Siapa yang bilang kalau uang tidak menentukan kebahagiaan? Kalau ada, hanya orang munafik yang berpikiran seperti itu dan Gina tidak munafik. Ia adalah manusia yang berpikir realistis dan menganggap bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang tidak senang di beri uang.
Manusia butuh makan setiap hari, tempat tinggal dan pakaian bagus. Uang memang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang. Maka dari itu, alih-alih melanjutkan studi di perguruan tinggi, Gina lebih memilih bekerja sebagai penyanyi dadakan di acara manapun dan kapanpun selama mereka siap memberinya upah.
Kalau kalian mau tahu, Gina hidup berkecukupan tapi itu dulu sebelum ayahnya yang punya toko barang elektronik meninggal dunia karena kecelakaan tunggal yang dialami. Gina juga tidak tahu kejadian detailnya seperti apa namun itu cerita yang Gina dengar dari beberapa kerabatnya saat mereka datang melayat ke rumahnya. Kerabat yang bahkan baru pertama kali Gina lihat sekaligus jadi terakhir kali juga karena sepeninggal ayahnya, kerabatnyapun tidak pernah lagi mengunjungi mereka. Yang ia ingat, mereka melihat Gina dan Nana dengan tatapan iba dan penuh rasa kasihan dan sekarang mereka menghilang entah ke mana.
Saat itu Gina masih duduk di bangku kelas 5 SD sedangkan Nana, adik Gina satu-satunya masih balita. Dania, Ibunya yang tiba-tiba harus mengambil peran ganda sebagai ayah dan ibu dalam sehari terpaksa menjual rumahnya yang cukup besar dan membeli rumah sederhana bahkan terlampau sederhana dibandingkan dengan rumah mereka dul. Sedangkan sisanya dipakai untuk keperluan sehari-hari, modal bisnis toko kue kecil-kecilan ibunya dan sebagian lagi disimpan untuk biaya pendidikan Gina dan Nana.
Makanya Dania cukup menyayangkan Gina tidak melanjutkan pendidikannya padahal Dania tidak akan keberatan untuk membayar uang kuliah dan Gina tidak perlu memikirkan tentang biayanya. Meski Gina berujar bahwa alasannya adalah karena Gina tidak suka belajar dan tidak ada niatan melanjutkan kuliah bukan karena uang, Dania tidak serta merta langsung percaya. Namun, Gina yang keras kepala tidak mudah dikalahkan.
Gina memang tidak suka belajar, tidak pintar, nilainya bahkan bisa dibilang pas-pasan tapi Gina juga tidak terlalu bodoh bahkan masih ada universitas yang mau menerima Gina tanpa harus tes tapi Gina membuang kesempatan itu. Dania yakin bahwa Gina hanya tidak mau menambah beban ekonomi keluarga mereka padahal Dania sama sekali tidak pernah menganggap anak-anaknya sebagai beban. Bukan juga tanggung jawab karena yang namanya tanggung jawab adalah mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas harus dilakukan. Tapi bagi Dania, merawat, membesarkan dan membahagiakan anak-anaknya adalah karena dia tulus menyayangi tanpa pamrih.
Sejak kecil, sejak ayahnya meninggal, Gina belajar menjadi anak yang kuat dan mandiri. Gina tidak pernah mengeluh ketika sepulang sekolah harus membantu ibunya membuat adonan kue ketika anak seusianya malah bermain sepeda dan ayunan sambil tertawa. Gina terlalu cepat dewasa dan itu membuat Dania merasa bersalah.
Gina memang tidak terlalu pintar di sekolah, belajar juga bukan termasuk keahliannya. Satu-satunya hal yang ia sukai adalah menyanyi dan menggambar, itupun belum tentu bisa disebut sebagai keahliannya. Kalau diperhatikan baik-baik, gambarnya tidak sebagus itu untuk dipamerkan dan nyanyiannya lumayan tapi tidak cukup membuatnya terkenal jadi penyanyi. Gina hanya suka menyanyi sejak kecil sampai sekarang dan menjadikan menyanyi itu sebagai lading mencari nafkah.
Dulu, disaat teman-teman SMA-nya melanjutkan kuliah hukum, kedokteran dan bisnis, Gina malah puas dengan ijazah SMA dengan nilai yang pas-pasan. Baginya menyanyi jauh lebih menyenangkan daripada membaca buku anatomi manusia. Dan yang jauh lebih membosankan adalah membaca buku sejarah Indonesia yang seketika bisa membuat matanya terpejam secara otomatis belum lagi pelajaran Kimia yang nyaris meledakkan kepalanya.
Dan apa lagi? Bekerja? Lagi pula, zaman sekarang perusahaan mana yang mau mempekerjakan lulusan SMA yang tidak punya keahlian dan pengalaman? Sekarang saja kalau bukan karena bantuan Yuli, Gina tidak yakin apa dia bisa menghasilkan uang dengan menjadi wedding singer. Jadi wedding singer juga harus punya koneksi biar tetap laris dan Yuli adalah satu-satunya koneksi yang Gina punya. Menyedihkan memang namun itu kenyataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing Me A Love Song (On Going)
Romance[16+] Second Project after Love Developer Blurb: Gina punya impian menjadi penyanyi terkenal setara dengan Isyana Sarasvati. Namun ia sadar bahwa menjadi penyayi bermodal pas-pasan: suara pas-pasan dan wajah pas-pasan, maka hasilnya tentu saja pas...