Walaupun udah lumayan lama tinggal di rumahnya Pak Bejo, aku masih merasa sedih, pikiranku berkecamuk terus memikirkan keluargaku. Walaupun mereka menolakku tetapi dalam bayanganku, masih ku berharap bisa di peluk atau di kecup oleh mereka.
Aku selalu berpikir juga, "Aku salah apa? Aku telah menakuti mereka kah?"
Di malam yang sepi saat Pak Bejo sudah tertidur, aku diam-diam menangis, diam-diam air mataku udah membasahi pipiku. Terkadang aku menyakiti diriku sendiri dengan menghantam kepalaku ke dinding yang awalnya pelan lalu menjadi agak kuat. Membenci diriku karena aku nggak bisa di terima oleh mereka karena wujudku ini.
Terkadang juga aku menggigit lengan tanganku sampai membekas, untungnya semua bekas yang ku perbuat bisa ku sembunyikan dari Pak Bejo. Aku nggak mau Pak Bejo menjadi lebih kesusahan dalam merawatku karena aku seperti ini.
Terkadang juga aku berpikir ke hal lain, seperti, kenapa orang lain langsung menganggap aku setan? Kenapa teman-teman SD ku suka menyakiti dan membullyku? Aku nggak berbuat apa-apa, kenapa aku sering di jadikan bahan bully?
Aku berpikir terus menerus dan ingin segera bisa berubah kembali menjadi manusia, aku udah menyelamatlan adekku tetapi kenapa aku tetap nggak di terima?
Terkadang ada hari di mana Pak Bejo meminta darahku lagi untuk di teliti lagi, aku berikan aja darahku kepadanya, yang penting aku bisa berubah kembali menjadi manusia dan bisa diterima kembali ke keluargaku.
Sekitar dua bulan kemudian Pak Bejo memberiku keterangan, bahwa perubahan pada gen ku sudah terlalu drastis berbeda dari semula dan kemungkinan untuk berubah menjadi manusia juga nggak ada. Aku hanya terdiam dan nggak bisa berkata apa-apa.
Pak Bejo mengetahui kemurunganku, ia menepuk pundakku lalu membelai pipiku.
"Hei, aku tahu kamu ingin sekali menjadi manusia, tetapi untuk bisa di terima oleh orang lain, kamu nggak perlu mengubah dirimu menjadi seperti yang di inginkan orang lain. Aku tetap menerima kamu apa adanya dan juga nggak keberatan untuk merawat kamu, sekalian bisa mengisi kesepianku di sini." Jelas Pak Bejo sambil tersenyum lembut.
"Tetapi, banyak orang lain juga pada ketakutan sama wujudku, sampai aku dikatain setan ...."
"Biarin aja, nggak usah dengarkan mereka. Buktinya memang kamu bukan setan seperti yang mereka katakan kan?" Ucap Pak Bejo sambil bergurau, sedangkan aku hanya terdiam dan terpaksa tersenyum aja untuk menghargai gurauanya.
Aku masih belum bisa menerima semua itu, apalagi aku bisa dibilang juga gampang sakit hati sama perkataan kasar atau kotor dari yang di ucapkan oleh orang lain. Agak susah juga untuk mengabaikan kata-kata mereka jika kata-kata tersebut masih melayang di pikiranku.
Ingin sekali aku membalas perkataan mereka, tetapi aku sendiri juga nggak terbiasa berkata kasar dan kotor ke orang lain. Di saat aku ingin melakukan itu juga teringat sama kata-kata yang tertanam di dalam diriku.
"Jika nggak ingin di pukul, maka jangan memukul orang lain." Jadinya seakan aku melihat orang tersebut adalah diriku sendiri yang memang juga nggak ingin diberikan kata kasar atau kotor dariku.
Walaupun aku bisa berkata kasar dan kotor, tetapi itu juga membuatku nggak nyaman. Dan terkadang bingung sama orang lain yang pernah kasar atau berkata kotor kepadaku, di saat aku membalas dengan perkataan kotor juga, mereka langsung menudingku sebagai anak yang kurang ajar. Padahal mereka duluan juga yang berkata kotor kepadaku.
Seakan orang tersebut seperti, "suka mukul orang, tetapi nggak suka di pukul balik."
Ntah apa yang ada di dalam mereka, misalnya di saat melihat orang nangis , bukanya sedih tetapi malah tertawa senang. Kebalikanya di saat melihat orang senang, bukanya ikutan senang malah marah atau dendam nggak suka terhadap orang tersebut.
Aku masih belum bisa memahami sepenuhnya pola kehidupan ini seperti apa, aku masih hanya bisa melihan hitam dan putihnya aja.
Aku masih belum bisa memahami apa yang orang inginkan sebenarnya, terkadang perkataan yang di keluarkan juga nggak sinkron terhadap hati dan kepala.
Aku hanya terduduk di teras pada malam harinya, melamun dengan pikiran yang lari kemana-mana. Aku nggak tahu apa yang harus ku lakukan, aku telah mengecewakan kedua orang tuaku. Banyak orang juga yang ketakutan karena wujudku yang seperti ini.
Pernah sesekali aku menyapa anak-anak dari temanya DJ Neyyin yang kebetulan juga sedang melewati depan gerbang rumah Pak Bejo, anak-anak tersebut menyapaku kembali. Tetapi dari belakang mereka ternyata ada orang tua mereka kurasa yang sedang menemaninya.
Orang tua tersebut melihatku dan seketika langsung mendorong mereka untuk segera menjauh dariku.
"Ngapain kalian ih, jangan dekat-dekat sama hewan buas!"
Seketika aku langsung merasa sakit hati terhadap perkataan tersebut, beberapa anak-anak tersebut sepertinya juga berusaha untuk menjelaskan ke orang tua tersebut, tetapi juga di abaikan oleh mereka dan tetap mendorong mereka untuk menjauh dariku.
Terkadang ada hari dimana ada tamu yang datang ke rumah Pak Bejo, biasanya aku langsung bersembunyi di dalam garasi. Tetapi sama Pak Bejo di suruh untuk nggak bersembunyi dan selalu membiarkan aku bertemu dengan tamunya walaupun tamu tersebut awalnya merasa kaget dan agak ketakutan terhadapku.
"Tenang ini jinak kok" ucap Pak Bejo sambil mengelus kepalaku, seketika aku langsung mendekatkan kepalaku kepada Pak Bejo dan merebahkan badanku di hadapanya untuk membuat tamu yakin kalau aku memang nggak bakal menggigit mereka.
Terkadang juga ada hari di mana Pak Bejo mengajakku untuk keluar jalan bersamanya, tetapi aku selalu menolaknya dan bersembunyi di dalam garasi.
"Aku sendiri juga nggak mau menakuti orang lain lagi karena wujudku yang menyeramkan ini." Ucapku sambil meringkuk dan menutupi kepalaku dengan kotak kardus kosong.
"Nggak lah Syah, apalagi yang berita mengenai pertunjukan Monas masih membuat orang akan penasaran denganmu."
"Nggak mau!"
"Nanti ku beliin makanan permen deh."
"Nggak!"
"Kamu jalan-jalan sesekali keluar."
Aku tetap menolak dan menggelengkan kepalaku.
• • • • •
Di akhir tahun pada bulan Desember, aku pertama kali menerima ajakan Pak Bejo untuk ikut jalan-jalan bersamanya. Pada sore harunga Aku di ajak jalan-jalan ke sebuah pantai yang memang sepi dari orang lain.
Walaupun selama di tengah perjalanan banyak orang yang menatapiku dan ketakutan terhadapku, tetapi Pak Bejo masih menemaniku dari samping lalu menenangkanku agar aku tetap bisa selalu berjalan ke depan walaupun banyak orang di sekitarku.
Sesampai di pantai, aku awalnya hanya duduk di pantai sambil main pasir, tetapi lama-kelamaan aku asik bermain dengan kerang dan air laut. Sangat asik juga untuk bermain air tetapi air laut sangat asin, terasa seperti segelas air yang di masukkan dengan garam satu atau tiga bungkus.
Pak Bejo hanya duduk di batu besar sambil melihat dan menemaniku dari jauh.
Untuk waktu ini sementara aku meluangkan waktuku untuk bermain di pantai, melupakan apa yang aku pikirkan sementara sebelum aku kembali lagi.
~Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga) Finish season 1
FantasyAku seorang gadis kecil yang masih berumur 9 tahun diculik beserta teman teman satu kelas yang terjadi di sekolah oleh para penjahat, tujuanya untuk dijadikan bahan kelinci percobaan di dalam labolatorium dalam tes pengujian reaksi genetik dan berak...