22- Emang salah?

773 95 0
                                    

EXCLUSIVE!

#TanyapenulisCH2 with Ananda Ryu bisa kalian saksikan! Tap video diatas❤️❤️

Pagi-pagi begini kedua telinga Hana terus berdengung, pandanganya pun jengah. Bukan tanpa sebab, sedari tadi Nindi terus-terusan berteriak dari ujung kelas hingga ke ujung kelas.

Teman satunya itu diperintahkan wali kelas untuk meminta uang kas pada setiap murid di kelas. Ya! Nindi itu Bendahara di kelas.

Sebenernya Nindi bisa menangihnya tanpa harus teriak-teriak, tapi kejahilan anak laki-laki yang tak mau membayar uang kas membuat Nindi harus menangihnya dengan emosi.

Hana menguap, dirinya ini masih merasakan kantuk yang melanda sedari pagi. Akibat kejadian didatangi cowok tengil yang entah dari mana asalnya itu, Hana jadi telat untuk tidur. Apalagi saat Gema tiduran di tempat tidurnya, kan harus ganti sprei lagi.

Hari ini pun Hana berniat untuk tidak mau melakukan apa-apa dan pergi kemana-mana selain di kelasnya saja. Hana sudah berencana memakai jam istirahat pertamanya untuk memejamkan mata dan tertidur sebentar. Kalau urusan makan sih dia bisa makan di jam istirahat kedua.

Sedari tadi Amanda tertawa pelan melihat Nindi yang terus-terusan berdecak kesal dan sesekali menghentakan kaki di lantai karna sulitnya menangih uang kas pada Ahmad. Emang ya kalau jadi bendahara harus ekstra sabar.

Amanda menggeleng-gelengkan kepalanya, sedikit kasihan sih karna temanya itu harus menguras tenaga demi menangih uang kas.

Amanda memperhatikan Hana yang mulai menaruh tas di atas mejanya lalu menidurkan kepalanya dengan tas sebagai bantal.

Kedua mata Hana mulai terpejam, gadis itu sedang curi waktu sebelum pelajaran hari ini dimulai. Kebetulan sekali sepertinya dunua sedang berpihak pada Hana, sudah 5 menit bel berkumandang, namun tak ada pun tanda-tanda kedatangan guru masuk ke kelasnya.

"Ah keselin si sapi itu!" decak Nindi lalu memgambil posisi duduk di kursinya, lembaran uang dua ribuan terlihat gadis itu letakan diatas mejanya.

"Kenapa sih, Nin?" tanya Amanda santai.

"Kenapa kata lo? Lo gak liat gue capek banget dari tadi nagihin uang kas?" sewotnya.

"Sabar, Nin, sabar. Lagian siapa suruh jadi bendahara."

"Siapa suruh pilih gue jadi bendahara," katanya membalikan ucapan Amanda.

"Udah selesai semua?"

Nindi tak langsung menjawab, gadis itu malah membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku dari sana, buku catatan kas kelas.

Gadis itu membuka lembaran demi lembaran, mencari satu halaman dimana dirinya hari ini harus mencatat pemasukan.

"Belum, tinggal si Ahmad marjuki tuh, ngeselin.... Banget!" kata Nindi begitu kesal.

Amanda menganggukan kepalanya mmengerti.

Tiba-tiba saja tanpa angin tanpa hujan, Nindi memberhentikan dirinya untuk menulis, entahlah sepertinya ada yang baru ia ingat di kepalanya.

Perlahan pandangan Nindi mengarah pada Amanda dengan tatapan seram membuat si korban jadi terdiam bingung.

"Apa?"

Pacar Dari Neraka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang