Maka aku hanya terdiam aja sambil masih terisak untuk menahan tangisanku, Pak Bejo terdiam sementara lalu berkata.
"Kalau kamu nggak tahu, nanti kita akan mencari dan membantunya bersama-sama, ok?"
"Hiks ... ok."
Perlahan aku melepaskan pelukan dari Pak Bejo, lalu ia berdiri dengan perlahan sambil memandangku.
"Syah, kamu nggak keberatan jika untuk waktu ini, aku merawatmu sementara sampai kamu bisa kembali menjadi manusia atau kamu mampu untuk hidup di luar sana?"
"Nggak kok pak, hiks ... aku pun juga nggak tahu harus kemana lagi jika aku berada di luar sana."
"Baiklah kalau begitu, tetapi kamu berjanji harus selalu hati-hati, waspada dan jangan gampang kamu berkata jujur kepada orang lain. Bisa aja kamu malah di tangkap oleh penjahat lain di luar sana. Apalagi motifnya bisa aja sampai menjual kamu ke pasar gelap." Jelas Pak Bejo dengan tegas sambil menampilkan jari telunjuknya kepadaku
"Pasar gelap? Pasarnya emang gelap nggak bisa dilihat atau gimana?"
"Itu nama lain dari pasar ilegal, pasar yang sangat berbahaya, paham?"
"Paham." Balasku sambil menganggukkan kepalaku.
"Aah, bagus." Pak Bejo pun keluar dari ruangan, tetapi terhenti saat memegang pegangan pintu, "Kamu istirahat aja dulu ok, kalau ada apa-apa kamu bisa memanggilku." Ucap Pak Bejo sambil tersenyum lembut kepadaku.
"Iya pak, terimakasih." Balasku sambil tersenyum tipis kepadanya.
Ia pun keluar dari ruangan dan menutup pintu tetapi nggak di kunci olehnya, aku masih harus beristirahat dari semua lukaku ini. Ntah kapan aku bisa sembuh tetapi ku lihat di bagian kaki kiriku ada jahitan yang memang lukaku terlalu lebar bekas cakaran atau terkena pecahan kaca yang pada waktu itu aku dihantam oleh Laili.
Eh bentar ... jahitan? Eeeeh ... seketika aku langsung terdiam sambil menatapi lukaku yang dijahit tersebut sambil berpikir.
"Eh ... beneran ini di jahit? Pa ... pake jarum kan?" Aku langsung terbayang ngeri untuk membayangkan sebuah jarum aja. Jarum biasa aja aku ada takut kena tusuk, apalagi jarum suntik.
Aku memang agak takut soal jarum, masih trauma juga sama suntik yang di berikan pada saat di vaksin dan pada saat terkena suntik secara paksa yang membuat aku berubah menjadi mutant seperti ini.
Aku masih kebayang juga bagaimana cara menjahitnya ... apalagi jahit kulit. Aku hanya pernah menjahit celanaku yang bagian bawahnya bolong walaupun hasilnya nggak memuaskan dan membuat benang menjadi kusut, kalau aku jadi dokter juga nggak kebayang nanti pasienya gimana kalau aku yang disuruh jahit.
Lama ku menatapi luka yang di jahit tersebut, lama kelamaan aku menjadi bosan dan ingin melakukan sesuatu, tetapi aku pun juga masih nggak bisa bergerak atau berjalan sebebasku karena masih diperban lukaku.
Lalu aku melihat ada pensil dan karet gelang yang terselip di bawah meja, aku pun langsung menjulurkan tanganku dan mengambil pensil dan karet gelang tersebut. Seketika terlintas ide yang briliant muncul di dalam otakku, yaitu aku ingin menggambar.
Hahaha memang agak aneh juga, ide di kepalaku memang suka ku tuangkan ke dalam gambar, bisa untuk mengisi rasa bosanku, mengeluarkan apa yang aku imajinasikan, dan juga sangat menenangkan ku dalam menari bersama pensil menciptakan goresan dalam menggambarkan suatu objek yang berada di dalam kepalaku.
Aku mengikat karet gelang tersebut ke pangkal pensil menjadi pengganti penghapus, lalu aku mengambil kertas yang berada gak jauh dariku. Sebuah kertas HVS yang penuh dengan tulisan dan coretan gak jelas dari Pak Bejo, tetapi aku membalikkan kertas tersebut ke area kosong dan menjadikan sebuah tempat menggambarku.
Aku iseng menggambar manusia stick man dengan berbagai pola, lalu pindah menggambar kucing, kelinci, dan hewan kuda pony dari film kartun kesukaanku. Aku masih penasaran bagaimana caraku menggambar manusia, walaupun aku udah mencoba beberapa kali, pasti jelek dan agak susah menggambar manusia untukku.
Aku membayang gambarku akan menjadi gambar realist yang sangat mulus, tetapi kenyataanya malah wajah penyok menjadi seperti botol kecap bangau.
Aku menggambar sampai aku tertidur di atas kertas gambarku, secara nggak sadar juga air liur ku keluar sampai pada lengan kiri dan sebagian basah karena air liurku.
• • • • •
Pada malam harinya, aku pun di bangunkan oleh Pak Bejo sambil membawakanku makanan bubur ayam, "sebentar sejak kapan bubur ayam jualan di malam hari? Bukanya seharusnya nasi goreng yang buka pada malam hari jualanya. Atau emang kebetulan aja ada orang jualan bubur ayam pada malam hari?" Tanyaku di dalam pikiranku dengan agak melamun di depan makanan bubur ayam tersebut, lalu aku mengucapkan terimakasih kepada Pak Bejo.
Ia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Kamu makan yang banyak-banyak, kalau kurang boleh nambah kok."
"Ehehe ... iya pak, terimakasih." Aku langsung memakan habis bubur ayamku dan pada malam itu juga Pak Bejo semalaman berada di ruangan bersamaku sambil menulis dan mengetik laporanya terus pada komputer.
Beberapa hari kemudian, mungkin sekitar tiga minggu lebih. Perban pada pada lukaku dibukakan oleh Pak Bejo secara perlahan-lahan. Sedangkan aku hanya menutup mataku dengan agak ketakutan untuk merasakan sakit yang masih ada pada lukaku.
"Dikit lagi, naah. Dah lepas."
"Eh udah?"
"Udah, coba kamu berdiri pelan-pelan."
"Terus luka yang di jahit gimana?"
"Ooh, udah ku lepas jahitanya dan juga lukanya dah menutup rapat, tetapi ingat pelan-pelan geraknya ya."
"Ok, ok." Aku pun mencoba berdiri perlahan-lahan lalu berjalan dengan pelan, dah lama banget aku nggak berjalan untuk menunggu lukaku bisa sembuh secara seratus persen.
Aku berjalan sampai keluar ruangan dan masuk ke ruang tamu. "Ok bagus, sekarang kamu coba angkat kedua tangan dan kakimu satu persatu."
Aku pun mengikuti apa yang di perintah oleh Pak Bejo. Ketika aku menaikkan kaki kiriku, aku merasa agak perih dari bekas luka jahitanku.
"Kamu merasa sakit di bagian mana?"
"Bagian kaki kiriku, yang luka bekas jahitan itu pak."
"Hmmm ... ok, coba kamu gerakkan ekormu."
"Ok." Aku gerakkan ekorku dan untungnya nggak merasakan sakit atau perih walaupun bagian tengah ekorku masih di balut dengan perban.
"By the way, ekorku yang bagian tengah di perban karena apa?"
"Sewaktu itu kan kamu ketimpa sama lempengan besi, nah kebetulan ada lempengan besi yang melukai bagian tengah ekormu itu dan aslinya itu juga ku jahit sih."
"Heh, beneran di jahit di bagian situ juga?!" Ucapku dengan terkejut sekali.
"Nggak, bercanda" tawa Pak Bejo dengan geli, "Ekor kamu memang terluka tetapi nggak ku jahit karena masih bisa menyambung dengan ku perban seperti itu."
"Oalah, kirain ah di jahit beneran!" Ucapku sambil ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga) Finish season 1
FantasyAku seorang gadis kecil yang masih berumur 9 tahun diculik beserta teman teman satu kelas yang terjadi di sekolah oleh para penjahat, tujuanya untuk dijadikan bahan kelinci percobaan di dalam labolatorium dalam tes pengujian reaksi genetik dan berak...