"Gina lucu banget yah, Ga!"
"Maksudnya?" Settingan wajah Rangga kembali ke default. Tapi sepertinya Bobby tahu kalau sedari tadi Rangga memandangi laptop dengan bibir menipis.
Sehabis mengantar Gina dan Dion pulang, Rangga tidak bisa menutup kembali matanya padahal masih ada waktu 5 jam untuk bersiap ke kantor dan menerima teriakan amarah Hesa karena sudah menunda penerbangan ke Bali kemarin.
"Ello mah jaim mulu, bro. Nggak asyik banget. Gue lihat kali dari tadi itu bibir senyum terus. Gara-gara apa emang kalau bukan gegara Gina? Nggak mungkin gara-gara gambar aneh itu. Seumur hidup gue belum pernah liat lo bikin design dengan muka nyegir, dahi mengerut iya." Komentar Bobby dengan kaki yang dinaikkan di atas meja.
Rangga menyingkirkan kaki Bobby dari meja dengan cara menendangnya.
"Ini meja udah sempit ngapain pakai naikin kaki segala." Ujarnya, "Mending lo tidur di dalam daripada disini gangguin gue terus."
Asal tahu saja, Bobby itu mendengkur kalau tidur, makanya kalau Rangga perlu istirahat atau butuh keheningan, Bobby harus dibiarkan berada dalam radius paling jauh.
Jika Rangga menginap di kafe dan Bobby ikut-ikutan, ia lebih memilih tidur di sofa atau bahkan di lantai satu daripada sekamar dengan Bobby dengan resiko kantung mata yang membesar keesokan harinya karena kekurangan tidur.
"Gue nggak bisa tidur habis ketawa kek gini."
Jawaban Bobby tidak diindahkan Rangga.
"Kalau nggak bisa tidur mending diam aja. Suara lo ganggu banget. Sumpah." Kata Rangga tanpa memandang Bobby sedikitpun.
"Ganggu lo ngapain? Kerja apa pura-pura kerja?" Bobby meledek dengan sengaja menaikkan kembali kakinya ke atas meja yang tentu saja kembali disingkirkan oleh Rangga dengan kejamnya.
"Lagian ngapain sih lo ikut-ikutan nginap di sini? Pingin juga rasain diusir sama bokap lo? Atau sama Mama lo?"
Raut jahil Bobby seketika luntur, "Kayaknya bentar lagi ucapan lo jadi kenyataan, Bro."
Rangga melirik Bobby.
"Kalau gue putus sama Celine, gue beneran bakalan diusir dari rumah. Dan kalau itu terjadi, kita bakalan sama-sama jadi pengungsi di sini." Kata Bobby santai, berbeda dengan Rangga yang sudah mengabaikan layar laptopnya.
Tinggal di sini dengan Bobby bukan ide yang bagus. Di sini terlalu sempit dam hanya ada satu kamar. Jangan lupakan fakta kalau Bobby sangat berisik sedangkan Rangga butuh keheningan demi mendapat inspirasi ide design.
"Barusan lo ngomong mau putus sama Celine?" Rangga memastikan.
Bobby mengangguk yakin tanpa butuh waktu berpikir sedikitpun, "Kenapa? Lo terharu karena gue ngikutin jejak lo diusir dari rumah? Gue kurang baik apa coba sebagai teman?"
"Lo udah gila, Bob." Sekarang bukan waktunya untuk bercanda bagi Rangga.
"Reaksi lo persis seperti dugaan gue." Kata Bobby. Ia sudah menduga kalau Rangga tidak akan suka mendengar ia akan putus dengan Celine.
Bobby sudah merencanakan akan memberitahu Celine baik-baik bahwa ia tidak bisa menikahinya. Tentu saja lewat telepon dan sebelum Celine kembali ke Indonesia. Katakanlah Bobby pengecut karena tidak bisa mengatakan kata 'putus' kepada Celine secara langsung.
Jujur saja, ia masih saja serba salah menentukan sikap terhadap Celine, tapi di sisi lain Bobby juga tidak bisa mempertahankan hubungan mereka. Celine berhak mendapatkan laki-laki yang bisa mengimbanginya dalam segala hal, yang tidak bisa ia berikan kepada Celine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing Me A Love Song (On Going)
Romance[16+] Second Project after Love Developer Blurb: Gina punya impian menjadi penyanyi terkenal setara dengan Isyana Sarasvati. Namun ia sadar bahwa menjadi penyayi bermodal pas-pasan: suara pas-pasan dan wajah pas-pasan, maka hasilnya tentu saja pas...