°Part 35°

755 112 21
                                    

Karena hukuman dari Papanya hari ini Vito memutuskan untuk mengurung diri di kamar sambil memainkan beberapa lagu di ruang musik, ia masih berusaha memahami kenapa tante Alana setega itu padanya.

Dan apakah Mira benar-benar terlibat dengan semua kejadian ini?

Drrt.. drrt..

Getaran pada ponselnya berhasil membawa kembali pikiran Vito yang melayang entah kemana.

Ada satu panggilan tak terjawab dari Gito.

Melihat itu Vito langsung menelpon balik nomor Gito.

"Halo, Drun."

'Kenapa, Git?'

"Lo dimana? Ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo."

'Di rumah, gue nggak bisa kemana-mana nih. Papah gue tau soal skors gue.'

"Kalau gitu gue otw rumah lo ya."

'Iya ke sini aja, ada Mira sama Mamanya di bawah. Lo langsung masuk ke kamar gue aja.'

"Oke."

Setelah menutup ponselnya Vito langsung mengintip sebentar ke arah bawah, ia bisa melihat Mira dan Alana yang sedang asik menonton televisi bersama sesekali suara tawa mereka terdengar sampai atas.

Jika diperhatikan memang tidak ada yang aneh dari kedua perempuan itu, tetapi Vito ingin memastikan sendiri setelah terbebas dari hukuman Papanya.

Tidak lama setelah itu ia bisa melihat kedatangan Gito bersama dengan Febian, kedua temannya itu sempat menyalimi Alana sebelum izin pergi ke atas.

Vito yang melihat itu langsung masuk ke dalam kamarnya diikuti oleh kedua teman-temannya.

"Gue kira lo sendiri." ucap Vito.

"Kenapa sih? Kayak nggak suka banget gue ikut." balas Febian kesal.

"Canda elah."

"Gue ketemu dia di jalan, kasian banget dorong-dorong motor makanya gue ajak sekalian." jelas Gito.

"Kenapa lagi motor lo?"

"Biasalah, butuh jajan." jawab Febian terlihat lelah karena mendorong motornya yang mogok sampai menuju bengkel.

Beruntung dia bertemu Gito, meskipun tidak membantu banyak setidaknya Febian bisa pergi terlebih dahulu daripada menunggu motornya yang sedang butuh jajan itu.

"Jadi, apa yang mau lo omongin?" tanya Vito tanpa basa basi.

Gito melirik ke arah Febian sebentar, "Gapapa nih?"

"Gapapa." jawab Vito menyadari maksud Gito.

"Kemarin lo minta bantuan gue untuk nyelidikin hubungan Levin dan keluarga lo kan?"

Vito mengangguk, "Iya lo udah nemu hasilnya?"

Ia ingat jika setelah bertemu dengan Levin, dirinya menelpon Gito untuk meminta bantuan. Ternyata sahabatnya itu cukup berguna juga tentang hal-hal seperti ini.

"Bokap-nya Levin pernah jadi orang kepercayaan Ibu kandung lo, selama ini Bokap-nya Levin nyari lo tapi nggak ketemu karena Levin menutupi keberadaan lo." jelas Gito.

"Kalau begitu kenapa Levin dengan mudahnya kasih tau gue tentang hal sepenting itu?" tanya Vito.

"Dia nggak mau Bokap-nya ketemu langsung sama lo karena dia takut perusahaan keluarganya akan diberikan ke lo, karena perusahaan yang dikelola oleh orang tua Levin itu punya Ibu kandung lo."

Please Be Mine [Vikuy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang