Sekelompok cowok-cowok yang terkenal di kalangan kaum hawa tengah berkumpul di depan ruang BK, siapalagi kalau bukan genk pembuat onar SMA Mentari.
Ketiga cowok perusuh ini sedang mengintip di jendela ruangan BK, ketiganya ketawa-ketiwi sendiri melihat 3 orang pria baru baya yang sedang berdialog dengan Bu Lastri di dalam sana.
Gema, cowok itu merasa puas sendiri setelah dirinya berhasil mewujudkan idenya.
Sebelumnya, Gema dan kedua kawanya ini sudah membekali 3 orang suruhanya dengan setelan pakaian jas super bagus untuk semakin meyakinkan bahwa ketiga orang suruhanya adalah orang tua masing-masing dari mereka.
Ketiganya tak hentinya ketawa-ketiwi melihat ketiga pria paru baya suruhanya itu seperti diwanti-wanti oleh Bu Lastri, dan mereka jadi senang karna Bu Lastri percaya begitu saja kalau mereka adalah orang tua Gema, Gibran, dan Nando.
Sudah lebih dari 10 menit Bu Lastri memperingati kepada orang tua bayaran Gema. Entahlah apa yang mereka rasakan di dalam sana, mungkin berasa kembali muda karna kembali merasakan berada di ruang BK dan dimarahi guru BK.
Ketiga cowok itu berhigh-five dibawah, melihat keberhasilan ide kreatif mereka yang berjalan amat mulus dan sukses.
Gibran tak kuasa lagi menahan tawanya, cowok itu kini turun dari bangku yang ia naiki untuk mengintip di jendela. Gibran lalu duduk di kursi itu sebari memegangi perutnya dan tak kuasa lagi menahan tawanya.
Gema dan Nando tak lama mengikuti Gibran, kini ketiganya duduk berjejer lalu tertawa serentak.
"Gak kebayang perasaan mereka," kata Nando diakhiri dengan tawa lepasnya.
"Pasti deg-degan banget tuh, secara kan itu guru paling sering bikin murid tewas di tempat," timpal Gibran membasuh setetes air mata yang keluar dari ujung matanya.
Nando menepuk pelan bahu Gema yang duduk di tengah. "Ide lo keren banget bro. Gue bangga."
Gama mengangkat kerahnya, seolah anak jenius yang menyombongkan kepintaranya.
"Siapa dulu," angkuhnya.
"Kayanya kita harus coba lagi lain kali," seru Gibran dengan masih sedikit tertawa.
"Bener-bener, ide jenius gini gak boleh di hapus," seru Nando menyetujui.
"Iya-iya, lain kali kita harus lakuin lagi," kata Gema.
Selang lima menit kemudian, suara pintu dibuka mulai terdengar. Ketiga pria paru baya yang sedari tadi di dalam ruangan BK akhirnya keluar dari sana.
Gema, Gibran, dan Nando menahan tawanya saat melihat wajah ketiga orang suruhanya yang sudah ditekuk. Genk pembuat onar ini sangat tahu betul perasaan ketiga orang suruhanya itu.
"Kenapa kalian senyum-senyum?" kata Bu Lastri. Sonyak saja membuat Gema dan kedua temanya langsung tersentak pelan dan melihat ke sumber suara.
"Bu?" serempak ketiga siswa itu.
Bu Lastri menghela napas sebentar. "Inget ya kalian gak boleh ngulangin lagi kesalahan kalian. Harusnya tuh kalian malu sama orang tua kalian, harusnya kalian minta maaf atas kesalahan kalian," katanya dengan bijak.
Gema, Gibran, dan Nando lalu melihat toga orang suruhanya yang terdunduk di depan mereka.
"Minta maaf cepet! Sebelum kalian dikutuk jadi sapi," kata Bu Lastri.
Sontak saja Gema, Gibran, dan Nando melihat ke arah Bu Lastri dengan tatapan terkejut, lalu ketiganya langsung melihat ke arah tiga pria paru baya suruhan mereka. Haruskah mereka meminta maaf pada orang tua bayaranya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Dari Neraka (END)
Ficção AdolescenteMeskipun Hana tak mengetahui apa yang terjadi, namun tatapan mata dari cowok yang baru saja menabraknya itu, mengisyaratkan bahwa ia tak boleh memberitahukan keberadaanya. Memang bukan masalah bagi Hana untuk menolong cowok itu, namun karna hal itu...