Chapter 32

271 37 3
                                    

"Mas Rangga mau kopi yang biasa?" Tanya Kiky saat meihat Rangga hampir melewatinya begitu saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Rangga baru saja pulang karena harus menyelesaikan tugas baru hasil dari pembalasan dendam Hesa yang tidak terima Rangga mengundurkan diri tahun ini sementara proyek yang masuk makin banyak sementara anak-anak lain juga memegang proyek yang tidak kalah banyaknya.

"Boleh, deh." Ucap Rangga akhirnya duduk di stool. Ia membuka kancing teratas kemeja dan membalas pesan mamanya yang tidak sempat ia balas tadi sore.

"Lo ada masalah?" Tanya Kiky saat menyodorkan kopi kepada Rangga.

Rangga memegang gagang cangkir namun kedua matanya memperhatikan seisi kafe. Mungkin karena jam sudah menunjukkan pukul 10 makanya hanya 3 meja saja yang terisi selain itu Flip tutup sejaman lagi jadi wajar saja kalau beberapa sudah pulang.

"Gue habis dimarahin bos gue di kantor." Katanya lalu menghirup aroma kopi sebelum meminumnya.

"Biasa kali. Lo sama Bobby juga biasa marahin gue." Respon Kiky cuek.

"Tadi rame?"

"Lumayan, gue jual 170 cangkir hari ini." Ucap Kiky dengan Bangga berharap Rangga akan memuji kinerjanya hari ini.

Tapi itu semua juga bukan hanya berkat kopi racikannya sih, ini juga berkat Corner, terutama Gina yang membawa sekumpulan anak muda dan menambah omset pendapatan Flip malam ini.

"Terus Bobby nggak datang?" Tanya Rangga lagi.

"Tadi pagi sih datang bentar tapi ngecek stok kopi doang habis itu pergi lagi. Katanya ada urusan. Terus gue nggak tanya-tanya lagi." Jawab Kiky kecewa.

"Tapi gue ada informasi buat lo." Kata Kiky serius. Ia bahkan sudah melepas apron yang biasa dia pakai.

"Informasi apaan?" Jawab Rangga tidak cukup antusias. Ia kembali meneguk kopi miliknya.

Ekspresi Kiky sudah seperti cewek yang tengah bergosip dengan cewek lainnya, "Tadi gue lihat cewek lo ngobrol sama cowok lain."

Rangga otomatis terbatuk mendengar 'informasi' yang dimaksud Kiky. Cewek yah? "sejak kapan gue punya cewek?" Tanyanya kebingungan. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali ia berurusan dengan cewek.

Kiky mendecakkan lidahnya, "Ya ellah. Sama cewek sendiri lupa. Gue sama anak-anak lain lihat dengan jelas waktu lo narik Gina pas mau dilabrak sama mantan tunangannya Bobby."

"Iya, saya juga lihat, Mas." Tiba-tiba Cici yang tengah melap meja ikut menyahut mendukung pernyataan Kiky. Tapi saat ditatap dingin oleh Rangga, perempuan itu berdalih ingin mencuci gelas kotor di belakang.

Apa iya semua yang bekerja di Flip berjiwa lambe turah?

Lalu Kiky memperagakan bagaimana Rangga menarik Gina ke belakang punggungnya sambil berujar, "dia cewek gue." dengan penuh penghayatan sampai Rangga geli sendiri. Apa iya waktu itu dia kelihatan selebay itu? Tidak mungkin, kan?

"Gina belum jadi cewek gue, ngomong-ngomong." Tutur Rangga dengan tenang. Lagi pula ia tidak punya niat jelek selain membantu Gina.

"Belum artinya bakal, kan?" Kata Kiky.

Rangga menaikkan sebelah alisnya, "Cuma itu doang informasinya?" Bahkan bisa dibilang informasi yang tidak akurat tapi dengan bangganya Kiky mengklaim itu sebagai informasi penting.

"Masih ada lagi, ello sih motong tadi. Jadi kan Gina ngobrol berdua tuh sama si cowok yang gue nggak tahu namanya ini. Tapi setelah mereka ngobrol Gina malah pulangnya sama Tama."

Kiky dengan jelas memperhatikan bahwa Gina kelihatan kurang nyaman saat mengobrol dengan cowok itu. Tapi saat Tama datang menyela pembicaraan mereka, Gina jadi kelihatan lega.

Sing Me A Love Song (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang