Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Flip sudah siap ditutup. Malam ini jauh lebih sepi dari malam sebelumnya.
Mungkin karena besok adalah hari senin makanya orang-orang malas keluar rumah dan lebih memilih stay di kamar.
Bobby memerintahkan karyawannya pulang duluan. Dia yang akan menutup kafe. Uki dan Tama sudah pulang beberapa menit yang lalu sedangkan Ryan dan Ariel juga hampir pulang tapi tiba-tiba Ryan mendadak mulas jadi harus ke toilet dulu.
Ariel beberapa kali mengecek jam di tangannya tanda dia buru-buru pulang tapi Ryan belum keluar dari toilet. Kalau saja hari ini Ryan membawa motor dan tidak meminta Ariel mengantarnya pulang, mana rela Ariel menunggu?
Dan kalau saja Ryan muncul lima menit lebih lama, Ariel akan meninggalkannya dan tidak akan bersalah kalau Ryan pulang naik ojek atau taksi. Untungnya tak lama Ryan muncul dari arah belakangnya.
"Lama banget sih, lo! Yuk buruan balik." Kata Ariel pada Ryan. Ryan hanya meminta maaf yang tidak lebih dari sekadar formalitas di mata Gina tapi Ariel keburu menariknya keluar kafe dengan paksa.
"Duluan yah, Gina!"
Gina hanya menaikkan jempolnya sambil menyengir. Ia tertawa kecil melihat Ariel yang masih saja memasang wajah cemberut bahkan ketika Ryan mengekorinya dengan patuh.
Tak lama Bobby juga selesai menutup kafe. Berhubung Bobby menawarinya tumpangan, Gina langsung mengiyakan. Lagi pula ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan kepada Bobby.
Di dalam mobil, suasana jadi hening. Hanya sesekali terdengar suara gumanan Bobby mengikuti lagu yang diputar di radio. Gina sesekali mencuri lihat ke arah Bobby. Bukan karena tertarik tapi pertanyaan Rangga mengenai apa Gina mempercayai Bobby terngiang di kepalanya.
Beberapa kali melihat Bobby, Gina sama sekali tidak melihat tampang penipu Bobby. Rangga pasti salah. Lagi pula bukannya Rangga dan Bobby berteman yah? Lalu kenapa juga Rangga bertanya seperti itu? Kesannya seperti Rangga menjelekkan Bobby.
"Tanya aja kalau penasaran. Dari tadi lirik-lirik mulu."
Padahal Gina berusaha melirik secara aman dan tidak kentara tapi tetap saja ketahuan.
"Karena Mas Bobby suruh nanya, jadi aku beneran mau tanya." Gina tahu kalau pertanyaannya agak sedikit lancang tapi mau bagaimana lagi? Gina penasaran.
"Mas Bobby sama Mas Rangga ada masalah?"
Bobby tak bisa menahan kerutan di dahinya mendengar pertanyaan itu."Bukannya lo yang ada masalah sama Rangga?"
Bobby balik bertanya. Tatapan masih mengarah ke arah jalanan di depannya. "Kenapa tiba-tiba jadi gue sih?""Jadi Mas Bobby baik-baik aja sama Mas Rangga?"
"Lo sadar nggak sih kalau pertanyaan lo barusan seakan-seakan gue sama Rangga sepasang kekasih yang lagi berantem. Geli gue dengernya. Asal lo tahu aja gue itu punya tunangan dan itu artinya gue masih suka sama cewek." Jelas Bobby.
"Maksud saya nggak gitu kali, Mas."
"Rangga nggak datang ke kafe selama berhari-hari bukan berarti gue ada masalah sama dia. Lagian kenapa lo jadi penasaran sama Rangga?" Bobby menoleh sebentar.
"Berhenti di depan rumah warna coklat didepan, Mas!" Bukannya menjawab pertanyaan Bobby, Gina malah buru-buru melepas seat bealt-nya setelah melihat rumah Yuli.
Iya, malam ini Gina akan menginap di rumah Yuli karena perempuan itu takut sendirian di rumah pasalnya kedua orangtuanya sedang pergi ke luar kota menjenguk kerabatnya yang sakit.
"Makasih yah, Mas Bobby!" Kata Gina setelah turun dari mobil. Wajahnya agak condong untuk melihat Bobby.
"Ini rumah kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing Me A Love Song (On Going)
Romance[16+] Second Project after Love Developer Blurb: Gina punya impian menjadi penyanyi terkenal setara dengan Isyana Sarasvati. Namun ia sadar bahwa menjadi penyayi bermodal pas-pasan: suara pas-pasan dan wajah pas-pasan, maka hasilnya tentu saja pas...