COMING SOON#TanyapenulisCH2
Siapa penulis yang akan aku interview? Stay tune!
#TanyapenulisCH1 kalian bisa tap link di deskripsi ya! So, enjoy!
#TanyapenulisCH1 with Fathul Jannah, penulis novel Alan x Alin (telah dibaca lebih dari 9,24 juta kali)
Tap video di bawah😉
Hari semakin sore, perlahan-lahan langit dicakrawala mulai meredup karna sang mentari mulai menenggelamkan dirinya di barat. Kini, hanya ada rona merah yang terukir di cakrawala.
Entah sebuah ilham, sore-sore begini Gema tiba-tiba ingin pergi ke markas gengnya yang tepat di belakang sekolah. Iya! warung kopi waktu itu.
Tiba-tiba saja Gema jadi ingin ngopi santai disana, padahal tadi siang dirinya baru saja nongkrong bersama anggota gengnya. Lidahnya ini tiba-tiba merindukan racikan kopi dari tangan Bi Asih, sang pemilik warung.
Rasanya tempat itu sudah melekat di pikiranya, selalu ingin pergi dan pergi lagi, selalu ingin mencicipi kopi buatan Bi Asih, lagi dan lagi, apalagi gorenganya itu, beuh! Mantap!
Gema melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Sejuknya angin menerpa tubuh cowok yang mengenakan motor ninja berwarna merah dan berpakaiam serba hitam, dari celana jeans hitam, jaket kulit hitam, hingga kaos dan helm fullface berwarna hitam.
Motor Gema menelusuri jalanan perkampungan, ya! Benar! Jalan menuju sekolahnya bukanlah langsung jalan raya, namun harus menempuh 200 meter terlebih dahulu hingg sampai di jalan raya.
Semakin lama, Gema melajukan kendaranya semakin lamban, hingga pada akhirnya kendaraan itu berhenti di sebuah rumah.
Jika kalian berfikir jika Gema berhenti di depan rumah yang sekaligus warung kopi, kalian salah! Karna cowok itu berhenti di depan halaman sebuah rumah yang tak lain adalah tetangga Bi Asih.
Kening Gema berkerut dalam. Bukan tanpa sebab, Gema bingung kenapa ada sebuah mobil dan 2 motor aparat yang terparkir tepat di halaman Bi Asih.
Gema melepas helm fullfacenya, Gema sempat berfikir bahwa itu hanyalah ilusi, namun setelah ia melihatnya dengan seksama lagi, benar itu adalah mobil aparat! Mata Gema gak minus kok!
Gema jadi penasaran, kenapa ada aparat mendatangi markasnya? Apakah dirinya dan teman-temanya mempunyai masalah?
Gema mengarahkan pandanganya pada warung kopi Bi Asih, Gema menongolkan kepalanya di balik tanaman boksus yang dijadikan pagar asri rumah itu.
Kedua mata Gema menangkap empat orang berseragam lengkap. Terdiri dari dua orang pria, dan dua orang wanita. Keempat aparat itu tengah berbincang dengan seorang wanita paru baya berpakaian daster berwarna biru tua, ya benar! Bi Asih.
Gema semakin dalam membuat kerutan di dahinya itu, nyatanya dia tak bisa mendengar satupun kalimat yang diucapkan kelima orang yang ada di sana, sepertinya tempat berdirinya ini terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Dari Neraka (END)
Ficção AdolescenteMeskipun Hana tak mengetahui apa yang terjadi, namun tatapan mata dari cowok yang baru saja menabraknya itu, mengisyaratkan bahwa ia tak boleh memberitahukan keberadaanya. Memang bukan masalah bagi Hana untuk menolong cowok itu, namun karna hal itu...