Terdiam sunyi mengisi ruangan ini dengan tatapan yang kosong terhadapku. Lalu ayah menghirup nafas panjang dan berkata dengan lantang tepat di hadapanku.
"Aku nggak mengenal dia."
Lalu di susul dengan ucapan ibu dengan nada datar, "Anak kita kan manusia, bukan hewan."
Seketika aku langsung terdiam kaku. Aku melihat dengan jelas kekecewaan kedua orang tuaku terhadap bentuk wujudku yang kini bukan manusia kembali.
"Tetapi dia bisa berbicara." Ucap adekku sambil menunjuk kepadaku.
"Bukan nak, ayok kita pergi dari sini." Perintah ibuku sambil menarik tangan adekku dan membuang tatapanya dariku juga.
"Ma ... mama ..." aku memanggil ibuku dengan perasaan yang sakit dan berat sekali, aku juga sambil menahan air mataku walaupun sudah terbendung banyak di bawah kelopak mataku.
"Tetapi, temen-temenku bilang itu si Aisyah ma, apalagi dia juga bantu ngasih makan juga ke teman-tema ...." kata adekku sambil menahan tarikan ibu.
"Katanya kan? Kamu emang lihat? Dah ah." Ibu masih menarik tangan adekku hingga keluar dari dalam ruangan lalu di susul oleh kakakku. Sedangkan ayahku hanya berdiri mematung sambil melihatku dengan tatapan beku.
"Nggak usah sembarangan manggil kita mama dan papa, lagian siapa sih kamu? Pakai acara ngaku segala."
"I ... ini aku pa ... Aisyah!" Ucapku dengan lirih.
"Buktinya apa?" Ucap ayah sambil pergi dan membuang muka dariku.
Mereka semua langsung pergi dari sini, kecuali Pak Bejo yang masih berdiri sambil melihatku dengan kebingungan dan mencoba untuk menenangkanku.
Aku hanya berbisik berulang kali kepada diriku sendiri. "Maafkan aku ma ... pa ... aku minta maaf ...." dengan air mata yang sudah tak bisa terbendung lagi. Pikiranku menjadi kacau, perasaanku menjadi gundah sekali saat aku di tolak jelas oleh kedua orang tuaku.
Kedua tanganku gemeteran dan aku masih menahan tangisanku walaupun kedua pipiku sudah terbasahi oleh air mataku.
Pak Bejo mengelus dan memelukku sambil berkata, "its ok ... sssshh ...." sambil menepuk punggungku.
Seketika tangisanku pecah, aku nggak bisa menahan lagi, aku ingin menangis dan teriak sekencang mungkin walaupun tanpa suara. Aku mengira jika aku telah berhasil menyelamat adekku, maka kedua orang tuaku tetap menerimaku apa adanya walaupun wujudku mengerikan seperti ini. Tetapi kenyataan terlalu menyakitkan dan berat untuk bisa ku terima secara mendadak.
Aku langsung berpikir diriku adalah anak durhaka, aku anak nakal, aku anak yang memang buruk dan nggak pantas untuk hidup bersama mereka di dalam kehidupan mereka karena wujudku ini. Aku menyesal kepada diriku sendiri, aku benci dengan diriku sendiri.
Udah lama aku kangen dan ingin bertemu dengan keluargaku kembali, berpikir ingin bisa di peluk atau di kecup oleh nya kembali setelah lama ku pergi menghilang karena aku di culik dan hanya berjalan sendirian di luar sana.
Apakah aku memang nggak berhak untuk mendapatkan kasih sayang dari mereka karena wujudku ini? Apakah memang aku nggak pantas untuk di cintai?
Atau memang aku pantas berwujud seperti ini karena aku bukan anak pintar seperti adek dan kakak yang di harapkan oleh kedua orang tuaku maka ini sebagai hukuman dari tuhan?.
Aku hanya bisa menangis dan meraung dari tertutupnya wajahku pada pundak Pak Bejo, aku nggak tahu apakah masih ada jalan dalam melanjutkan kehidupanku? Aku merasa duniaku telah hancur dan aku memang hancur-sehancurnya karena telah mengecewakan keluargaku termasuk kedua orang tuaku.
Pak Bejo dengan pelan dan halus berkata. "Syah, ini bukan akhir dari hidupmu. Kamu udah melakukan yang terbaik bahkan menyelamatkan orang lain di sana, aku bangga padamu. Terimakasih ya."
Seketika aku sempat terdiam sementara, karena kata-kata. "Aku bangga padamu." Bukanlah sebuah kata yang pernah ku dapat atau ku dengar juga dari kedua orang tuaku. Lalu aku lanjut menangis lagi.
"Syah, kamu masih ingat kan kalau aku akan merawatmu? Dan ini yang ku lakukan, dan ini juga sebagai terimakasih ku juga atas penyelamatanmu yang kamu lakukan kepada orang lain." Ucap Pak Bejo dengan halus sambil mengelus kepalaku.
Aku masih menangis nggak bisa menahan rasa sakitku yang ada di dalam hatiku, aku nggak percaya juga kalau kedua orang tuaku melakukan itu semua walaupun itu di lakukan tepat di depan mataku.
"Kamu mau ku tinggalin dulu atau gimana?" Tanya Pak Bejo sambil menepuk kedua tanganku.
"Nggak hiks, please aku mau peluk!" Aku memeluk pinggangnya erat-erat, berharap sakit dan beban yang kurasakan menghilang sementara sampai tangisanku berhenti.
"Hei, kamu nggak sendirian kok, kamu juga memiliki keluarga baru di sini. Aku nggak keberatan juga untuk merawat kamu dan aku berusaha untuk menemukan obat yang bisa mengembalikan kamu menjadi manusia lagi."
"Hiks ... be ... beneran?" Tanya ku sambil menaikkan kepalaku pelan-pelan dan menatapinya dengan kedua mataku yang masih basah dengan air mataku.
"Akan ku usahakan, dan aku ingin kamu tetap menjadi orang yang baik."
"Aku kan bukan manusia lagi hiks."
"Tetapi kamu sejatinya manusia yang memanusiakan orang lain. Aku nggak menyangka loh kamu ternyata bisa menyelamatkan anak-anak lain yang sebanyak itu. Ada berapa coba? Ada enam ratus lebih anak-anak yang di culik dan di bawa ke tempat sana dari berbagai sekolahan yang berbeda tempat. Aku kalau jadi kamu juga bakal kepusingan dalam menyelamatkan mereka semua, terus kamu sampai memberhentikan penyebaran gen mutant tersebut sebelum terlambat ...." ucap Pak Bejo sambil menyemangatiku, "Tetapi aku berharap tempat yang seperti itu nggak ada cabang lain di sini. Aku sendiri nggak habis pikir dari perbuatan mereka termasuk perbuatan terhadap kamu yang mengubah anak-anak menjadi mutant seperti ini!"
Pak Bejo memegang kedua pipiku dengan erat lalu menepuk ujung moncongku, "Terus teman-temanmu yang kamu pernah ceritakan kemana coba?"
"Aku ..." aku ingin menjawab sebenarnya ada sebagian teman-teman yang malah ikut bekerja sama dengan profesor Ling Lung tersebut, tetapi aku hanya menjawab, "Aku nggak tahu pak."
"Lah, terus badan kamu bisa terluka seperti ini gimana? Kayak ada bekas cakaran juga pada luka kamu tadi."
Ku kira heal ku bekerja seluruhnya sampai luka cakaran dari Laili menghilang dari badanku.
"Anu ... hiks ... aku mau menjawab itu tetapi takut."
"Takut kenapa? Cuman kita berdua aja kamu kasih tahu tentang ini dan aku akan berusaha mencari jejak dan petunjuk dari mereka dalam menyempurnakan penelitianku terhadap ini semua. Bisa jadi gen DNA pengubah manusia menjadi mutant tersebut dari teman-teman kamu berubah seratus delapan puluh derajat karena tercampur oleh gen DNA mereka."
Di dalam pikiranku juga terbayang pada bully-an mereka yang selalu di lakukan pada waktu aku di sekolah. Walaupun dulu Laili nggak ikut membully-ku, tetapi aku menjadi baru sadar saat mengetahui sifat aslinya Laili yang sebenarnya.
Aku masih teringat juga aku dipermalukan di kelas karena kursiku ditukar dengan kursi bekas buang air besarnya Laili yang pada hari sebelumnya ia sakit perut sampai nggak bisa menahan untuk mengeluarkan buang air besarnya.
Walaupun kotoranya terkumpul di dalam celananya, tetapi bau menyengatnya membekas pada kursinya. Jadinya keesokan harinya kursiku di tukar dengan kursi bekas kotoran Laili dan seketika di dalam kelas aku dipermalukan oleh semua teman-teman satu kelas karena bau bekasnya tersebut mengira aku telah kentut di kelas, padahal waktu itu juga perutku sedang nggak sakit atau kedinginan.
Aku pun sampai sempat bertanya kepada Laili untuk membantuku, tetapi ia hanya menjawab, "Nggak tahu syah." Sambil berbalik pergi dariku.
Lalu bully berlanjut sampai aku di jauhi satu kelas, dan pada waktu itu aku masih belum sadar dan masih terlalu polos percaya kepada orang lain.
Dan itu pun menjadi sebuah bagian trauma ku terhadap bully mereka yang membuat aku nggak berani menjawab pertanyaan dari Pak Bejo, aku takut akan ancaman atau dipermalukan ke hadapan banyak orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga) Finish season 1
FantasyAku seorang gadis kecil yang masih berumur 9 tahun diculik beserta teman teman satu kelas yang terjadi di sekolah oleh para penjahat, tujuanya untuk dijadikan bahan kelinci percobaan di dalam labolatorium dalam tes pengujian reaksi genetik dan berak...