Aku menjadi semakin khawatir dan ketakutan juga untuk adek-adek kelas yang berada di sini dan juga berada di luar yang sedang membelikan makanan.
Belum ada tanda-tanda atau suara dari adek kelas berkerudung merah muda tersebut, takutnya mobil truknya juga keburu jalan di saat macetnya sudah mulai reda.
"Mau nanya, kenapa yang lain belum bangun ya?" Tanya salah satu adek kelas berambut coklat.
"Terus kamu nggak memanakan kita kan?" Timpal yang lain sambil bergerombol memeluk teman lainya.
"Uhm anu ... karena terkena obat bius, terus aku juga nggak bakal memakan kalian juga ...." Sebisaku jawab pertanyaan adek-adek kelas yang muncul saking ketakutan dan kesedihan yang bercampur aduk menjadi satu.
Tiba-tiba ada suara ketukan dari dinding luar kotak muatan. Aku langsung keluar untuk mengecek apakah itu si adek berkerudung merah jambu atau bukan, di saat aku melihat keluar ke bawah tepi jalan raya, ternyata udah ada si adek kecil berkerudung merah muda yang udah membawa sebuah kantong plastik yang besar berisi makanan dan minuman, tetapi di hadang oleh seorang pengemis gembel yang pakaianya sudah kumuh dan sobek sambil mengemis paksa kepada adek tersebut dengan memukul dinding kotak muatan mobil truk dengan maksud mengancam juga.
"Dek, kamu bawa makanan sebanyak itu, mending buat aku aja dek, udah tiga hari belum makan."
"Jangan pak, nggak bisa. Soalnya ini makanan untuk teman-temanku juga."
"Ayo lah dek, kasih lah aku makanan!" Ucap pengemis tersebut dengan ayunan tangan yang ingin mengambil makanan dari adek berkerudung merah muda tersebut, untungnya ia langsung mundur menghindar dari pengemis tersebut.
Mau nggak mau aku langsung menampakkan wajahku kepada pengemis tersebut.
"Kalau nggak dikasih yaa, jangan maksa donk pak!" Ucapku dengan nada kesal.
Pengemis tersebut sontak menengok ke belakang, mata langsung terbelalak dan mulutnya langsung menganga lebar-lebar dengan suara yang seakan tercekik dengan sendirinya.
Adek berkerudung merah tersebut langsung berlari kearahku dan aku langsung mengangkat adek berkerudung merah tersebut dengan menggigit baju bagian belakangnya sedangkan pengemis tersebut langsung lari terbirit-birit sambil berteriak-teriak nggak jelas dengan suara serak yang hampir habis nafasnya.
Aku langsung membawa masuk adek berkerudung merah muda tersebut dengan pelan-pelan ke dalam kotak muatan lagi sedangkan ia memegang kantong plastik yang berisi banyak makanan dan minuman dengan erat agar nggak terjatuh.
Setelah ku menaruh adek berkerudung merah tersebut di depan teman-temanya. Mereka semua langsung berebutan mengambil makanan dan minuman dari dalam kantong plastik.
"Ambil satu-satu aja, jangan ambil lebih dari satu ok?" Perintahku kepada adek-adek kelas.
"Iya kak." Balas mereka hampir bersamaan.
Tiba-tiba secara mendadak mobil truk langsung berlaju dengan agak kencang sehingga membuat adek-adek kelas berdirinya nggak seimbang lalu terjatuh. Hanya beberapa anak yang bisa ku tahan jatuhnya menggunakan tangan, sayap dan ekorku.
Ada yang menangis juga karena kepalanya terhantam ke dinding kotak muatan, aku langsung menenangkan nya dan mengelus kepalanya dengan pelan-pelan.
"Ssssttt astaga, udah, udah. Kepala sakit di bagian mana?" Tanyaku dengan nada yang agak khawatir.
"Huhuuu hiks, siniii!" Ucap adek kelas yang menangis tersebut sambil menunjukkan kepalanya ke bagian belakang.
"Oalah, sini-sini, maaf ya tadi nggak sempet nahan kamu ssshh ..." aku langsung mengelus kepalanya setelah di beritahu letak sakitnya dimana.
Ah iya lupa kenapa nggak pakai heal ya ... ish pikun aku, aku langsung mencoba menggunakan kekuatanku untuk menyembuhkan rasa sakit pada kepalanya.
Di saat kekuatanku menyala dengan mengeluarkan cahaya biru muda pada telapak tanganku, adek-adek kelas lain yang melihat langsung menganga dan terkagum.
"Wuih cantik apa itu?" Tanya salah satu adek kelas sambil menunjuk ke arah cahaya kekuatanku.
"Uhm ini ..." astaga gimana caranya aku kasih tahu, "Ini obat, jadi uhum ... aku ...."
"Sejak kapan obat bercahaya? Eh wah obat glowing in the dark ya?"
"Hah?" Aku langsung kebingungan, "Nggak, nggak. Sebentar."
Aku langsung fokus ke mantra heal ke rasa sakit dari kepala si adek kelas yang masih menangis satu ini, adek kelas yang menangis tersebut perlahan nangisnya mereda lalu bertanya kepadaku.
"Hiks ... kepalaku kok dingin ya, es batu kah?"
"Eh nggak, ehm ... ini heal untuk menyembuhkan rasa sakit pada kepalamu."
"Hill?" (bukit)
"Ehm, yaa terserah kamu."
Beberapa saat kemudan mantra heal ku bekerja lalu menyelimuti kepalanya yang menyerupai seperti topi peci.
Temen adek-adek kelas lain langsung tertawa geli.
"Ih botak."
"Heh, ini masih ada rambut gimana ceritanya jadi botak?" Balasku sambil ikutan tertawa geli.
Aku merasa mobil truk mulai berjalan dengan normal walaupun jalan raya masih dipenuhi oleh kendaraan lain yang banyak di malam hari ini.
Beberapa adek kelas mulai mengantuk dan tertidur kembali sedangkan aku hanya masih terduduk berharap aku masih bisa menjaga diriku untuk tetap bisa terbangun, tetapi tetap aja aku ikutan ketiduran dengan adek-adek kelas lainya.
• • • • •
Keesokanya aku dikejutkan dengan suara hantaman dari luar kotak muatan mobil truk ini, sontak aku langsung terbangun dan melihat keluar dari atas.
Setelah aku naik dan mengeluarkan kepalaku dari dalam kotak muatan, ternyata mobil truknya udah sampai aja di sebuah tempat dimana lab yang merubahku menjadi mutant.
Tepatnya mobil truk ini sedang berada di lapangan yang di kelilingi oleh para penjaga lain yang udah bersiap-siap untuk mengeluarkan semua anak-anak yang ada di dalam kotak muatan.
Aku langsung naik dan mengeluarkan semua tubuhku ke atas kotak muatan, tetapi tiba-tiba ada yang langsung berteriak dari samping kananku.
"Apa itu? Tembak!"
"Hah?!" Aku langsung lompat dari atas dan nggak sengaja menimpa penjaga yang dari bawah sampai terjatuh. Hujan peluru pun mulai beraksi, beberapa tembakan dari mereka untungnya nggak mengenaiku dan aku langsung buru-buru lari bersembunyi ke sebuah tempat yang berisi banyak kotak kayu dan galon-galon besi tang besar-besar.
Suara tembakan dari senapan mereka masih berdatangan lalu ada para penjaga lain yang mulai menyebar mencariku sambil mengendap-endap
Aku ketakutan sekali, apalagi sampai ada banyak tembakan mengarah kepadaku. Keringat dingin mulai mengucur deras dari atas kepalaku lalu membasahi leher dan seluruh badanku.
Aku hanya bisa bersembunyi dengan badanku yang kaku ketakutan, para penjaga mulai berjalan ke arah tempat persembunyianku. Mereka pun berjalan tepat di depanku, aku langsung terkaget dengan kedatangan mereka, tetapi anehnya kan aku dah berada di depan mereka, kok nggak melihat ke sini?
Mereka masih tetap berjalan melewatiku dan nggak melihatku yang memang udah berada tepat di depan mata mereka. Aku menengok ke kanan dan ke kiri dengan ketakutan dan agak kebingungan dari apa yang barusan terjadi.
"Perasaan dah ada di depan mereka, apa mereka nggak melihatku yang ukuran badan dah sebesar gaban ini?" Tanyaku di dalam hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga) Finish season 1
FantasyAku seorang gadis kecil yang masih berumur 9 tahun diculik beserta teman teman satu kelas yang terjadi di sekolah oleh para penjahat, tujuanya untuk dijadikan bahan kelinci percobaan di dalam labolatorium dalam tes pengujian reaksi genetik dan berak...