Setiap kalimat Bobby malam itu terngiang-ngiang di kepala Rangga. Apa iya Rangga memanfaatkan Gina demi ego dan rasa ingin menangnya? Apa iya yang Rangga lakukan saat ini jauh lebih jahat dari Papanya yang berselingkuh dengan perempuan lain? Apa iya Rangga menjadikan permintaan Papanya sebagai alasan agar bisa dekat dengan Gina? Pertanyaan itu berkecamuk di kepalanya dan Rangga hanya bisa menghela napas karena tidak menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu.
Jujur saja, mengenai kantor barunya, sebenarnya itu bukan masalah besar karena ia bisa saja mencari kantor baru yang ia bisa sewa di tempat lain. Tapi yang membuatnya marah adalah sampai kapan Papanya akan selalu saja mencari cara-cara kotor untuk bisa menghalangi apapun yang Rangga lakukan demi mewujudkan keinginannya sendiri? Rangga sangat lelah meladeni semua taktik yang diciptakan oleh papanya.
Dan karena hal itu, beberapa hari terakhir ini Rangga kembali sibuk mencari kantor yang sesuai dengan selera dan budgetnya. Kali ini ia tidak akan selengah kemarin dan lagi membiarkan Papanya melakukan hal yang sama kepadanya. Untuk berjaga-jaga, Rangga bahkan melihat kantor dan meneken kontrak di hari yang sama untuk mengantisipasi Papanya kembali merusak rencananya. Karena kesibukannya itu, ia bahkan tidak sempat pulang ke rumah dan bertemu mamanya. Komunikasinya dengan mamanya juga tidak sesering dulu, mereka hanya saling bertukar kabar lewat pesan whatsapp.
Selain karena sibuk, Rangga tidak bisa menatap mata mamanya secara langsung karena hal itu langsung mengingatkannya bahwa Papanya dan perempuan itu masih tetap berhubungan sampai sekarang di belakang mamanya. Rangga kasihan dengan Mamanya tapi juga tidak berani mengambil tindakan memberi tahu mamanya kalau papanya ternyata masih menemui perempuan itu. Hal itu pasti akan membuat Mamanya tambah sedih dan itu bisa berdampak buruk pada kesehatannya.
Dan Rangga semakin tambah gila karena satu perempuan lagi.
Gina.
Sudah beberapa hari ini Rangga tidak pernah melihat wajah perempuan itu. Jangankan wajahnya, sekadar mendengar suara nyanyiannya di kafe pun, pun tidak. Sebenarnya Rangga bukan tidak mau melihatnya. Rangga bahkan merasa sesak ketika kepalanya terus melapalkan nama yang sama tapi tidak bisa melihatnya secara langsung. Apa lagi mengingat bagaimana mata cerahnya menyipit saat ia tersenyum dan ekspresi-ekspresi unik yang ia perlihatkan sambil menyanyikan lagu, benar-benar membuat Rangga rindu.
Sekali lagi Rangga bukan tidak mau menemui Gina secara langsung, ia hanya merasa belum pantas menemui Gina lagi setelah malam pengakuan itu. Seperti kata Bobby, Rangga memang sangat kekanak-kanakan malam itu. Mendahulukan ego tanpa berpikir panjang kalau dampak yang ditimbulkan malah semakin membuat kacau perasaannya sendiri terlebih hubungannya dengan Gina yang semakin tidak jelas.
Karena sikap gegabahnya, Rangga mengira semua akan berjalan sesuai rencana bahwa Gina mungkin akan menerima lamarannya dengan mudah tapi Rangga salah besar sebab menilai dirinya diinginkan oleh semua perempuan termasuk Gina dan dengan percaya diri seakan tahu perasaan Gina yang sesungguhnya.
Rangga salah. Ia akui dirinya salah. Bukan sekali dua kali Rangga ingin menemui Gina secara langsung. Meluruskan semua dan meminta maaf sekaligus meminta Gina untuk memulai awal bersamanya dengan pelan-pelan tanpa paksaan dak tekanan.
Namun baru kali ini Rangga merasa takut untuk ditolak. Sekali ditolak di depan banyak orang mungkin Rangga bisa terima tapi kalau dua kali apa hati Rangga bisa baik-baik saja dan melupakan gadis yang ternyata punya banyak cara menarik perhatiannya secara diam-diam?
Setiap kali Bobby memberi tahunya kalau Gina ada di Kafe, saat itu juga Rangga ingin berlari datang melihatnya tapi lagi-lagi Rangga sadar, mungkin saja kehadirannya malah makin membuat Gina tidak nyaman dan memperburuk keadaan.
Selain karena sibuk, alasan Rangga tidak pernah datang ke kafe selama tiga hari ini karena ia tidak punya nyali menemui Gina walaupun sisi lain Rangga ternyata berkata sebaliknya. Malam ini Rangga akhirnya mengumpulkan keberanian untuk datang ke Kafe. Ia hanya mau memastikan bagaimana keadaan Gina setelah kali terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing Me A Love Song (On Going)
Romance[16+] Second Project after Love Developer Blurb: Gina punya impian menjadi penyanyi terkenal setara dengan Isyana Sarasvati. Namun ia sadar bahwa menjadi penyayi bermodal pas-pasan: suara pas-pasan dan wajah pas-pasan, maka hasilnya tentu saja pas...