Hari berlalu, kini hubungan antara Hana dan Gema telah berakhir dan disaat bersamaan itu juga hubungan pertemananya dengan Amanda pun berakhir.
Hana berusaha menerima semua ini sebagai kehendak tuhan, ini semua pasti sudah ditulis dalam buku takdir. Jadi, Hana mau tak mau menerima ini semua, meski rasanya sangat menyakitkan.
Bertemu untuk berpisah bukanlah hal baru yang Hana dengar dan Hana alami. Sudah menjadi sebuah hal wajib, dimana ada pertemuan disitu akan ada perpisahan yang menunggu. Waktunya? Entahlah kapan, setiap insan hanya bisa menunggu saja.
Namun tak semua perpisahan akan menimbulkan rasa sakit yang mendalam, beberapa perpisahan juga memberikan sebuah pelajaran, pelajaran untuk diri sendiri agar semakin kuat jika berada dalam situasi yang sama.
Kini hanya Nindilah yang setia menemani Hana, gadis itu selalu mendukung dan menyemangatinya hingga kini.
Hana melirik kursi dimana Amanda duduk, gadis itu biasanya sudah datang jam segini. Kebiasaan yang selalu Hana ingat adalah, gadis itu akan tersenyum, meski senyumnya terlihat samar.
"Lo mau ke kantin gak?" tanya Nindi.
Hana menolehkan kepalanya tak semangat.
"Lo duluan aja deh, gue nyusul nanti," lirih Hana dengan lemas.
"Bener ya! Gue gak mau makan sendirian. Cepatan lo! Gue gak tahan banget! Lapar banget!" rengek Nindi.
"Iya, udah cepet. Nanti gue nyusul," suruh Hana.
Nindi memgangguk semangat, gadis itupun langsung beranjak pergi dari tempatnya dengan riang gembira, tak sabar menyantap mie ayam mang Barjo yang sedari tadi seolah memanggil-manggilnya dari kejauhan. Ya meski tak mungkin.
Setelah beberapa menit mengumpulkan niat, Hana segera bangun dari kursinta dan segera pergi untuk menyusul Nindi ke kantin.
-oOo-
Hana berjalan di lorong kelas yang cukup ramai dilalui murid-murid yang sibuk pagi-pagi.
Hana bernafas lega, sepertinya berita tentang dirinya sudah mereda. Hana tak mendengar lagi cibiran-cibiran dari orang-orang yang ia lewati.
Namun Hana berfikir ulang, atau jangan-jangan mereka semua sudah tahu siapa pelaku dibalik ini semua?
Saat hampir mendekati kantin yang hanya tersisa melewati satu lorong kelas lagi, tiba-tiba saja kedua mata Hana menangkap sesosok gadis berjalan menujunya.
Hana menyipitkan matanya, apakah nama yang sedang terlintas dikepalanya ini adalah orang yang sama yang ia lihat dengan kedua matanya?
Sosok itu semakin lama semakin mendekat, hingga pada akhirnya Hana bisa melihat jelas wajah sosok itu.
Rasa canggung mulai menghampiri, Hana benar-benar tak percaya orang yang kini berdiri didepanya sekarang.
Amanda, gadis itu menghentikan langkahnya sebentar, membalas tatapan Hana dengan begitu dingin.
Yang Hana lihat pertama kali adalah perubahan diwajah Amanda, kedua mata gadis itu terlihat begitu membengkak, matanya juga sedikit memerah. Apakah gadis itu baru saja selesai mengangis?
Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Amanda, gadis itu langsung melengos pergi dari posisinya dan melewati Hana begitu saja, menuju ke arah kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Dari Neraka (END)
Teen FictionMeskipun Hana tak mengetahui apa yang terjadi, namun tatapan mata dari cowok yang baru saja menabraknya itu, mengisyaratkan bahwa ia tak boleh memberitahukan keberadaanya. Memang bukan masalah bagi Hana untuk menolong cowok itu, namun karna hal itu...