18- Sebuah Ruang

918 113 5
                                    

Iklan!!

KABAR GEMBIRA TAPI BUKAN KULIT MANGGIS!!

KABAR GEMBIRA TAPI BUKAN KULIT MANGGIS!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#teaser1

COMING SOON

EXCLUSIVE INTERVIEW

ONLY ON ALAN NAIZER

Perlahan Hana membukakan kedua matanya, hal itu langsung memancing perhatian dari dua orang yang tengah duduk di kursi.

Amanda dan Nindi langsung beranjak dari duduknya setelah melihat pergerakan dari tubuh Hana.

Pandangan Hana masih samar-samar, namun kini perlahan pandanganan itu semakin jelas, Hana menatap ke arah langit-langit sebuah ruangan.

Bangunya Hana langsung disambut dengan suara bising dari Amanda dan Nindi yang langsung menerumuninya.

"Gue dimana?" kata Hana dengan suara lemas.

Hana dapat merasakan tiba-tiba kepalanya amat berat dan berdenyut, mungkin efek kejadian tadi.

"Lo di UKS," jawab Nindi cepat.

Nindi memberikan Hana segelas teh, entahlah sejak kapan gadis itu membuatnya, namun Hana yakin kalau itu tak lama dibuat Nindi, buktinya saja terdapat embun-embun asap.

"Nih minum," titahnya.

Hana lalu menerima saja gelas itu dan lalu menyeruput tipis teh itu. Tuh kan masih agak panas!

"Gimana ceritanya sih bisa kaya gini?" tanya Amanda penasaran. Lirikan tajam terarah pada Nindi.

Nindi langsung menggaruk-garuk pelupuknya yang gak gatal, gadis itu mencoba memalingkan pandanganya ke arah lain, tak sanggup melihat sorotan elang milik Amanda.

"Gak sengaja kesenter bola," kata Nindi menjelaskan.

"Lo sih! Mangkanya kalo mau apa-apa tuh dipikir dulu, kejadian kan. Malu kan, malu!" sindir Amanda.

"Iya, maaf. Abisnya otak gue capek liat soal matematika yang rumitnya melebihi rumus togel."

"Iye! Kalo togel aja lo pinter, dasar sapi!" sungut Amanda membara.

"Udah, gue gak papa kok," lerai Hana.

Kedua pandangan mata teman-temanya itu langsung tertuju pada Hana. Amanda menarik satu kursi lain, sedangkan Nindi duduk di atas ranjang yang bersebelahan dengan ranjang yang ditempati Hana.

Dengan tenaga seadanya, Hana mencoba membangunkan tubuhnya dan duduk, ya meski kepalanya masih terasa pusing sih.

"Lo keren banget, Na. Pingsan sampe lewatin satu pelajaran," cetus Nindi.

Hana menoleh, dia juga kaget dan tak percaya. "Terus gue dianggap gak hadir?"

Nindi menggeleng cepat. "Di masukin absensi sakit."

Pacar Dari Neraka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang