Sudah tiga hari sejak kebohongannya itu terungkap, hari-hari Vito kembali seperti dulu. Monoton dan tidak ada yang membuatnya semangat.
Bahkan saat ini Vito enggan melakukan apapun lagi, padahal ia sudah ada janji berkumpul dengan teman-temannya. Namun, laki-laki itu masih saja malas-malasan di atas kasurnya.
Ceklek~
Vito menoleh ke arah pintu yang terbuka.
Mira, ternyata.
Saudara tirinya itu memang masih berada di Indonesia, bahkan memutuskan untuk pindah ke Indonesia setelah mengetahui jika tanggal pernikahan orang tua mereka tinggal tersisa satu bulan lagi.
"Turun dulu, sarapan." suruh Mira.
"Iya, nanti." jawab Vito malas.
Mira mengernyit heran, gadis itu sadar dengan tingkah Vito yang tidak seperti biasanya. Namun, ia merasa tidak asing dengan sikap Vito saat ini.
Gadis itu tersenyum saat mengingat penyebab sikap Vito seperti ini.
Iya, waktu ia menolak perasaan Vito.
"Patah hati?" tanya Mira.
"Nggak." jawab Vito singkat namun terdengar sedang kesal.
"Gue udah hafal banget, sama siapa kali ini? Nggak mungkin karena gue lagi, kan?" ujar Mira duduk di pinggiran kasur Vito.
Vito berdecak lalu beranjak turun dari kasurnya. "Kepo banget jadi manusia." ujarnya sambil berlalu keluar kamar.
Meninggalkan Mira yang kini tertawa geli.
Kadang orang patah hati emang suka jadi sensi, kayak merk masker.
°°°
Setelah hampir seharian mendekam di rumah, akhirnya Vito memutuskan untuk menyusul Chandra yang katanya sedang berada di studio musik. Begitu juga dengan yang lainnya.
Sesampainya di sana, ia melihat Chandra yang asik memainkan gitarnya. Gito yang sedang mencari lagu yang akan mereka bawakan bersama dengan Zee. Terakhir Febian sedang asik mojok berduaan dengan seorang perempuan yang Vito ketahui sebagai teman dekat Chika.
Bicara tentang Chika, gadis itu sedang apa ya?
Karena penasaran Vito pun berjalan menghampiri kedua sejoli yang sedang di mabuk cinta itu.
Sekalian ganggu sih, enak aja mereka berduaan di depan jomblo. Bikin iri aja!
"Gue lihat-lihat kalian berdua paling asik nih, ngobrolin apa sih?" ucap Vito duduk tepat ditengah-tengah mereka.
Febian meringis kesal. "Ganggu anjing! Minggir nggak lo!"
"Stt.. diem!" ujar Vito menempelkan satu jari telunjuknya tepat di bibir Febian.
"Uh sosweet banget kalian." sahut Zee yang melihat dari jauh.
Febian langsung saja mendorong tubuh Vito hingga laki-laki itu terjatuh dari sofa.
Bruk!
"Febian bangsat! Sakit woy!" teriak Vito kesal.
"Mampus lo! Makanya jangan gangguin gue!" balas Febian yang sama sekali tidak merasa bersalah.
Bahkan Dhea yang melihat Vito jatuh dari sofa malah tertawa ngakak.
Vito mendengus sebal, namun ia kembali duduk di samping Dhea. Mengabaikan Febian yang sudah memasang wajah murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine [Vikuy]
Teen Fiction[WARNING!] 'Sebelum membaca ada baiknya, baca baik-baik peringatan ini.' - Karakter yang ada dalam cerita tidak sama dengan aslinya. - 100% fiksi. - Jangan samakan dengan member yang asli. - Jangan ditiru jika terdapat kata-kata kasar atau cerita ya...