Chapter 63

194 32 3
                                    

"Tidak bisa begini dong. Ini tidak seperti perjanjian awal kita. Kalau seperti ini sama saja saya ditipu." Protes Rangga tidak terima.

Setelah mendengar bahwa kantor yang seharusnya Rangga sewa ternyata sudah lebih dulu disewa orang lain sementara ia dan pihak pemilik kantor sudah terlebih dahulu menyetujui akan penandatanganan kontrak hari ini.

"Bapak seharusnya tahu dong bagaimana prosedurnya bukannya malah langsung kasih orang lain setelah kita sudah sepakat terlebih dahulu."

Laki-laki yang menjadi lawan bicara Rangga, Andra hanya bisa meminta maaf, "Ini bukan keputusan saya, Pak Rangga. Sekali lagi saya minta maaf sebesar-besarnya."

"Minggu lalu saya dan Bapak sudah sepakat kalau hari ini adalah tanda tangan kontrak dan kenapa tiba-tiba sudah disewa orang lain? Ini nggak masuk akal sama sekali. Ini sama saja Bapak tidak profesional dan menyalahi aturan." Tegas Rangga.

"Sekali lagi saya minta maaf. Ini perintah langsung dari atasan saya jadi saya hanya menjalankan perintah saja." Balasnya yang lagi-lagi memberikan alasan yang sama yaitu perintah atasan yang tidak bisa ia abaikan.

Rangga menghela napas mencoba memberikan solusi, "Kalau begitu saya akan sewa kantor yang masih kosong. Terserah yang mana saja yang jelas masih di gedung yang sama." Rangga mulai melunak. Tidak ia duga sama sekali akan jadi seperti ini.

"Maaf, Pak Rangga tapi di gedung ini hanya ada 5 kantor yang kosong dan semua sudah disewa oleh Pak Rudy selama setahun penuh. Kalau Pak Rangga tidak keberatan, saya akan tunjukkan kantor di tower lain yang masih identik dengan kantor yang Bapak cari." Katanya lagi.

Laki-laki itu bahkan menyebutkan beberapa gedung beserta biaya sewanya namun Rangga tidak terlalu memperhatikan bagian itu selain bagian 'Pak Rudy'.

"Pak Rudy? Anda tadi bilang yang menyewa 5 kantor di gedung ini adalah Pak Rudy?" Potong Rangga.

"Iya, Pak Rangga. Beliau langsung menyewa 5 kantor sekaligus selama satu tahun bahkan dengan harga sewa yang dinaikkan. Makanya atasan saya tidak bisa menolak." Balas Pak Andra.

"Pak Rudy Ahmady dari JLM?"

Pak Andra mengangguk mengiyakan.

Rangga mendengus sambil berkacak pinggang. Untuk apa juga Papanya menyewa kantor kalau sudah punya kantor yang besar kalau bukan karena mau mencegah Rangga? Bahkan Papanya rela mengeluarkan uang yang banyak dengan menyewa 5 kantor demi menggagalkan rencana Rangga.

"Pak Rangga mau kemana?" Andra menghalangi saat Rangga siap pergi namun Rangga tidak mengindahkan pertanyaan itu, ia keluar dari tempat pertemuan dengan pihak pemilik gedung kantor dengan rahang yang mengeras.

Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju kantor Papanya, membunyikan klakson saat pengendara di depannya terlalu lambat dan bahkan nyaris membuatnya menerobos lampu merah.

Lantai 4 rasanya sangat lama bahkan dengan bantuan lift karena emosinya sudah meledak.

"Papa ada di dalam, kan?"

Sebenarnya Rangga tidak sedang bertanya karena ia sudah menyerbu masuk ke ruangan Papanya. Sementara sekertaris Papanya itu langsung mengikutinya masuk namun terlalu terlambat untuk mencegah karena Rangga tidak akan bisa dihalang-halangi.

Lagian ini bukan kali pertama Rangga datang menerobos masuk seperti ini.

"Maaf, Pak, tadi..."

"Kamu boleh keluar!" Kata Rudy kepada sekertarisnya tersebut.

Sekertaris yang berusia pertengahan tiga puluh itu pun pamit dan menutup pintu dari luar. Wajahnya tampak merasa bersalah namun tidak bisa melakukan apapun selain meninggalkan ruangan itu.

Sing Me A Love Song (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang