Di jam pelajaran kedua ini, Chika dan teman sekelasnya kebagian jadwal mata pelajaran olahraga. Sehingga seluruh murid diwajibkan untuk mengganti pakaian mereka dengan baju olahraga sekolah. Chika dan teman-temannya beranjak pergi ke kamar ganti untuk mengganti seragam mereka.
"Hari ini materinya apa?" tanya Fiony salah satu teman sekelasnya.
"Sepak bola kata Pak Irwan." jawab Olla, keduanya sudah selesai mengganti seragam mereka.
"Males banget deh." keluh Dey yang memang tidak suka pelajaran olahraga, bahkan hampir seluruh murid perempuan tidak menyukainya.
"Ya, nikmatin aja kelas dua belas nanti udah nggak ada nih pelajaran." tambah Brielle.
"Iya juga sih." balas Dey.
"Yuk cabut nanti Pak Irwan marah-marah lagi." ajak Chika saat dia dan Christy sudah selesai mengganti baju.
"Yuk."
Seluruh ciwi-ciwi di kelas XI-IPA 3 itu pun segera pergi beramai-ramai menuju lapangan out door.
.
"Baik anak-anak Bapak gak bisa lama-lama di sini, jadi setelah Bapak kasih contoh kalian praktekan dan pelajari sendiri ya. Minggu depan kita langsung pengambilan nilai, mengerti?" jelas Pak Irwan sambil menenteng bola.
"Mengerti Pak." jawab semuanya.
"Oke langsung ya."
Pak Irwan pun dengan sabar menjelaskan materi sepak bola sekaligus mempraktekkan cara-cara bermain bola yang sudah dipastikan hampir seluruh murid cowok mengerti caranya. Berbeda dengan murid cewek yang kebanyakkan tidak paham atau malas untuk memahami karena tidak tertarik dengan permainan bola.
Tiga puluh menit pertama, Pak Irwan sudah selesai menjelaskan cara dan teknik permainan sepak bola.
"Oke karena Bapak ada urusan di luar sekolah, jadi kalian manfaatin waktu saat ini untuk latihan ya. Jangan langsung kabur ke kantin!" ucapnya berpamitan.
"Oke Pak." sahut semuanya.
Setelah kepergian Pak Irwan seluruh murid bersorak gembira. Memang tidak ada yang lebih membahagiakan bagi murid sekolah selain jam kosong.
Bukannya menuruti perkataan Pak Irwan tadi murid-murid cewek malah langsung duduk di pinggir lapangan dan murid cowok langsung membagi tim dan bermain bola.
"Ganti baju aja yuk." ajak Dey yang memang tidak betah lama-lama olahraga.
"Nanti lah jam sembilan lewat, kalau sekarang nanti ditanyain guru piket." ucap Fiony.
"Iya Dey tunggu bentaran lagi aja." tambah Christy.
"Iye-iye." ucap Dey mengalah.
"Diantara kalian siapa yang namanya Chika?!" suara itu berhasil mengalihkan perhatian mereka.
Perempuan yang sebenarnya cantik namun tertutup karena polesan pada wajahnya cukup tebal itu berdiri dengan angkuh bersama kedua antek-anteknya.
Chika berdiri dan menghampiri orang yang mencarinya itu. Ia sempat melirik ke arah pangkat kelas yang berada di seragam gadis itu.
Kakak kelas ternyata.
"Iya saya, ada apa ya kak?" tanyanya berusaha bersikap sopan.
"Nggak usah sok sopan dan nggak tau deh!" bentak Kakak kelas itu.
Chika dibuat tambah bingung, ia kembali melirik ke arah seragam Kakak kelas itu kali ini ke arah nametag-nya.
Maura Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine [Vikuy]
Teen Fiction[WARNING!] 'Sebelum membaca ada baiknya, baca baik-baik peringatan ini.' - Karakter yang ada dalam cerita tidak sama dengan aslinya. - 100% fiksi. - Jangan samakan dengan member yang asli. - Jangan ditiru jika terdapat kata-kata kasar atau cerita ya...