Bab Tiga Puluh Enam

2 0 0
                                    


Pada malam harinya kita pun pergi ke Monas dengan berjalan kaki, berjalan melewati banyak orang yang juga berlalu lalang di trotoar ibu kota metropolitan ini. Banyak juga kendaraan yang melaju dengan kencang atau macet dikarenakan padatnya lalu lintas.

Untung orang-orang nggak memperdulikan aku, agak susah dan aneh juga kelihatanya kalau ada sosok yang berjalan sambil tertutup kain seperti ini.

Pak Bejo berjalan di samping kiriku sambil memegang moncongku, sedangkan anak gempal tersebut ikut berjalan di kananku dengan semangat sambil kakinya di hentakkan ke jalan setiap langkah ia berjalan.

Kadang ada beberapa orang melihat tertuju kepadaku dan aku langsung menundukkan kepalaku.

"Pak, jadi malu aku pak."

"Nggak apa-apa, yang penting mereka belum tahu wujud aslimu itu."

"Bagaimana dengan video aku tersebar itu?"

"Heh, nggak banyak juga yang langsung percaya juga karena bagi orang yang nggak berada di tempat yang sama, juga pasti antara percaya aja atau percaya tetapi ingin pembuktian lebih dalam soal itu."

"Maksudnya gimana itu?" Tiba-tiba pertanyaanku di sela sama anak gempal tersebut.

"Weh dah sampai!" Teriak anak gempal tersebut sambil menunjuk kearah depan, lalu berlari menuju pintu masuk.

Ternyata benar aja aku melihat dari jauh kelihatan jelas ada bangunan Monas yang sangat tinggi sekali. Apalagi pada keadaan sore menjelang malam ini terlihat muncul sebuah lampu berwarna warni dari bawah Monas, sangat indah juga untuk bisa melihat Monas ini.

"Ehm, Syah kalau kamu tunggu di sini dulu ya, aku belikan tiket masuknya dulu."

"Ooh ok." Aku duduk di dekat pagar tembok yang mengelilingi area Monas.

Aku melihat di antrian pembelian tiket tersebut udah banyak dan panjang pengunjung yang ingin masuk ke area Monas, sebelum sampai ke Monas semua pengunjung melewati halaman area Monas yang juga sering menjadi objek untuk berfoto ria, bermain, dan juga bisa membeli souvenir yang berada di dalam sana.

Aku melihat juga ada orang-orang bule (turis dari luar negeri) yang datang ingin mengunjungi Monas ini, setiap ada orang bule lewat juga kadang ada beberapa orang mau perempuan atau laki-laki ingin berfoto selfie bersama orang bule tersebut, kadang mengagumi dari jauh bahkan sampai memfoto orang bule tersebut secara diam-diam.

Mungkin saking terkagumnya juga dengan orang bule tersebut yang datang ke indonesia. Yaa mereka memang ganteng sih tetapi aku melihat biasa aja, nggak sampai woah atau merasa tertarik banget sampai merasa terpesona jika aku bisa mendapatkan foto dengan orang bule.

Tiba-tiba ada salah satu orang bule laki-laki berambut pirang, menggunakan kacamata dan kaos yang tipis berwarna-warni seperti pelangi bertanya kepadaku.

"Excuse me, can you please show me the way of this building?" (Permisi, bisakah kamu menunjukkan arah ke bangunan ini?) tanya orang buke tersebut sambil menunjukkan peta yang menggambarkan bangunan Monas.

Aku pun berusaha menjawab sebisaku dalam berbahasa inggris ku walaupun aku merasa gugup juga, takut aku salah dalam berkata-kata.

"Ehm, well sir is right there." (Ehm, itu tepat ada di sana pak/tuan.) Jawabku sambil menunjuk ke arah Monas tepat di depanya orang bule tersebut.

"Aah, thank you."

"Your welcome." Orang bule tersebut langsung pergi menuju tempat pembelian tiket.

Setelah aku di tanya sama orang bule pun aku masih merasa gugup banget, di dalam otakku seakan seperti "Apa tadi bener kata-kata bahasa inggrisku?" Atau "Eh, tadi bener kan ngomongnya?".

Tetapi orang bule tersebut sepertinya paham dari perkataanku, kalau begitu yaa syukurlah dan juga aku tadi udah sekalian menunjuk ke arah kemana ia semestinya pergi.

Saat aku masih terduduk dan berpikir mengenai itu, tiba-tiba dari jauh Pak Bejo memanggil aku dengan telapak tangan dan jarinya di ayunkan ke depan.

"Syah. Kesini Syah!" Aku segera menghampiri Pak Bejo, ia berada di sebuah pintu khusus yang telah di minta izin untuk bisa masuk lewat sini.

Ada seorang penjaga juga yang sedang berdiri di sampingnya Pak Bejo.

"Semoga berhasil pak."

"Ok terimakasih, ayuk Syah!" Pak Bejo langsung mendorongku masuk, dan kita pun akhirnya bisa masuk ke area Monas.

Halaman area Monas ternyata luas sekali dan dipenuhi oleh banyak rumput dan jalanan yang menuju ke arah Monas tersebut.

"Gimana Syah? Kamu gugup kah?"

"Iya, baru pertama kali juga aku ke sini."

"Hahahaha, nggak apa-apa, ayok jalan."

"Eh bentar, si DJ Neyyin gimana?"

"Nanti dia akan menyusul kok"

Aku pun berjalan bersama Pak Bejo di sebuah jalan yang lumayan besar dan banyak orang-orang juga yang sedang asik berfoto dan bermain di sini.

Aku melihat juga ada banyak mainan unik yang belum pernah kulihat sebelumnya berada di sini. Ada beberapa anak kecil juga bermain berlari-lari melewati di depanku.

Tiba-tiba dari belakang anak gempal tersebut si DJ Neyyin berlari untuk menyusul kita.

"Woi tunggu heh, yes akhirnya bisa masuk yosh!"

"Gimana antrianya? Enak?" Ucap Pak Bejo dengan iseng.

"Mana ada orang yang suka antrian panjang huft!" Balas anak gempal tersebut sambil mendengus.

"Hahaha, ok-ok. Uhm Aisyah, kamu dah belajar dengan kekuatan kamu kan?"

"Uhm udah sih baru beberapa, aku nggak yakin bakal bisa memberikan pertunjukan di sini pak."

"Tenang, lagian di temani oleh DJ Neyyin yang akan memberikan lagu yang keren untuk semua ini ok?"

"Ok."

Di tengah perjalanan kita, ada beberapa orang mulai memutarkan bola matanya memandangku, banyak perkataan desas-desus yang mulai keluar dari mulut mereka dan juga pertanyaan yang membuatku nggak enak ku dengarkan.

Ada beberapa orang yang ingin iseng mengambil foto aku dari jauh tetapi di pendam dan langsung mengalihkan diri mereka ke hal yang memang ingin mereka lakukan di area Monas sini.

Ada beberapa anak kecil juga yang melihatku dari jauh bertanya-tanya, "Itu apa, kok besar ya?"

Aku hanya diam aja dan menundukkan kepalaku karena merasa gugup dan malu juga untuk bisa menampilkan wujudku yang sekarang kepada orang lain, jangankan badanku, wajahku aja nggak berani ku perlihatkan secara keseluruhan kepada mereka sampai orang mengira, "Ada orang ber jas putih sedang membawa hewan kuda ke dalam area Monas."

Pak Bejo langsung menepuk kepalaku dengan pelan lalu berkata, "Udah nggak usah hiraukan mereka ok, nanti setelah mereka melihat pertunjukan dengan kekuatanmu, mereka akan menyukaimu." Sambil tersenyum halus kepadaku.

Aku membalasnya dengan senyuman juga kepadanya, "Iya pak, cuman aku merasa malu dan gugup juga."

"Tenang kamu nggak sendirian kok."

Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga)  Finish season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang