Gina langsung membulatkan mata. Kenapa Rangga tidak bilang padanya kalau Mamanya mau datang hari ini? Kalau begitu, kan ia tidak harus datang dan bertemu dengan Mamanya di apartemen Rangga.
Kenapa pula Gina harus bertemu dan berurusan dengan kedua Mama Rangga?
Bagaimana pendapat Mama Rangga saat ini, saat menemukan ada seorang perempuan di apartemen anaknya sedangkan anaknya tidak ada di tempat.
Beri tahu Gina dia harus mengaku sebagai apa di depan perempuan yang sudah ia persilakan duduk di sofa itu. Apakah ia harus mengaku sebagai tukang bersih-bersih saja atau mengaku kalau ia sedang mencari kalungnya di sini? Apa itu tidak terdengar aneh?
Sepertinya ide yang paling bagus adalah meraih tas salempangnya di atas meja lalu berlari keluar jadi dia tidak perlu menjelaskan apa-apapun kepada Mamanya Rangga. Tapi masalahnya adalah Gina belum berhasil menemukan kalungnya karena dari tadi terlalu menghayati peran sebagai pembantu.
"Kamu yang biasa bersih-bersih di sini yah?" Tanya Fifi.
Gina lalu mengangguk sambil tersenyum mengiyakan pertanyaan Mamanya Rangga, "Nggak biasa juga sih, Tante. Baru hari ini." Jawab Gina. Jawaban yang aman. Habis ini Gina akan pura-pura pamit. Ia bahkan sudah meraih tas salempangnya dan bersiap meminta izin pulang. Namun...
"Saya haus."
"Tante mau minum apa?" Tanya Gina akhirnya. Ia mendekap tas selempangnya.
"Air putih aja." Balas Fifi. Ia tidak tahu kalau yang selalu membersihkan apartemen Rangga adalah perempuan cantik dan masih muda.
Gina pamit ke dapur sambil membawa tas selempangnya. Ia diam-diam mengirimi Rangga pesan kalau Mamanya ada di apartemennya sekarang.
"Silakan diminum, Tante." Gina meletakkan segelas air putih di meja dan Fifi langsung meminumnya.
"Makasih." Ujar Fifi.
"Iya, Tante. Kalau begitu saya pamit dulu." Ucap Gina lalu dengam cepat berdiri namun Fifi memintanya duduk kembali. Ia bahkan menarik tangan Gina.
"Duduk aja dulu di sini sama Tante." Katanya dan membuat Gina diam bergeming.
"Ngomong-ngomong kamu beneran cuma bersih-bersih disini?"
Nyakkk. Bunuh saja Gina sekarang!
Gina menahan napas, "Maksud, Tante?"
Haruskah Gina jujur atau bohong?
"Kamu terlalu cantik dan sama sekali nggak kelihatan seperti tukang bersih-bersih. Kulit kamu putih bersih terus jari-jari kamu lentik banget lagi." Kata Fifi sambil tersenyum.
Gina diam dan tanpa sadar melihat jari-jari tangannya. Bagian tubuhnya yang paling ia sukai adalah jemarinya yang kecil dan lentik.
"Maaf kalau ucapan Tante nyinggung kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing Me A Love Song (On Going)
Romansa[16+] Second Project after Love Developer Blurb: Gina punya impian menjadi penyanyi terkenal setara dengan Isyana Sarasvati. Namun ia sadar bahwa menjadi penyayi bermodal pas-pasan: suara pas-pasan dan wajah pas-pasan, maka hasilnya tentu saja pas...