Bab Tiga Puluh Satu

3 0 0
                                    


Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menceritakan semua itu kepada Pak Bejo, sampai akhirnya ia paham dan mempercayai apa yang aku katakan sebenarnya kenyataan yang nggak bisa di pungkiri lagi.

Pak Bejo sempat terduduk sambil menopang kepalanya, berpikir beberapa saat lalu menulis ke dalam bukunya.

Setelah selesai menceritakan semua kepada Pak Bejo, aku pun hanya duduk terdiam sambil menunggu respon dari nya.

"Ini sangat nggak masuk akal, bagaimana bisa merubah gen manusia menjadi hewan, apalagi sampai mengubah struktur bentuk badan hingga memunculkan anggota badan lain?" Gumamnya dengan sangat kebingungan, "Uhm boleh minta sampel darah kamu nggak?"

"Boleh, eh bentar, ngambil darahku pakai jarum suntik?"

"Ya iyalah, masa iya aku lukain kamu dulu pakai pisau?"

"Uhm ... nope!"

"Lah kenapa?"

"Aku paling takut sama jarum suntik!" Jawabku sambil berjalan mundur ke belakang kerangkeng dengan badan gemetaran.

"Kamu phobia sama jarun suntik kah?"

"Ehm, mungkin...."

"Nggak usah takut, cuman sebentar aja, kalau perlu kamu menutup matamu." Kata Pak Bejo sambil mengambil dan mempersiapkan jarum suntik yang masih di bungkus dari dalam laci mejanya.

"Gak, kagak mau!" Jawabku sambil menggelengkan kepala beberapa kali dengan keras.

"Tenang, kamu julurkan tanganmu keluar dari kerangkeng dan tutup aja mata kamu."

"Gak!"

"Biar aku bisa meneliti sample darah kamu, bisa jadi ada penawar untuk berubah kembali jadi manusia." Seketika aku langsung menjulurkan tangan kiri ku kepadanya.

"Please, aku mau kembali menjadi manusia!"

"Hehe." Pak Bejo hanya tersenyum lembut kepadaku, lalu ia memasukkan jarum suntiknya pada tangak kiri ku, sedangkan aku hanya menutup mataku menahan rasa takutku terhadap jarum suntik.

"Ahk, sakit Paaak please!" Jeritku di dalam hati, tetapi seketika rasa sakit dari tusukan jarum suntik mulai mereda. Aku membuka mataku perlahan dan melihat Pak Bejo udah mengambil sample darahku sampai penuh pada botol jarum suntiknya.

"Ok, dah selesai, nggak sakit kan, cuman kayak di gigit semut." Ucap Pak Bejo dengan nada senang sambil memberikan bekas jarum suntiknya sebuah kapas yang udah di basahi alkohol.

"Di gigit semut pala lu peang." Kesalku di dalam hati, masih kerasa sakit perih dan takut kebayang yang aneh-aneh saat mendengar jarum suntik.

"Kamu ... eh namanya siapa?"

"Aisyah pak."

"Oh iya, kamu masih lapar?"

"Uhm ... iya." Jawabku dengan agak malu.

"Kalau makan nasi bisa nggak kamu?"

"Bisa sih pak."

"Ooh begitu, aku ambilkan dulu makananya ya."

"Ok, eh bentar Pak!" Pak Bejo langsung berhenti tepat di depan daun pintu, "anu ... makananya jangan yang pedas, aku nggak doyan dan juga nggak kuat kalau makan makanan yang pedas."

"Oalah, ok, tetapi kamu jangan kabur ya!"

"Iya pak, kunci kerangkeng aja masih anda pegang." Jawabku sambil menunjuk ke arah kunci yang tergantung pada kantong celana pendeknya

Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga)  Finish season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang