Rangga mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafe untuk menemukan seseorang yang dicarinya. Diliriknya jam tangannya. Sekarang masih jam 8 berarti perempuan itu seharusnya masih ada di Kafe.
"Tumben lo datang, Ga. Baru pulang dari kantor yah?" Bobby langsung menghampirinya dengan cengiran tapi Rangga mengabaikannya dan malah berjalan melewati Bobby saat matanya menemukan Gina baru saja turun dari mini stage bersama dengan anggota lainnya minus Tama yang tentu saja masih dirawat di rumah sakit.
"Tungguin, Bro! Mau kemana sih?" Celoteh Bobby dan mengekori Rangga menghampiri anak-anak Corner yang baru saja selesai mempersembahkan lagu yang membuat para ABG yang sebagian besar mengisi Kafe pada ikut menyanyi.
"Gue mau ngomong sama lo!" Kata Rangga langsung setelah menjangkau Gina.
Gina yang sebenarnya haus karena baru saja menyelesaikan tiga lagu gagal meneguk air dari botol miliknya, "Saya?" Tanyanya kebingungan sambil menunjuk wajah sendiri.
"Iya, kamu. Memangnya siapa lagi?" Tukas Rangga.
"Ngomong aja, Mas, kenapa harus narik-narik sih?" Balas Gina dan berhasil meneguk air minum.
Ngomong-ngomong Rangga tidak perlu meminta izin segala untuk bicara dengannya lagi pula Gina tidak pernah melarang siapapun untuk berbicara dengannya termasuk Rangga.
"Disini?" Rangga melirik setiap orang yang ada disana.
Meskipun hanya Uki yang kelihatan kepo namun Rangga tahu kalau yang lain, Ariel dan Ryan juga memasang telinga mereka baik-baik. Apa lagi si Bobby yang sudah mengambil tempat duduk disamping Uki, entah sejak kapan.
"Memangnya di mana lagi?" Tanya Gina. Ia memasang wajah sedikit lebih rileks.
Maksud Gina adalah Rangga tidak perlu semakin menambah kecurigaan Uki tentang hubungan mereka. Bersikap biasa saja, kan bisa. Apalagi melihat bagaimana Uki menatapnya curiga, Gina yakin prasangka Uki makin kemana-mana.
"Di tempat parkir." Jawab Rangga dan nyaris menarik lengannya namun Gina mengelak dengan cepat.
"Ngomong di sini aja sih. Lebih rame lebih bagus. Ngapain di tempat parkir? Udah gelap banyak nyamuk lagi." Jawab Gina dengan cengiran namun Rangga sama sekali tidak menganggap apa yang akan dibicarakannya bisa dibicarakan disini dan didengar oleh orang lain.
"Mereka kenapa sih?" Tanya Uki lebih seperti berbisik.
"Nggak tahu juga. Datang-datang mereka emang udah begini, Ki." Jawab Bobby sama bingungnya. Keduanya sama-sama mengedipkan bahu.
Baiklah. Apa boleh buat. Kalau Gina mau Rangga bicara di sini maka Rangga akan melakukannya. Biarkan saja satu kafe mendengar mereka.
"Serius di sini?"
"Seriuslah."
"Lo nggak akan nyesel?"
"Kenapa harus nyesel sih?"
"Okay. Kita ngomonginnya di sini sesuai mau lo."
"Jadi Mas Rangga mau bilang apa?" Tanya Gina setelah duduk setelah mengangguk.
"Lo mau nikah sama gue?"
Satu kalimat itu mengubah segalanya. Dari yang semula anak-anak pada berbisik kini mendadak jadi diam bahkan tanpa gerakan sama sekali.
Ryan yang biasanya tenang kini ikut membulatkan mata. Yang lain juga tidak kalah terkejutnya.
"Bentar. Gimana? Gimana?" Gina menyampirkan rambutnya ke belakang telinga.
Ini AC nyala tapi kenapa rasanya gerah, yah?
Sekarang Gina hanya butuh konfirmasi bahwa yang barusan terucap dari mulut Rangga hanya bualan atau lebih baik Gina salah dengar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing Me A Love Song (On Going)
Roman d'amour[16+] Second Project after Love Developer Blurb: Gina punya impian menjadi penyanyi terkenal setara dengan Isyana Sarasvati. Namun ia sadar bahwa menjadi penyayi bermodal pas-pasan: suara pas-pasan dan wajah pas-pasan, maka hasilnya tentu saja pas...