Bab Empat Puluh Empat

2 0 0
                                    


Laili sempat terdiam sementara, aku langsung memukul senjata pistolnya sampai terlepas dari tanganya, lalu ku pukul keras wajahnya sampai ku timpa badanya dengan badanku.

Laili sempat berontak dan juga melawanku balik, ia menendang bagian perutku sampai aku terpental ke belakang sampai menabrak meja. Laili ingin segera mengampil pistolnya kembali, sesegera mungkin aku melempar sesuatu ke kepala, tanpa pikir panjang juga aku langsung mengambil apapun yang berada di atas meja.

Aku melempar sebuah botol kaca laboratorium ke kepala Laili sampai pecah, Laili langsung berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya yang mengucurkan banyak darahnya, dan aku langsung memukul jauh pistol tersebut darinya dan lanjut memukul Laili sampai ku tinju beberapa kali wajahnya. Laili menahan kedua tanganku dengan kuat-kuat.

"Kamu bodoh apa gimana? Kagak ada orang juga yang juga mau jadi mutant, kalau kita menjadi mutant dan tahu resikonya seperti apa seharusnya ..."

"Apa? Nggak usah terlalu sok baik kamu!" Bentak Laili sambil menyerudukku dengan tanduknya.

Seketika aku langsung pusing dan ia pun langsung mendorongku kuat-kuat sampai terjatuh jauh darinya. Aku ingin segera bangun dari jatuhku tetapi kepalaku masih pusing untuk bisa seimbang dalam berdirinya.

Beberapa saat kemudian, Laili datang menghampiriku sambil ingin menodongkan pistolnya kepadaku. Aku langsung nekat bergerak lari menyeruduk balik Laili tepat pada perutnya, seketika pistolnya pun terlepas kembali darinya.

Laili langsung memukul punggungku dengan keras, dan secara reflek tanganku langsung mencakar dari bawah sehingga bagian leher dan rahang bawahnya Laili langsung mengeluarkan darah sampai terciprat mengenal wajahku.

"Si bodoh!" Laili langsung ingin menendangku lagi, tetapi badanku langsung miring menghindar tendangan kakinya lalu secara nggak sengaja, aku mendorong Laili sampai menabrak sebuah dinding kaca sehingga kita berdua terjatuh masuk ke ruangan yang berbeda dari sebelumnya.

Aku langsung terjatuh terpisah beberapa meter dari Laili. Aku segera berdiri dengan sekuat tenagaku walaupun hampir semua badanku terasa sakit sekali.

Aku melihat pada ruangan ini terdapat sebuah bola kaca yang besar berisi sebuah cairan pengubah gen manusia menjadi Mutant, tepat berada di tengah-tengah ruangan dan di kelilingi oleh lantai setapak yang hanya dilapisi oleh plat bordes.

Aku sempat kaget juga si profesol gila itu sampai membuat cairan pengubah gen yang sangat banyak tepat di hadapanku ini, Laili pun terbangun dengan badan yang agak oleng dan pincang pada salah satu kakinya.

"Syah, kalau kamu bersama profesor ini, kamu akan kembali menjadi manusia sesuai janjinya!" Ucap Laili dengan suara seraknya.

"Mana ada? Kalau kita dah berubah menjadi seperti ini pun nggak bakal bisa berubah kembali menjadi manusia. Lihat bentuk tubuh kita ini, terus kedua sayap main dipotong terus di buang gitu?!" Balasku dengan geram dan kesal.

"Bah, kamu nggak percayaan banget!"

"Ya nggak lah, lagian mau wujudnya aku seperti ini pun bukan suatu penghalang juga untuk menjadi orang baik!"

"Hah, dirimu aja bukan manusia, panggilan ke diri sendiri orang cih."

"Ish ... daripada ngurusin kamu, mending ku pecahin bola kaca ini!"

"Mana bisa kamu pecahin bola kaca ini, lagian ini tebal kacanya dan juga tahan peluru."

"Oh, nggak tahan sama kekuatan sihir kan?"

"Eh, hah? Maksudmu gimana, jangan ngarang kamu, kamu nggak mabuk kan!"

Aku langsung menyalakan kekuatan bulanku dan seketika cahaya pun keluar dari kening kepalaku.

Laili sempat menutup kedua matanya dengan sayapnya.

"Hah, senter?!"

"Lihat aja!" Secara otomatis kekuatanku langsung menembak ke Laili seperti laser tepat di depan salah satu kakinya Laili sampai lantainya meleleh.

"Kamu pakai apaan tuh, light saber?" ketus Laili, tetapi aku nggak menghiraukan perkataanya dan ingin langsung memecahkan bola kaca ini dengan kekuatanku. Tetapi seketika semua gemeteran seperti ada gempa bumi walaupun ini bukan gempa bumi.

Lalu di susul dengan suara yang nggak asing di telingaku dari speaker yang berkata.

"Ish, ish, ish, project ku yang satu ini, kenapa sampai berkelahi dengan kawanya sendiri hehe." Ternyata itu dari si Profesor Ling Lung, "Denger ya, ini bagian dari rencana ideku yang sangat cemerlang untuk semua generasi manusia saat ini, mau yang dari millenials, gen X, gen Z dan lain-lain ingin ku ubah menjadi mutant sesuai kehidupan alam yang sebenarnya. Lagian juga kalau manusia lemah terus, mau jadi apa nantinya?" Kata profesor Ling Lung dengan suara serak di iringi dengan ketawa terkekehnya.

"Semua manusia juga bakal kesusahan dan ..." belum selesai ku berbicara, sama profesor Ling Lung hanya mencibir dengan sembarangan.

"Nye, nye, nye dan bla, bla, bla ... kamu berkata seperti itu emang berubah jadi apa? Hah aku tak peduli!" Balas profesor Ling Lung dengan ketus lalu tertawa dengan sinis sambil memencet suatu tombol yang dimana membuat di ruangan sekitarku menjadi lebih bergetar lalu tiba-tiba bola kaca tersebut naik ke atas dengan sendirinya, keluar ke paling atas pada puncak atap menara pada lab ini.

Aku langsung menghindar karena pada bagian lantainya mulai rontok satu persatu, aku langsung ingin pergi ke ruangan sebelumnya tetapi Laili langsung menginjak ekorku dan berkata. "Mau pergi kemana cupu!" Sambil ingin mencekik leherku.

"Kampret!" Aku langsung mencakar Laili membabi buta, sampai pada salah satu lenganya kulit dan dagingnya terkelupaa hingga tulangnya terlihat dari luar.

Laili sebenarnya menangis juga karena kesakitan tetapi nggak terlihat karena tersulut oleh emosinya yang semakin membara kepadaku.

Tiba-tiba lantai yang aku pijak pun terjatuh, aku langsung melompat dan berpegangan pada suatu pipa besi dengan menancapkan cakarku, sedangkan Laili berpegangan pada kaki dan ekorku.

"Lal, sadar! Aku tahu nggak cuman kamu dan aku doank yang ingin berubah kembali menjadi manusia. Tetapi kalau si profesor itu berbohong, kamu masih mau membantunya sampai mati?!"

"Karena hanya dia juga jalan keluar satu-satunya, yang emang tahu cara mengubah kita menjadi manusia!"

"Kagak bakal Lal! Ku getok kepalamu lama-lama!" Salah satu kakiku langsung menendang kepalanya Laili dengan keras, Laili pun terjatuh dan sempat mencakar bagian kaki kananku. Aku langsung menahan rasa sakit tersebut sambil berusaha naik ke atas menuju ke puncak dengan masuk ke ruangan sebelumnya terdahulu.

Di saat aku sedang berusaha untuk naik, ternyata Laili udah berada di belakangku dan yang paling membuatku terkejut adalah Laili juga udah bisa terbang.

"Segitu doank hah?!" Laili langsung mencengkram badanku dengan kedua tangan dan kakinya dengan cakarnya yang sangat tajam, mau nggak mau aku langsung melepaskan peganganku dan terangkat oleh Laili.

Aku langsung di lempar juga ke atas dengan sangat keras sampai menabrak dinding kaca yang sangat tebal pada atap puncak menara. Di situ aku langsung terjerembap di atas atap menara dan hanya bisa terbujur kaku badanku dengan penuh rasa kesakitan dan darah yang keluar dari hidung dan mulutku.

Semua badanku mati rasa, aku ingin bergerak satu centi meter pun nggak bisa. Laili pun terbang keluar dari dalam menara dan mendarat nggak jauh dariku. Ia berjalan dengan perlahan lalu tertawa sinis.

"Ini, ini yang kamu bilang dengan kekuatanmu? Hahahaha kagak usah bawa candaan sampai sini juga kali!" Ucap Laili dengan terkekeh dengan menghampiriku lalu menendang perutku dengan keras.

Aku langsung merasa sesak nafasku sampai terbatuk-batuk beberapa kali, lalu darah keluar lebih banyak dari dalam mulutku.

"Gini ya Aisyah, kalau kamu menyelamatkan adekmu dengan penampilanmu yang seperti ini, apa keluarga kita bakal senang dan menganggapmu sebagai anaknya? Apa nggak malu mereka, memiliki anak yang wujudnya mutant menyeramkan seperti ini hah?!" Ucap Laili dengan geram dan nada tinggi sambil menendangku lagi sampai badanku berbalik.

Aku hanya bisa menahan rasa sakit sambil berusaha untuk bernafas kembali seperti semula.

Mutant Dragon no Onnanoko (Gadis kecil Mutan Naga)  Finish season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang