Chapter 54

253 30 1
                                    

*Happy reading*

.

Gina menghubungi Sandra dan memberitahunya bahwa ia akan pulang duluan ke Jakarta bersama dengan temannya yang kebetulan ia temui di hotel dan akan pulang ke Jakarta juga. Sandra menemuinya sebentar di depan ballroom sekadar untuk memberikan kunci kamar kepadanya. Gina lalu naik ke lantai dua di mana kamarnya berada ditemani oleh Rangga untuk mengambil barang-barang miliknya.

Saat Gina bilang ia hanya ingin pulang, Rangga juga mengaku ingin pulang juga ke Jakarta makanya Gina bisa ikut pulang dengannya.

"Mas Rangga tunggu di sini sebentar!" Ucap Gina lalu menutup pintu dari dalam sebelum Rangga menjawab namun beberapa detik kemudian ia membuka pintu lagi dan membuat Rangga yang menyandarkan tubuh ke dinding melihatnya penasaran.

"Kenapa?" Tanya Rangga datar.

Gina membuka lebar pintu hotel agar Rangga bisa masuk, "Mas Rangga boleh masuk!" Katanya.

"Gue disini aja." Tolak Rangga.

"Ya udah." Kata Gina cuek lalu masuk kembali tanpa menutup pintunya, terpaksa Rangga masuk dan tidak lupa menutup kembali pintu.

Gina masuk ke dalam kamar mandi membawa pakaian ganti karena kurang nyaman dengan dress panjangnya sementara Rangga duduk di kursi kayu samping jendela, menunggui Gina.

"Udah?" Tanya Rangga saat Gina yang sudah menukar bajunya menjadi tunik, kini sudah siap dengan paper bag berisi gaun yang ia pakai manggung dan porch berwarna pink berisi alat make up.

"Hm. Ayok." Ajak Gina lalu mereka kembali turun ke bawah melalui tangga tanpa lupa menitipkan kunci kepada resepsionis sesuai pesan Sandra.

"Mas Rangga nggak pamit dulu sama keluarga Mas Rangga?" Tanya Gina saat mereka masing-masing sudah duduk di mobil.

"Gampang. Gue bisa telpon Mama gue nanti." Jawab Rangga. Ia malas harus kembali masuk ke ballroom saat ini hanya sekadar pamit lagian tidak akan ada yang peduli kehadirannya. Palingan hanya Mamanya yang sadar kalau Rangga menghilang.

"Oh." Respon Gina lalu meletaklan paper bagnya di jok belakang.

"Mobil punya teman Mas Rangga lagi, yah?" Tanya Gina.

"Bukan. Ini punya gue."

"Oh, kirain."

Beberapa saat kemudian Rangga bertanya, "Kenapa lo bisa sama Ferdi tadi?"

Gina menghela napas dan menceritakan kronologisnya kepada Rangga, "Mungkin karena gue muda ditipu makanya gue percaya pas Ferdi bilang mau ngenalin gue sama temennya yang punya agensi hiburan." Jawab Rangga.

"Lo mau minum? Buka aja bagasi depan lo!" Kata Rangga. Seharusnya dari tadi ia menawarkan air minum kepada Gina, barangkali Gina haus setelah bicara panjang lebar.

Gina membuka bagasi depannya lalu menemukan botol air mineral kecil yang isinya tidak penuh. Sepertinya bekas Rangga.

"Kayaknya udah gue minum tadi. Bentar gue beliin lo di minimarket depan." Kata Rangga saat melihat botol air yang dipegang Gina sudah tidak tersegel.

Ia nyaris membelokkan mobilnya masuk ke parkiran mini market sebelum Gina berujar.

"Nggak usah. Saya minum ini aja." Balas Gina lalu meminum air itu beberapa teguk tanpa membiarkan bibirnya bersentuhan dengan bibir botol. Ia lantas kembali menyimpannya di tempat semula.

"Terus lo percaya sama Ferdi di pertemuan pertama kalian?" Sambung Rangga kembali membahas masalah yang tadi.

"Makanya saya bilang kalau saya bego karena percaya aja sama omongan Ferdi. Lagian Ferdi nggak ada tampang jahatnya justru dia sempet bantuin saya tadi pas ada anak kecil yang nyenggol dan hampir bikin saya jatuh. Karena itu saya mikirnya Ferdi beneran baik." Jelas Gina masih tidak habis bahwa ia sangat bodoh dalam menilai orang.

Sing Me A Love Song (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang