°Part 34°

732 114 12
                                    

Melihat awan mendung di langit membuat Chika menyesal karena tidak membawa mobil dan menolak ajakan Rey untuk pulang bersama. Seharusnya tadi pagi ia mendengarkan ucapan Maminya untuk membawa mobil, inikah yang dinamakan ucapan orang tua adalah hal yang harus kamu lakukan?

Jika menolak, inilah yang terjadi.

Semilir angin yang semakin lama menjadi kencang mampu membuat Chika merapatkan jaket yang ia kenakan, entah kenapa cuaca hari ini sepertinya lebih dingin dari biasanya.

"Chika? Belum pulang?"

Chika menoleh ketika mendengar suara yang sangat dikenalinya, suara dari sang mantan.

"Menurut lo?"

Gito tertawa, "Iya juga, kenapa belum pulang maksudnya."

"Nunggu bis, tapi belum datang-datang." jawab Chika.

"Nggak bawa mobil emang?"

Chika mendelik sebal, "Kalau bawa ngapain gue nunggu di halte sekolah?"

Gito menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ''Iya sih, maaf ya basa basi banget gue."

Hujan rintik-rintik mulai turun dan membasahi jalanan sekitar membuat udara semakin dingin, Chika kembali berusaha merapatkan jaketnya. Beruntung tidak lama setelah itu, Bis berhenti di depan mereka.

"Gue duluan ya." pamit Chika langsung masuk ke dalam Bis, perempuan itu tidak menyadari jika Gito ikut masuk ke dalam Bis.

"Misi, numpang duduk di samping ya mba."

Chika yang baru saja duduk di salah satu bangku sedikit terlonjak kaget, "Astaga lo kok ikut naik?"

Gito tertawa, lalu duduk di samping Chika, "Disuruh Badrun buat jagain kesayangannya nih."

Gito memperlihatkan layar ponselnya yang berisi ruang obrolan bersama Vito.

"Kok bisa-bisanya dia nggak ngasih kabar ke gue?" tanya Chika keceplosan saat melihat chat Vito pada Gito, sedangkan seharian ini laki-laki itu tidak memberikannya kabar.

"Ini chat kemarin, dia nyuruh gue untuk jagain lo. Ya, sebenernya sih dia nyuruh semua teman-temannya bukan gue doang." jelas Gito.

Chika mengangguk paham, "Berarti hari ini dia nggak ada kabar?"

"Lagi ngurusin sesuatu katanya sih, tungguin aja nanti juga muncul anaknya." ucap Gito.

Bicara tentang mengurusi sesuatu, Chika jadi semakin curiga dengan keterlibatan Vito yang membuat Levin keluar dari sekolah.

"Lo tau sesuatu tentang Levin ya?" tanya Chika menaruh kecurigaannya juga pada Gito.

"Emang Levin kenapa?" dengan polosnya Gito malah bertanya balik, berakting seolah-olah ia tidak mengetahui apa pun.

"Nggak usah pura-pura gatau deh." ucap Chika sebal.

Giti menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Pokoknya lo akan aman sama Vito, percaya sama gue."

"Tuh kan lo tau sesuatu, buru kasih tau gue!" cecar Chika.

"Mending lo tanya sendiri sama Vito-nya deh, Chik. Dia pasti bakal kasih tau lo kok." jawab Gito menolak untuk memberitahu.

Chika berpikir sejenak, "Kalau dia nggak mau cerita, gue bakal incer lo lagi pokoknya."

"Iya-iya." Gito bernafas lega, setidaknya ia yakin jika Vito akan memberitahu Chika jika perempuan itu bertanya. Bukannya ia tidak mau langsung memberitahu, hanya saja rasanya kurang pantas jika dirinya mendahului Vito.

Please Be Mine [Vikuy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang