°Part 32°

680 101 3
                                    

Setelah melalui perdebatan panjang dengan kedua perempuan yang selalu mengganggu hari-hari Vito, akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk mengantar Chika pulang ke rumahnya karena hari juga sudah berubah menjadi gelap.

"Chika, makasih ya udah mau mampir ke rumah." ucap Vito senang.

"Makasih juga udah kasih gue makan, hahaha." balas Chika sambil tertawa.

"Nggak perlu makasih, nanti di masa depan juga aku yang bakal kasih kamu makan terus."

Chika tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, ada-ada saja ucapan laki-laki di depannya itu, "Emang gue mau terus-terusan sama lo?"

"Harus, soalnya aku bakal pastiin itu terjadi." jawab Vito penuh percaya diri.

Chika kembali tertawa, "Percaya dirinya tinggi ya."

Vito ikut tertawa, "Jadi gimana?"

"Gimana apa?" Chika mendadak bingung.

"Hati lo, udah siap ngelukis nama gue?"

Chika mendadak terdiam, apakah ia sudah siap membuka hatinya kembali untuk laki-laki yang sudah beberapa minggu ini mewarnai hari-harinya.

"Nggak usah dijawab, lihat kamu mulai nerima dan mau pergi bareng aku aja.. aku udah tau jawabannya." lanjut Vito tersenyum penuh arti.

"Ih kok sok tau?" tanya Chika memicingkan matanya.

"Nanti ya aku resmiin hubungan kita, sekarang kamu masuk gih ke dalam udaranya mulai dingin nih. Nanti masuk angin lagi." ucap Vito.

Keduanya memang sudah sampai di depan rumah Chika sejak beberapa menit yang lalu.

"Yaudah gue masuk ya, lo hati-hati pulangnya." ucap Chika mulai melangkah masuk ke arah pintu utama rumahnya.

Pandangan Vito sama sekali tidak lepas dari Chika sampai pintu utama rumah Chika kembali tertutup, menandakan jika perempuan itu sudah masuk ke dalam rumah.

Vito tersenyum memperhatikan hal kecil itu, "Semoga benar dugaan gue, lo udah mulai membuka hati untuk gue ya, Chika."

Setelah berucap pelan seperti itu Vito menyalakan motornya dan pergi dari halaman rumah Chika.

Ada satu hal lagi yang harus ia urus malam ini, tentu saja tentang Levin.. Kakak kelasnya itu memberikan pesan mengajaknya bertemu di lokasi yang sudah dikirimkan padanya.

Gedung bekas yang tidak terpakai menjadi pilihan Levin untuk mengajak Vito bertemu, tempat yang bagus untuk membuat jebakan sebetulnya.

"Datang juga lo." Levin berdiri tepat beberapa meter di depannya, Vito bisa melihat dengan jelas bayangan laki-laki itu karena pantulan sinar bulan.

"Ngapain lo ngajak gue ketemu?" tanya Vito langsung ke intinya.

"Kalem, gue cuma mau ngajak lo diskusi." jawab Levin.

"Buruan, gue nggak ada waktu buat ladenin orang kayak lo." Vito berjalan semakin mendekat ke arah Levin.

"Gue tau selama ini lo selalu mencari tau siapa dalang dibalik kecelakaan Nyokap dan Adik lo beberapa tahun yang lalu."

Vito masih memasang wajah dinginnya, "Maksud lo apa?"

Levin menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman licik, "Gimana kalau gue bilang gue tau siapa dalangnya?"

Vito berusaha sekuat mungkin menahan perasaannya, "Lo nggak usah bohong sama gue!"

"Adik lo, Flora Shafiqa Fadrin dia masih hidup."

Please Be Mine [Vikuy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang