23- Masih Menjadi Misteri

665 82 9
                                    

Malam ini Hana sibuk berkutat dengan beberapa soal-soal tugas rumahnya dari Bu Endang. Beberapa kali Hana memutar-mutar bolpointnya seraya berfikir keras untuk menemukam jawaban.

Kali ini Hana ingin mengerjakan semua tugasnya pure dengan isi otaknya. Hana sedang tak mau mencari jawaban di mesin pencarian. Hana juga tahu, kalau dia melihat jawaban dari sana, itu sama saja Hana mencontek, dan kata Pak Hasan mencontek itu dosa.

Hana memperhatikan lagi buku tugas yang terbuka diatas meja belajarnya, kaki Hana tan henti-hentinya di naik turunkan.

Hanya ada lima soal lagi yang belum ia jawab, otaknya ini seperti sudah mentok untuk menjawab sisa soal. Sepertinya saat pemjelasan dari Bu Endang tadi, dirinya tidak bergitu fokus hingga melewatkan beberapa penjelasan.

Hana mulai merasakan kepalanya yang sudah menguap, kepalanya mulai panas sendiri meski di ruangan ini terpasang pendingin dengan suhu yang begitu rendah.

Sempat terbesit pikiran gadis itu untuk mengambil ponseknya dan langsung mencari tahu jawaban, namun begitu ia teringat akan niatnya, Hana langsung mengurungkan niat.

"Arghh!" ucap Hana frustasi, rupanya otaknya ini sudah beku dan tak bergerak lagi.

Hana langsung mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja belajarnya itu, tak lama Hana pun langsung membukan mesin pencarian dan langsung mencari tahu jawabanya.

Hana amat terlampau kesal dengan otak yang tak mau diajaknya berfikir ini, jadi saja dia mengambil jalan pintas untuk googling jawaban atas pertanyaanya saja. Mau yang baca ini udah nikah juga gak bakal selesai-selesai kalau gak nyari di google.

Hana melihat soal di buku tugasnya lalu mengetiknya ulang di ponselnya, tak lama Hana mengetuk ikon pencarian dan seketika itu juga Hana mendapatkan jawaban soalnya.

Hana tersenyum senang, gadis itu langsung menyalin jawabanya di buku tugas.

Ting!

Sebuah notifikasi pop-up muncul, sebuah pesan singkat terkirim kepadanya, Hana membuka notifikasi itu yang rupanya dari seseorang ia ia beri nama 'Mama'.

Hana tersenyum senang, ada apa Mamanya ini mengirimnya pesan malam-malam begini?

Mama:Na, Mama tadi kirim paket ke rumah, kamu ambil ya.

Wah! Hana begitu senang, apa yang Mamanya ini belikan untuknya? Apakah sebuah pakaian baru yang lucu? Atau boneka panda? Atau jangan-jangan Mamanya ini membelikan sepatu yang ia pinta sebulan yang laku?

Karna terlalu senang, Hana pun berandak pergi dari kamarnya, buku tugasnya langsung ia tutup karna semua tugasnya sudah ia kerjakan semua.

Gadis yang tengah memakai hoodie merah jambu itu tersenyum sumringah, Hana langsung membuka pintu kamarnya dan langsung menuju pos satpam, pastilah kalau ada paket Mang Jaka yang yang menjadi penerima pertama.

Cekres!

Hana diam ditempat, suara benda apa itu?

Saat itu pun Hana merasakan bahwa kakinya menginjak sesuatu di bawah sana. Hana perlahan menurunkan pandanganya, melihat ke arah kakinya.

Hana dapat merasakan sebuah benda pipih namun tak tebal, seperti sebuah kertas yang dilipat-lipat.

Saat melihat ke arah bawah dan mengangkat telapak kakinya, benar saja Hana menemukan sebuah kertas putih, oh bukan! Ini sebuah amplop putih.

Kening Hana mengerut dalam, kenapa ada sebuah amplop di depan kamarnya ini? Hana yakin saat dirinya masuk kamar benda itu tak ada ditempatnya saat ini, apakah ini amplop ajaib?

Pacar Dari Neraka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang