°Part 33°

713 110 4
                                    

Double update ya^^

>>>>><<<<<

Vito yang kini berumur 13 tahun, tengah bermain bersama sahabat sekaligus cintanya Amirah Fatin. Perempuan yang selalu ada didekatnya saat kedua orang tuanya sibuk dengan dunia masing-masing, hanya Mira-lah yang ada di sisinya.

Wajar bukan ia menaruh rasa?

Hari ini kedua remaja itu sedang bermain bersama, entah ada angin apa Mira mengajaknya pergi ke salah satu tempat yang katanya menjadi tempat favorit perempuan itu.

"Badrun, gue minta maaf ya." ucap Mira tiba-tiba, wajahnya terlihat murung.

"Kenapa? Lo nggak salah apa-apa kok."

"Gue akan melanjutkan studi gue di luar negeri, gue harap kepergian gue bisa membuat rasa lo untuk gue hilang ya."

Vito terdiam cukup lama, berusaha mencerna arti ucapan Mira. Dua hari yang lalu ia memang sudah mengungkapkan perasaannya pada Mira namun ia tidak menyangka perempuan di depannya ini memilih untuk pergi darinya.

"Kenapa harus pergi, Mir?"

"Kalau emang lo nggak bisa nerima perasaan gue, gue akan mengerti dan berusaha untuk lupain lo walaupun gue tau itu bakal sulit. Seenggaknya lo nggak milih untuk tinggalin gue." lanjut Vito berusaha untuk membujuk Mira agar tidak pergi dari hidupnya.

"Maaf tapi gue nggak bisa, keputusan gue untuk pergi udah bulat, to. Gue harap lo bisa ngerti dan lupain gue."

"Bukannya lo udah janji untuk menjadi sahabat yang akan selalu memberikan warna untuk kehidupan gue yang penuh dengan gelap ini?"

"Maaf Vito, gue nggak bisa nepatin janji gue di saat kehidupan gue juga sama gelapnya seperti lo." Mira menangis kejar.

Perempuan itu seperti memendam sesuatu yang akhirnya keluar melalui tangisan yang memilukan.

"Kalau gitu, kita bisa saling mewarnai hidup kita kan?"

"Plis lo harus ngerti, Vito. Gue nggak bisa ada di dekat lo lagi.. hiks."

"Kenapa, Mir?"

"Lo nggak perlu tau alasannya, yang jelas gue mau lo lupain perasaan lo terhadap gue."

Mira mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Vito sendirian dengan awan yang sudah menggelap sama seperti Vito yang harus kehilangan pelanginya lagi.

Sejak kecil hidupnya sama sekali tidak bahagia, ia bahkan tidak mendapatkan kasih sayang seorang Ibu karena ia sama sekali belum pernah bertemu dengan Ibu kandungnya. Papanya yang selalu sibuk dengan kerjaan, jarang di rumah, dan sekalinya pulang Vito hanya akan mendapatkan wajah dingin dari sang Papa.

Sampai suatu hari harapan kecil tumbuh di hatinya, mengetahui fakta jika Ibu kandungnya masih hidup dan ia memiliki seorang adik perempuan. Namun lagi-lagi harapan bahagia itu harus musnah ketika ia mendapati kabar jika Ibu kandungnya meninggal karena kecelakaan bersama dengan adiknya saat sedang ingin mengunjunginya.

Vito kembali hancur, sampai akhirnya ia bertemu dengan Mira dan Alana yang membuatnya merasa memiliki keluarga lagi.

Tetapi lagi-lagi hidupnya berubah menjadi gelap, seakan-akan Tuhan memang tidak mengizinkan Vito untuk bahagia. Pelangi-nya pergi menyisakan rasa sesak dan kehampaan dalam hidupnya.

°°°

Vito terbangun dengan nafas yang terengah-engah, mimpi itu kembali datang. Mimpi yang sebetulnya adalah kenangan buruk tentang masa lalunya, ia langsung teringat dengan perkataan Levin semalam.

Please Be Mine [Vikuy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang