Pelajaran bahasa indonesia adalah pelajaran yang paling membosankan bagi para murid kelas Hana. Apalagi yang mengajar pelajaran ini adalah Bu Ratna, guru bahasa indonesia itu lebih banyak bercerita tentang anaknya yang berhasil kuliah di amerika dibanding membahas pelajaran. Jelas saja membuat semua murid-murid menjadi jengah.
Beberapa murid ada yang mendengarkan saja dengan ikhlas, namun kebanyakan sih malah melipat tanganya dan membenamkan kepala mereka, rasanya cerita Bu Ratna bisa menjadi dongeng pengantar tidur bagi para murid-muridnya.
Amanda, cewek kutu buku itu sibuk memperhatikan Bu Ratna bercerita, lain halnya dengan Nindi yang malah memejamkan mata dan menutup wajahnya dengan buku paket.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba meja yang ditenpati Nindi bergerak-gerak seolah terkena gempa, sontak saja sang penghuni langsung mengangkat kepalanyanya.
"Kenapa?" tanya Amanda yang tak sengaja melihat gerak-gerik aneh dari Nindi.
"Ini loh, kok meja gue gerak-gerak sendiri?" balas Nindi melihat ke arah bawah mejanya, melihat apa ada yang asalah disana.
"Meja gue enggak tuh," kata Amanda.
"Tuh liat, meja gue gerak-gerak kan kaya kena gempa lokal."
Amanda jadi bingung sendiri, ia melihat jelas meja Nindi yang berguncang-guncang seperti terkena gempa.
Namun Amanda mencoba mencerna dengan akal dan nalar, tatapn gadis itu perlahan menuju kebelakang, tepatnya pada tempat duduk Hana.
"Na? Lo ngapain?" bingung Amanda.
Nindi yang kepo akhirnya membalikan badanya, melihat ke arah Hana.
Nindi dan Amanda jadi bingung sendiri melihat Hana yang bergemetar aneh, tubuhnya mengeluarkan keringat deras seperti habis maraton 3 kilometer, kaki Hana tak bisa berhenti ia hentak-hentakan ke lantai.
"Lo kenapa sih, Na? Mules?" tanya Amanda.
Hana menggelengkan kepalanya sebari tetap menghentak-hentakan kakinya.
"Terus apa dong?" kata Nindi.
BRAKKK!!
Seluruh orang yang ada di kelas langsung terpelonjat kaget, semua mata mengarah pada satu titik, tempat Hana berdiri.
"Ma... Maaf, Bu. Saya boleh izin ke toilet gak?" kata Hana.
"I... Iya boleh," kata Bu Ratna terbata-bata karna masih syok akibat dentuman suara yang dihasilkan Hana saat menggebrak meja.
"Ma.. Makasih, Bu," pamit Hana langsung berlari pergi menuju keluar kelas, gadis itu berlari terbirit-birit ke arah luar.
Hana benar-benar tak tahan lagi menahan diri untuk tidak membuang air kecil. Hana benar-benar tak kuat lagi dan ingin segera buang air kecil.
"Aduh bentar dulu, belum sampe ke kamar mandinya," kata Hana menenangkan tubuhnya sendiri.
Hana benar-benar sangat tak kuat lagi, padahal toilet siswi masih berjarak puluhan meter lagi, tapi ini sudah di ujung tanduk rasanya.
"Kayanya gue kebanyakam minum pas pulang dari kantin deh. Duh Hana, lo tuh gimana sih?"
Hana sudah tak sabar lagi, gadis itu sudah tak sanggup dan ini sudah hampir keluar. Hana melihat sebuah tulisan TOILET PRIA. Hana tertegun sebentar, berpikir cepat.
"Ada cowoknya gak ya?" tanya Hana masih berpikir.
"Ah lama, udah masuk aja."
Tanpa banyak pikir lagi, Hana langsung tancap gas masuk ke dalam toilet pria, semoga saja tak ada cowok di dalam sana, Hana hanya ingin sekedar buang air kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Dari Neraka (END)
JugendliteraturMeskipun Hana tak mengetahui apa yang terjadi, namun tatapan mata dari cowok yang baru saja menabraknya itu, mengisyaratkan bahwa ia tak boleh memberitahukan keberadaanya. Memang bukan masalah bagi Hana untuk menolong cowok itu, namun karna hal itu...