"Halah, paling juga malu gara-gara foto kemarin, BIASALAH!"
"Lagi ngurung diri dikamar. Hahaha."
"Sambil nutup muka, ye kan?"
Nindi menghelela napas berat, sedari tadi ia ingin sekali membalas kata-kata yang keluar dari mulut gadis-gadis yang tengah berkumpul didepan kelasnya.
Namun apalah daya, Nindi hanya bisa mengumpati mereka semua didalam hatinya, ia tak mau memperkeruh keadaan yang sebenarnya sudah sangat keruh.
Jam sudah menunjukan pukul 06.55 jelas sudah, Hana tak akan sekolah hari ini, gadis itu absend dari sekolahnya untuk hari ke tiga.
Nindi mendesah pasrah, ia hanya bisa mentap kursi kosong dibelakang kursinya, ya kursi milik Hana.
"Na, lo kemana sih? Bales chat gue kek, angkat telfon gue kek. Kasih kabar lo ke gue!" kata Nindi mengobrol dengan kursi kosong, seperti seorang presenter TV.
Prok! Prok! Prok!
Nindi menatap ke arah sesosok cowok yang tiba-tiba datang dengan berteuk tangan, seolah ada sesuatu yang membuatnya kagum dan terpukau.
Nindi menatap sinis ke arah Ahmad.
"Gue gak nyangka, lo ternyata anak dugong?"
"Indigo, kambing!" sewot Nindi tak terima.
"Nah itu maksud gue. Lo lagi parodi kursi kosong? Emang masih jaman?"
"Lo bisa diem gak? Gak usah deh lo sok ikut campur. Lo mending ke kantor guru, Bu Ratna pasti udah mau OTW ke sini," ucap Nindi, kini nada bicaranya sedikit lebih turun, malas meladeni cowok gila ini.
"Ternyata, lo pinter juga. Kalo gitu, gue pamit dulu ya ke kantor guru," pamit Ahmad.
"Iya, dah, udah cepet sana! Pergi yang jauh! Gak usah balik lagi," kata Nindi kejam.
"Siap! Awas aja lo kangen!"
"Enak aja! Pergi sono!"usir Nindi mendorong tubuh Ahamad agar menyingkir dari hadapanya.
Wajah Nindi kembali galau, gadis itupun menatap meja kosong milik Hana.
"Nih buat lo."
Nindi menolehkan kepalanya lagi setelah sebuah botol minuman tersodor ke arahnya.
"Makasih ya, Nda. Lo baik banget, tau aja kalo gue lagi butuh cairan untuk mengisi energi," ucap Nindi lalu membuka tutup botol minuman soda itu dan meneguknya hingga setengah.
Tak ada balasan dari Amanda, gadis itu langsung duduk ditempatnya dan membuka buku novel yang ia bawa dari rumah.
"Eh woi itu!"
"Hah? Apaan?"
"Itu bukanya Hana?"
"Hah itu bukanya... Gema! Kok Hana sama Gema?"
Nindi yang sedang meneguk minumanya pun langsung tersentak kaget mendengarnya, untung saja ia tak menyemburkan minuman yang sudah ada dimulutnya. Kalau tidak, ya bisa dipastikan cewek yang duduk dibelakang kursi Hana bakal ngamuk dan ngajak tanding MMA.
Sesegera mungkin Nindi bangkit dari kursinya dan membelah kerumunan diantara teman-temanya yang sudah mengerumuni sepanjang jendela kelas.
"Hana?"
-oOo-
Hana menatap risih dengan tatapan yang tertuju ke arahnya. Dan yang membuat Hana semakin tidak nyaman karna disampingnya kini adalah Gema, seorang cowok yang paling terkenal seantero SMA Mentari sekaligus mantan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Dari Neraka (END)
Fiksi RemajaMeskipun Hana tak mengetahui apa yang terjadi, namun tatapan mata dari cowok yang baru saja menabraknya itu, mengisyaratkan bahwa ia tak boleh memberitahukan keberadaanya. Memang bukan masalah bagi Hana untuk menolong cowok itu, namun karna hal itu...