Deru suara motor yang saling bersahutan menyambut telinga Vito dan kedua temannya saat ia sudah sampai di arena balapan.
"Zee gak datang?" tanya Vito saat tidak kunjung mendapati keberadaan Zee.
"Ya biasa, paling dilarang sama Lala. Kayak gatau aja lo seberapa bucin Zee sama Lala." jawab Febian.
"Bucin banget heran gue." cibir Vito.
"Kayak lo dulu engga aja." balas Chandra.
"Seenggaknya gue ga takut pacar kayak Zee." ujar Vito.
"Gue doain lo bakal takut sama pacar nanti." Chandra kembali membalas.
"Gak akan!"
"Gue pegang omongan lo."
"Ga peduli."
"Ribut mulu lo berdua! Itu Bang Arya udah nungguin." ucap Febian melerai keduanya.
Vito dan kedua temannya pun segera menghampiri Arya yang sudah menatap mereka sedari tadi.
"Siap buat ngalahin anak belagu itu?" tanya Arya menatap Vito.
"Selalu siap Bang." ucap Vito tanpa ragu.
Arya tersenyum. "Good luck!" ujarnya menepuk pundak Vito beberapa kali.
"Thanks Bang."
"Akhirnya ketemu lagi kita." ucap Julian menampilkan wajah menantang pada Vito dan teman-temannya.
Vito menatap malas cowok belagu di hadapannya itu. "Ya." balasnya singkat.
"Gue jamin hari ini lo bakal kalah." ucap Julian dengan percaya dirinya.
Vito menaikan satu alisnya. "In your dream." ucapnya kemudian mengambil helm dan segera berjalan ke arena balapan. Julian yang mendengar itu semakin kesal terhadap Vito.
"Semangat Drun!" ucap Febian dan Chandra bersamaan. Vito menanggapi kedua temannya dengan menunjukan kedua jempolnya.
Seorang cewek dengan pakaian kurang bahan berjalan ke tengah-tengah antara motor Vito dan Julian sambil membawa sebuah kain berwarna merah. Ya, cewek itu yang akan memimpin jalannya pertandingan.
"Ready."
"One."
"Two."
"Three."
"Go!"
Pertandingan pun dimulai dengan Vito yang berhasil meninggalkan Julian cukup jauh. Sudah bisa dipastikan jika pertandingan malam ini akan dimenangkan oleh Vito lagi.
***
Tok tok tok
Tok tok tok~
Ceklek!
Chika yang sedang asik mengerjakan tugas sambil mendengarkan lagu menoleh saat mendengar pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.
"Ketuk pintu dulu bisa kali, Bang." ucap Chika sebal.
Dheo yang melihat kedua telinga Chika sedang tersumpal earphone mengabaikan kekesalan adiknya itu. "Besok jam empat sore gue disuruh jemput Kak Cindy. Lo mau ikut?"
"Kak Cindy pulang?" tanya Chika melupakan kekesalannya pada Kakak laki-lakinya ini.
"Iya."
"Kirain dia udah lupa jalan pulang karena sibuk ngebucin di negara orang." cibir Chika.
Dheo tidak menyangkal ucapan Chika, karena Kakak perempuannya itu memang terlalu sibuk dengan kehidupannya di Paris sehingga lupa untuk sekadar memberi kabar. Paling-paling sekalinya berkabar hanya minta untuk dikirimin uang jajan. Memang anak kurang ajar.
"Jadi, lu mau ikut nggak?" tanya Dheo sekali lagi.
"Ikut, pulangnya jalan-jalan dulu ya Bang. Udah lama kita gak jalan bertiga." jawab Chika senang dapat berkumpul dengan kedua kakaknya lagi.
"Oke, pulang sekolah nanti abang jemput." Dheo menutup pintu kamar Chika dan kembali ke kamarnya.
Beberapa menit setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya Chika baru ingat jika saat ini ia sedang terlibat perjanjian konyol dengan cowok gila itu.
"Sial, semoga tuh anak besok gak nyuruh yang macem-macem deh." ucap Chika berdoa.
****
Seperti yang sudah diduga, Vito berhasil memenangkan pertandingan hari ini. Hal itu lagi-lagi membuat Julian malu dan semakin membenci Vito dan teman-temannya.
"Liat pembalasan gue nanti!" kesal Julian kemudian pergi meninggalkan arena balapan dengan semua teman-temannya.
"Selamat bro! Dari awal gue udah yakin lo pasti bakal menang." ucap Chandra memberi selamat pada Vito.
"Ya jelas Badrun pasti bakal menang, si Juleha bukan tandingannya buat Badrun. Ye gak Drun." tambah Febian.
Vito tersenyum menanggapi ucapan teman-temannya. "Gak akan ada yang bisa ngalahin gue." ucapnya dengan sombong.
"Yee.. mulai deh sombongnya." cibir Arya.
"Hahaha gapapa Bang. Temen kita harus sombong." ucap Febian.
"Nah ini baru temen gue." ucap Vito merangkul pundak Febian.
"Hahaha iya-iya. Congratulation Drun, hadiahnya nanti gue kirim ke rekening lo." ucap Arya.
"Hadiahnya ambil aja Bang buat anak-anak yang lain." balas Vito.
"Serius lo?" tanya Arya.
Vito mengangguk. "Iya Bang, yaudah gue pamit duluan ya."
"Thanks Drun. Hati-hati lo." ucap Arya.
Vito mengangguk kemudian segera naik ke atas motornya dan pergi dari tempat balapan liar itu.
***
Sinar mentari pagi mulai menyinari Bumi. Kilau cahaya keemasan menyusup masuk ke sela-sela jendela kamar membuat gadis cantik yang masih tertidur pulas dibalik selimut tebalnya itu terpaksa membuka mata.
"Chika bangun nak. Ayo mandi udah siang nih." ujar lembut Melody yang sudah selesai membuka jendela kamar anak bungsunya.
"Iya Mami." Chika pun berjalan perlahan-lahan menuju kamar mandi.
"Mami tunggu di bawah, jangan lama-lama nanti kamu telat." ucap Melody sebelum benar-benar pergi dari kamar Chika.
Dua puluh menit kemudian Chika sudah rapih dengan baju seragam putih abu-abunya. Mencabut ponselnya yang sedang di charger dan memasukannya ke dalam tas. Setelah memoleskan bedak dan merias tipis wajahnya agar tidak terlihat pucat. Chika segera memakai sepatu dan pergi ke bawah untuk menemui Maminya.
Tap tap tap
"Akhirnya kamu turun juga, tuh udah ditungguin temen kamu." ucap Melody.
Chika yang bingung dengan ucapan Maminya segera menoleh ke arah ruang tamu.
"Lo ngapain disini?!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung~
Sorry for typo.
Maaf pendek.
Maaf juga kalau ceritanya gak nyambung.
Hope you like it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine [Vikuy]
Teen Fiction[WARNING!] 'Sebelum membaca ada baiknya, baca baik-baik peringatan ini.' - Karakter yang ada dalam cerita tidak sama dengan aslinya. - 100% fiksi. - Jangan samakan dengan member yang asli. - Jangan ditiru jika terdapat kata-kata kasar atau cerita ya...