Vito menghampiri Mira yang sedang duduk santai di halaman belakang rumah. Gadis itu tengah asik menikmati pemandangan kolam renang di temani segelas jus jeruk serta mie instant kuah yang masih hangat.
"Kapan bikinnya?" tanya Vito duduk tepat di samping gadis itu.
Mira menoleh. "Udah daritadi, sebelum nyamperin lo keluar." jawabnya.
"Oh.. lo sampai kapan di sini?" tanya Vito lagi.
"Minggu gue balik, tapi gue kepikiran untuk pulang ke Indo masa?" curhat Mira.
Gadis itu tengah dilanda kebingungan antara melanjutkan pendidikannya di luar negeri atau kembali ke Indonesia bersama dengan Vito.
"Terserah lo, tapi bukannya tanggung kalau lo balik sekarang?"
Mira mengangguk setuju. "Iya tanggung, mungkin tahun depan? Gue mau kelas dua belas kita sama-sama lagi."
Vito terdiam seketika, sama-sama lagi seperti apa yang Mira maksud? Apa karena kedatangan Chika gadis di hadapannya ini berniat untuk pulang? Tapi, untuk apa?
Melihat Vito yang terdiam, Mira kembali melanjutkan ucapannya. "Jangan salah paham dulu, sama-sama disini maksud gue ya.. sahabatan, kayak dulu lagi sebelum gue pindah."
Vito menatap Mira sendu. "Karena Chika ya?" tanyanya.
Mira mengerutkan keningnya. "Mm.. bukan kok faktor utamanya bukan itu, tapi gue seneng lo bisa deket sama cewek selain gue."
"Tentang perasaan lo ke gue itu... Mm udah nggak kan?" lanjutnya hati-hati, takut menyinggung perasaan Vito.
Sayangnya perasaan Vito sudah terlanjut tersinggung, laki-laki itu cuma bisa tertawa kecil.
"Jadi beneran karena Chika ya?" Vito membatin.
"Udah nggak kok, sebelum ketemu Chika gue sempet pacaran sama cewek juga." cerita Vito.
Mira meneguk jus jeruknya sebelum menjawab. "Oh ya? Gue seneng dengernya, itu artinya kita akan terus jadi sahabat." ucapnya tersenyum manis.
Vito ikut tersenyum, mungkin memang begini akhirnya. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya, ya sudah seharusnya begini. Perasaannya untuk Mira sudah seharusnya ia hapus. Meski masih belum ada tanda-tanda lampu hijau dari gadis bermata cokelat itu, Vito bertekad untuk terus memperjuangkan cintanya yang sekarang.
Mungkin saja selama ini Vito salah mengartikan perasaannya terhadap Mira? Ia hanya terbiasa bersama dengan gadis itu makanya timbul perasaan lain saat itu. Semoga saja ia tidak salah mendaratkan cintanya lagi.
"Berarti kita beneran berakhir ya?" ucap Vito masih dengan senyumannya.
Mira mengangguk senang. "Bytheway lo putus dong sama pacar lo sebelum Chika?"
"Lo bilang gitu kesannya kayak gue sama Chika udah pacaran deh." Vito terkekeh saat pikiran itu menyapa kepalanya.
"Aminin aja kenapa? Kan ucapan itu doa, itung-itung gue doain kalian biar cepet jadian." balas Mira.
Vito mengerucutkan bibirnya. "Susah kalo yang satu ini sih."
"Kenapa?"
"Dia beda banget, belum apa-apa aja gue udah ditolak berapa kali ya? Saking banyaknya sampe lupa." curhat Vito mengingat penolakkan yang dilakukan Chika dengan spontan itu.
"Cara deketin lo gimana emang?"
"Gue jadiin dia babu." jawab Vito dengan santainya.
Mira dibuat membeku sama jawaban Vito. "Maksud lo gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be Mine [Vikuy]
Teen Fiction[WARNING!] 'Sebelum membaca ada baiknya, baca baik-baik peringatan ini.' - Karakter yang ada dalam cerita tidak sama dengan aslinya. - 100% fiksi. - Jangan samakan dengan member yang asli. - Jangan ditiru jika terdapat kata-kata kasar atau cerita ya...