Bab Empat Puluh

2 0 0
                                    


"Done!" Ucap salah satu dari kedua orang berjaket tebal tersebut.

Mereka langsung menutup pintu kotak muatan tersebut dengan cepat-cepat, lalu langsung menyalakan mobil truk nya dan berjalan pergi dari sekolah SD ku.

Aku masih berada di atas kotak muatan truk ini, aku perpegangan kuat pada pinggiran kotak muatan dengan erat agar nggak terjatuh saat mobil truk nya melaju kencang atau mendadak berjalan belok ke arah kanan atau ke kiri.

Aku sambil melihat bagian ekorku aman atau nggak, untung aja ekorku nggak kelihatan sama orang lain, karena selama truk berjalan sejauh ini belum ada orang yang sadar atau melihatku berada di atas kotak muatan truk ini.

Tetapi kalau di pikir juga, aku bisa aja langsung ketahuan karena ada orang yang teriak melihatku dari atas gedung atau bangunan rumah lantai dua atau tiga.

Selagi mobil truk ini sedang berjalan di jalan raya yang kosong dari rumah penduduk, aku mencoba memakai cakarku untuk membuka dinding atas kotak muatan truk ini.

Tiba-tiba mobil truk berhenti mendadak, seketika aku terkaget dan cakarku langsung masuk menembus dinding kotak muatan truk ini. Sempat aku menganga karena untuk dinding pada kotak muatan truk ini kan keras apalagi terbuat dari besi.

"Buset, langsung masuk eh bentar ..." baru sadar, ternyata cakarku malah tersangkut pada dinding kotak muatanya.

"Heh ... cara lepasinya gimana ini?!" Aku langsung menarik cakarku untuk bisa terlepas dari dinding kotak muatan ini.

Susah banget kutarik dan dari celah cakarku, kutarik beberapa kali sampai tanganku pegal pun cakarnya masih tertancap di dinding kotak muatan ini.

"Woi lah, yang bener aja?!" Ucapku dengan agak kesal sambil masih kutarik cakarku.

Tiba-tiba ada goncangan mendadak datang yang sangat keras sehingga membuat cakarku tambah masuk ke dalam lalu disusul dengan lenganku yang membuat lubang dinding menjadi lebih terbuka besar sampai aku hampir terjatuh juga karena goncangan tersebut.

Lagi-lagi datang goncangan yang keras juga tetapi membuat tangan beserta cakarku bisa terlepas dari lubang pada dinding kotak muatan tetapi sebaliknya aku langsung mencengkeram pada tepian kotak muatan untuk menahan badanku agar nggak terjatuh dari atas kotak muatan.

"Astaga, ini mobil truk jalan lewat mana sih? Bisa-bisanya ada goncangan keras banget!" Gumamku dengan agak kesal.

Lalu di susul juga oleh guncangan kecil dalam waktu beberapa saat yang membuat badanku bergetar terus-menerus.

"B, bu ... seet dah!" Nggak enak juga kalau jalananya nggak rata apalagi sampai membuat ku bergetar terus karena itu.

Salah satu tangan ku ayunkan memegang tepian pada lubang yang telah ku buat, lalu aku cakar kembali untuk membuat lubang menjadi lebih besar dan bisa muat dimasuki oleh tubuhku.

Beberapa saat kemudian mobil truk berjalan mulai mulus lagi, aku sempat menoleh untuk melihat di sekitarku. Melihat sebuah jalanan yang luas dan juga agak sepi, nggak ada motor juga ... eh, lah jalan tol ternyata. Pantesan mobil truk nya berjalan mulus banget.

Aku pun lanjut untuk mencakar lobang pada dinding kotak muatan, beberapa saat kemudian akhirnya lubangnya bisa ku perbesar dan jika ku ukur badanku juga bisa masuk ke dalam kotak muatan ini.

Seketika aku terkejut dari depan mobil truk ada gerbang masuk tol, aku langsung masuk ke dalam kotak muatan lewat lubang yang telah ku buat. Aku ketakutan juga jika aku ketahuan dari kamera CCTV yang terpasang pada gerbang tol tetapi untungnya aku langsung masuk ke dalam kotak muatan sebelum pada akhirnya mobil truknya sampai masuk ke gerbang tol.

Aku sempat menahan badanku agar nggak menimpa murid-murid adek kelasku termasuk adek kandungku. Menggeser beberapa dari mereka ke tempat yang lebih longgar dan nggak sempit yang setidaknya nggak membuat mereka semua terdesak karena aku ikut masuk ke dalam kotak muatan ini.

Aku menjaga mereka dan beberapa saat aku mengeluarkan kepalaku untuk bisa melihat pergi ke arah mana dan udah sampai mana mobil truk ini.

Lama-kelamaan aku merasa ngantuk dan ingin tidur tetapi aku sendiri juga nggak mau ketiduran, nggak lucu juga bangun-bangun udah disapa oleh penjaga dari profesor gila itu.

Tetapi pada akhirnya aku juga ketiduran karena nggak bisa menahan kantukku dalam waktu lama lagi.

• • • • •

Ntah berapa lama aku telah tertidur tetapi tiba-tiba ada yang menepuk kepalaku beberapa kali di susul dengan pertanyaan, "Ini apa?"

Aku langsung terbangun lalu mengangkat kepalaku, ternyata ada beberapa murid adek kelas lain yang telah terbangun dan juga salah satu adek kelas yang sedang melihatku dengan mata terbelalak setelah menepuk kepalaku.

"Heh, apa ini?!"

"Eh tenang-tenang!"

"Ini di mana? aku mau pulang!" Salah adek kelas ada yang menangis karena ketakutan.

Aku langsung menyuruh mereka diam dengan pelan-pelan, "Ssst jangan berisik dan jangan nangis dulu, nanti kalian keburu ketahuan sama penjahat!"

"Eh siapa?!" Ucap salah satu adek kelas yang sempat menangis tersebut, malah mau lanjut menangis.

"Sssst tutup dulu mulut kamu, jangan berisik atau teriak!"

"Kamu hewan apalagi coba?!"

"Diam."

Aku langsung mengeluarkan kepalaku kembali dan melihat keadaan di luar, ternyata di luar udah berganti malam hari yang dipenuhi oleh pasar malam yang sangat ramai oleh orang-orang yang berlalu-lalang, berjualan dan lain-lain.

Mobil truk ini berasa jalannya pelan banget sampau aku melihat di depan mobil truk ternyata jalan raya di penuhi oleh banyak kendaraan, nggak hanya mobil dan motor aja, tetapi sampai ada mobil molen semen ada di jalan raya.

Keadaan jalan raya macet parah sehingga mobil truk ini hampir tidak berjalan sampai beberapa kali suara klakson pada mobil berbunyi dengan sangat keras.

Ada beberapa cahaya yang tersorot ke mataku dengan silau dari pinggir jalan yang dipenuhi oleh bangunan toko dan pasar yang banyak sekali.

Sampai aku mendengar suara hewan burung, monyet dan lain-lain yang kemungkinan di pasar ini juga menjual beberapa hewan.

Di saat aku sedang melihat-lihat keluar, tiba-tiba ada yang menarik ekorku. Seketika aku langsung memasukan kepalaku kembali dan menoleh ke bawah. Ternyata ada salah satu adek kelas yang memang menarik ekorku dengan pelan dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.

"Sebenarnya kita ada dimana?"

"Aish ... gini sebentar." Aku perlahan turun lalu berbicara dengan kedua mata kita terpasang dengan fokus, "Aku kasih tahu, tetapi jangan nangis dulu karena aku di sini juga ingin menyelamatkan kalian semua."

"Ok, hiks"

Aku mengelus kepala adek kelas tersebut dengan perasaan yang juga berat untuk bisa memberitaku kepada adek kelas ini kalau mereka sedang di culik.

Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga)  Finish season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang