°Part 22°

724 107 10
                                    

"Gue pacarnya."

Seluruh ruangan dikejutkan dengan kehadiran laki-laki asing di sana. Bahkan, Chika sendiri pun ikut terkejut dengan kehadiran laki-laki itu.

Levin tersenyum remeh ke arah laki-laki di depannya itu, "Selera lo yang begini? Culun." ujarnya mengatai laki-laki yang mengaku sebagai pacar Chika.

Sosok laki-laki dengan kacamata-nya itu tertawa kecil dengan penuturan Levin. "Culun? Kayaknya kata itu lebih pantas buat lo."

Levin bertambah emosi karena balasan dari laki-laki itu, "Lo murid baru aja nggak usah belagu!" Levin menarik kerah baju laki-laki itu.

"Lagian gue nggak yakin lo beneran pacar dari Chika!" lanjutnya sama sekali tidak percaya.

Laki-laki yang mengaku sebagai pacar dari Chika tidak terlihat takut sedikit pun, bahkan ia malah merangkul pundak Chika dengan posesif. "Kalaupun gue bukan pacarnya, itu bukan urusan lo."

"Yuk sayang kita pergi dari sini." lanjut laki-laki itu membawa Chika pergi.

Chika sendiri hanya diam tanpa merespon apa pun. Namun, ia tetap mengikuti ajakan dari laki-laki itu.

Chika menyadari jika dirinya sempat berpapasan dengan Vito saat menuju pintu keluar. Vito tampak menatap dirinya dengan lekat, mereka sempat bertatapan beberapa detik sebelum akhirnya Chika memutuskan kontak mata tersebut dan memilih untuk mengabaikan Vito.

Saat ini pikirannya sedang tertuju pada satu orang laki-laki yang saat ini sedang menuntunnya keluar dari kerumunan tersebut.

Reyhandra Jayawardhana Putra.

.

Kedua sejoli yang membuat gempar satu sekolahan itu memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah.

"Lo gapapa, kan?" tanya Rey, saat mereka sudah duduk di kursi taman yang tersedia.

Chika mengangguk, "Iya, gapapa. Makasih ya."

Rey tersenyum, senyumannya masih semanis karamel. "Sama-sama."

"Katanya mulai sekolah minggu depan?" tanya Chika yang memang bingung.

"Berubah pikiran aja." jawab Rey seadanya.

"Kok nggak bilang-bilang?"

Rey tertawa kecil, "Kan biar surprise." ujarnya sambil mengacak-acak rambut Chika.

"Ih lo masih aja nyebelin kayak dulu!" cibir Chika sambil merapihkan rambutnya yang di acak-acak, sedangkan Rey tertawa senang melihatnya.

"Baytheway Chik, lo pasti sering di tembak begitu ya selama di sini?" tanya Rey sedikit penasaran.

Chika menggeleng, "Ngga sering kok, bahkan ini pertama kalinya gue ditembak di lapangan sekolah."

"Oh ya? Masa sih? Tapi yang nembak lo udah banyak kan?"

"Kayaknya sekedar ngasih cokelat dan surat di loker aja sih, sama ada beberapa yang emang ngungkapin perasaannya langsung ke gue. Tapi, lo tau kan perasaan nggak bisa dipaksa dan gue juga nggak mau mainin perasaan orang." jelas Chika.

Rey mengangguk paham, "Mulai sekarang lo bisa jadiin gue alasan untuk nolak cowok-cowok yang ganggu lo."

Chika menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju, "Nggak usah Rey, nanti kalau cewek lo tau bisa panjang urusannya."

"Lo tau darimana kalau gue udah punya cewek?" tanya Rey bingung.

Chika tertawa, "Hehe.. dari Gito."

Please Be Mine [Vikuy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang