Bab Lima

26 6 9
                                    

Laili hanya memandang keatas sambil menikmati buah mangganya. Aku hanya terdiam sambil berpikir terus-menerus tentang keluargaku. "Orang tuaku sudah pasti akan kecewa dan sangat sedih melihat aku berubah menjadi seperti ini. Apakah aku bisa berubah kembali menjadi manusia? Tetapi kata pak profersor Ling-lung itu setelah berubah menjadi mutan, nggak bakal bisa berubah kembali menjadi manusia. Aah nggak mungkin! Pasti ada obat penawarnya untuk bisa balik ke manusia lagi. Kalau aku menjadi mutan naga seperti ini bagaimana caranya aku bisa hidup bersama keluargaku? Mereka mungkin merasakan malu ketika orang-orang melihat aku bukan wujud manusia....."

"Hoi naga hitam, ambilin buah mangganya donk!" Ucap teman-teman lain dengan datar,

"Ambil sendiri!" Jawabku dengan sewot.

"Sombong amat, pergi dari sana!" Kata salah satu temen dengan keras

"Enak aja main usir segala, emangnya pohon mangga ini punya nenekmu!?" Jawabku dengan marah.

"Udah-udah nggak usah berantem!" Cegah Laili

"Yaudah, aku ambil buah mangga satu lagi, sisanya buat kalian semua!" Kataku kepada mereka semua sambil mengambil buah mangga lagi.

"Wah makasih banget!" Jawab mereka dengan nada yang menjengkelkan, "Ayo kita makan semuanya!" Dengan semangatnya mereka langsung memanjat pohon mangga dan langsung mengambil buahnya dengak sangat cepat. Aku pun segera menghindari dari mereka semua dan duduk disamping semak-semak dan menikmati buah manggaku. Aku melihat teman-teman pada rebutan buah mangga padahal masih ada banyak diatas pohon, seketika Laili datang menghampiriku
"Ehm...boleh aku duduk disampingmu?"

"Boleh silahkan." Jawabku mempersilahkan Laili duduk disampingku, "Oh ya. Aku boleh bertanya sama kamu nggak Lal?"

"Boleh, apa itu?"

"Kok kamu tahu kalau namaku Aisyah?, kan aku udah berubah menjadi mutan naga. Apalagi wajahku sudah berubah jauh seperti ini?." Tanyaku kepada Laili dengan keheranan

"Ooh... ya iyalah, dari sifat dan suara kamu aja kan unik. Jadinya aku langsung tahu namamu." Jawab Laili dengan tenang. Aku berpikir mungkin dia sudah mendengarkan suaraku sewaktu aku berada didalam kerangkeng tadi.

"Oh begit....unik apanya?"

"Yaaa...ada deh."

"........" Aku bingung apa yang unik dariku, kepikiran apa yang unik dariku sampai aku tidak sadar aku telah mengabiskan buah manggaku sampai habis.

Nggak lama kemudian setelah semua sudah makan buah mangga sampai puas. Laili pun berjalan mendekati mereka.
"Kalian semua sudah kenyang? Kita lanjut perjalananya yuk, keburu kepanasan kalau udah siang!" Ajak Laili kepada mereka semua.

"Halah... kita semua dah ngantuk banget, ngapain sih jalan-jalan lagi huh?" Kata mereka dengan mengeluh.

"Oh yaudah, kalau kalian sampai ketangkap sama para penjaga aku nggak mau tahu. Bodo amat!"

"Eh....eh....Hayuk!" Ucap mereka hampir bersamaan dengan seru.

Aku hanya tersenyum geli melihat kelakuan mereka.
"Lihat apa kamu!?" Kata salah satu dari mereka dengan nada sewot.

"Nggak apa-apa." Jawabku dengan kesal.

"Udah ah, nggak usah berantem lagi, ayo berangkat!" Kata Laili sambil berjalan.

Aku pun berdiri dari dudukku, melihat mereka sudah segar dan semangat siap untuk melanjutkan perjalananya bersama Laili.
Nggak lama kemudian kita pun berjalan lagi dengan santai dari pagi sampai siang hari. Sepanjang jalan aku hanya berpikir berulang-ulang kali "apakah  keluargaku akan menerima aku apa adanya dengan wujud aku yang aneh dan mengerikan ini?. Hmmm.... bisa nggak yaa aku berubah menjadi manusia kembali..."

"Lihat, ada sungai dan air terjun tuh disana!" Teriak salah satu teman sambil menunjuk dengan semangat . Aku langsung melihat apa yang ia tunjukan ternyata benar ada sebuah sungai dan air terjun didekat sana, air terjunya mengalir dengan sangat deras, embun-embun air yang berjatuhan dari air terjun membuat pantulan berwarna-warni yang indah seperti pelangi kecil, cantik bagaikan bak permata yang berkilauan. Airnya sangat jernih dan terlihat sangat segar.

"Wooo air terjun kita berenang yuk!"

"Hayooook! Jawab mereka dengan sangat kompak dan langsung berlari dan menyeburkan diri kedalam air semua dan "BYUUUR!.....SEGAR!", mereka sangat senang bisa mandi sambil berenang-renang disungai, Laili juga ikut berenang bersama-sama dengan gembira.

Sementara aku hanya meminum air di tepi sungai, dan melihat ada bunga teratai yang besar sedang mekar dengan kelopak yang berwarna merah muda dan merah tengah-tengah kelopaknya. Ditengah aku sedang asik melihat bunga teratai, tiba-tiba aku mendengar obrolan teman-teman disana dengan sangat jelas dari tepi sungai. Dari obrolan mereka, mereka sedang membahas tentang aku.

Berawal dari salah satu teman yang berwujud mutan ular bertanya "Huh kenapa kamu bawa dia sih Lal?"

"Lah, dia kan teman kita juga!"

"Huh, teman gimana? Dia itu orangnya aneh tahu!" Balas teman lain yang berwujud mutan babi.

"Iya betul tuh, udah cerewet, nyolot, terus sukanya main dan berbicara sendiri sama hewan-hewan yang ada di kebun belakang sekolah. Sangat memalukan!" Dengus teman lain yang berwujud mutan kelinci.

"Iya betul banget itu, aduh jadi gatel sayapku!" Timpal temen lain yang berwujud mutan burung bangau.

Si mutan ular bertanya. "Lah... kita ini sekarang berubah menjadi apa coba?" JDUUAK! Langsung di jitak kepalanya sama temen-temen lain.

"Ooh... kalau itu mah, aku juga udah tahu. Aku cuman memanfaatkan Aisyah kok!" Jawab Laili dengan pelan-pelan.

"I...ide yang bagus ehehee... emangnya mau kamu apain si Aisyah?" Tanya si mutan ulat dengan kepala pusing.

"Sini-sini... mendekatlah kalian semua!" Kata Laili sambil menunduk sedikit. Mereka pun mendekat Laili untuk mendengar perkataanya dengan serius, "Aisyah itu kan orangnya polos dan naif, apalagi dengan warna tubuhnya dia yang berwarna hitam..."

"Terus hubunganya apa?" Dipotong pembicaraanya sama si mutan kelinci.

"Yeeee... sabar!, jadi kalau kita ketemu sama para manusia kita hasut aja kalau Aisyah itu silmuan jin dan kita tangkap saja dia. Nah dengan begitu kita dianggap menjadi pahlawan sama para manusia."

"Jaman sekarang emangnya mereka masih percaya begituan?" Tanya si mutan babi.

"Kamu tahu lah orang Indonesia kayak apa." Jawab Laili dengan senyum tipis.

"Ooh begitu... terus ntar Aisyah gimana, emangnya nggak apa-apa?" Tanya si mutan bangau

"Halah untuk apa kamu pikirkan dia?!" Tanya balik si mutan kelinci.

"Hayooo... jangan-jangan kamu naksir sama dia yaaa... cieeee.." balas si mutan babi sambil nunjuk-nunjuk ke mutan bangau.

"Udah-udah, yang penting jangan sampai Aisyah tahu tentang ini semua. Mengerti?!" Kata Laili dengan serius.

"Ok!" Jawab mereka semua hampir bersamaan.

Aku pun terkejut setelah mendengar semua itu, tiba-tiba Laili menoleh kepalanya dan melihat aku. Aku langsung membuang muka dan melihat ke bunga teratai lagi, berlagak seakan-akan aku tidak tahu apa-apa dari obrolan mereka tadi. Tiba-tiba Laili berenang mendekatiku dan bertanya.
"Aisyah. Kamu ngapain di tepi sungai?"

"Hah, nggak apa-apa kok. Cuman minum air sungai sambil melihat bunga teratai itu!" Jawabku sambil menunjuk ke bunga teratai yang ada didepan Laili.

"Ooh begitu." Kata Laili dengan lega, dia nggak tahu kalau aku tadi berbohong huft.

Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga)  Finish season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang