Bab empat Puluh Sembilan

6 0 0
                                    


Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar rumah, Pak Bejo langsung berjalan kearah pintu untuk membuka pintu tersebut

Setelah pintu terbuka ternyata ada si bocah gempal, DJ Neyyin, ia langsung berlari masuk sambil tertawa geli.

"Hahaha, kangen nggak sama aku?"

"Loh, kukira kamu nggak kesini lagi." Ucapku sambil memandanginya dengan kebingungan.

"Ish, kamu nih ... kukira siapa." Kata Pak Bejo sambil menutup pintu kembali, tetapi pintunya segera di tahan oleh DJ Neyyin.

"Tunggu, ish jangan main di tutup, ayok Syah keluar sebentar."

"Mau ngapain?"

"Sini dulu ah!" DJ Neyyin langsung menarik salah satu sayapku untuk ikut keluar bersamanya, aku langsung mengikutinya walaupun aku masih merasa agak sakit pada bekas lukaku sampai jalanku agak pincang.

"Heh, pelan-pelan! Naga ini pun juga masih belum sembuh sepenuhnya dari lukanya."

"Heheh maaf, yuk!"

Aku dan DJ Neyyin pun keluar dari dalam rumah, seketika aku melihat ada beberapa anak-anak yang juga udah berkumpul di depan gerbang rumah Pak Bejo. Terlihat dari wajah mereka tergambar sebuah lengkungan senyum yang manis dan terlihat juga mereka seperti nggak takut dengan penampilanku.

"Eh ada apa nih?"

"Mungkin kamu nggak mengetahui mereka, ini adek kelas dari sekolahku, dan mereka sempat melihatmu menyelamatkan mereka dan mereka ingin berterima kasih ke kamu katanya."

"Sebentar, kan aku ada di atas puncak bangunan menara, gimana caranya mereka bisa melihatku?"

"Ish kamu nih, kalau mereka gak lihat kamu, gimana caranya kamu melihat mereka dari atas?" Ucap DJ neyyin sambil memanyunkan wajahnya kepadaku.

"Eh ... oooh dari lobang itu, buset wajahmu biasa aja donk, please."

"Yaudah, kamu datang ke mereka, di panggil juga kamu sama mereka." DJ Neyyin tersebut langsung mendorongku dari belakang, aku sempat menahan dulu sebelum akhirnya aku menghampiri mereka.

Semakin ku mendekati mereka, mereka awalnya agak ketakutan denganku. Sempat juga mereka mundur satu langkah saat aku menurunkan kepalaku untuk bisa langsung melihat mereka sepenuhnya. Aku hanya berdiri di hadapan mereka yang di pisah oleh gerbang.

Salah satu anak perempuan menghampiriku dengan badan yang agak gemetaran lalu bertanya kepadaku dengan suara imutnya.

"Ka ... kamu yang ada di atas puncak bangunan menara kan?"

"Iya, emang kenapa?"

Sempat mereka agak terkaget saat mendengarku bisa berbicara seperti manusia pada umumnya, "Kenapa kamu ada di sana?"

"Uhm .... gimana jelasinya ya ... ehem, gini intinya ..." Belum aku selesai berbicara, anak perempuan tersebut tiba-tiba menaruh satu tangkai bunga kecil tepat di atas moncongku, "Eh?"

Aku sempat terdiam sementara sambil menatap pada bunga kecil tersebut.

"Nggak memakan kita kan? Kita mendengar dari temen yang berbeda sekolah katanya kamu memberi makanan ke mereka kan?" Tanya salah satu dari anak-anak tersebut dengan agak ketakutan.

"A ... oh, itu sebenarnya adek kelasku, yaa satu sekolah bisa dibilang, dan aku juga nggak akan memakan manusia."

"I ... iya kah? Oh ya, yang di Monas itu kamu kan?" Tanya anak perempuan tersebut dengan halus.

"Yang pertunjukan itu?"

"Ho oh."

"Yaa ... itu memang aku sih, kenapa?"

Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga)  Finish season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang