Vito terpaksa harus menunda pertemuannya dengan Chika, karena Papa-nya mengiriminya chat untuk segera datang ke pertemuan keluarga.
Papa-nya itu ingin mengenalkan calon Mama barunya. Iya, Mama-nya Mira.
Setelah berpamitan dengan Melody, ia langsung bergegas pergi ke rumahnya. Masih menggunakan motor sport kesayangannya itu.
Jarak antar rumahnya dengan rumah Chika memang cukup jauh, sehingga butuh waktu dua puluh sampai tiga puluh menit untuk sampai di rumah.
Tepat pukul lima sore, ia sampai di kediaman keluarganya.
"Tolong parkirin ya, Pak." ucap Vito pada salah satu penjaga di rumahnya.
"Baik Den." jawab laki-laki bertubuh tegap itu, mengambil alih motor Vito.
Sang pemilik motor langsung berlari memasuki rumahnya, meski ada perasaan sedih namun Vito tetap bahagia karena akhirnya keluarganya akan kembali utuh.
Ditambah sahabat sekaligus cinta pertamanya kini menjadi saudara tirinya. Takdir memang kadang terdengar lucu.
"Udah sampai kamu, El?" tanya Fadrin.
"Menurut Papa?" balas Vito memutar kedua bola matanya.
Apa banget sih pertanyaannya, namun detik berikutnya Vito tersenyum senang. Ia tidak salah dengarkan? Papa-nya memanggil dirinya dengan namanya sewaktu kecil.
Iya, El.
"Yaudah kamu ganti baju gih, sebentar lagi Tante Alana akan datang." ucap Papa-nya.
"Oke."
Dengan segera Vito berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakaian dengan yang lebih rapih.
Tepat ketika Vito kembali turun, Tante Alana dan juga Mira sudah sampai di rumahnya. Kedua perempuan itu kini sedang berbincang-bincang di meja makan bersama dengan Papanya.
Pemandangan yang membuat Vito terharu.
"Sini, El. Duduk." suruh Fadrin.
Alana ikut menoleh ke arah Vito, wanita itu tersenyum. "Hai Vito, apa kabar kamu?"
Sejujurnya tidak sulit bagi Vito untuk menerima Alana, karena selama ia mengenal Mira wanita itu selalu menyayangi Vito seperti layaknya seorang Ibu.
"Baik Tante." jawab Vito balas tersenyum.
Masih sulit rasanya jika harus memanggil dengan sebutan Mama.
"Panggil Mama dong, kan bentar lagi Tante akan jadi Mama kamu." ucap Alana.
Baru juga bilang tadi.
"Mm.. iya Mah." ujar Vito agak canggung.
"Mulai saat ini biasakan ya, El." suruh Papanya.
"Iya, Pa."
"Yuk kita mulai aja makannya." lanjut Fadrin.
Mereka pun makan dengan sesekali disertai canda tawa. Melihat ke empat manusia itu, rasanya seperti melihat satu keluarga yang harmonis. Tampak sangat cocok.
Memang benar, semua akan indah pada waktunya.
Vito berharap begitu juga dengan kisahnya bersama Chika, akan berakhir indah.
°°°
Ternyata harapannya kemarin belum juga terjadi, bahkan mungkin semakin buruk. Pasalnya, Vito sama sekali tidak menemukan cara untuk bertemu dengan Chika.
Gadis itu menghindarinya.
Emangnya Vito salah apa? Ya, banyak sih Vito juga tau. Tapi kan pas pagi keduanya masih baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine [Vikuy]
Подростковая литература[WARNING!] 'Sebelum membaca ada baiknya, baca baik-baik peringatan ini.' - Karakter yang ada dalam cerita tidak sama dengan aslinya. - 100% fiksi. - Jangan samakan dengan member yang asli. - Jangan ditiru jika terdapat kata-kata kasar atau cerita ya...