"Kantin yuk!" seru Nindi dengan penuh semangat. Pasalnya setelah pelajaran paling membosankanya yaitu pelajaran bahasa indonesia selesai, Nindi ingin menyantap makanan-makanan super enak seantero sekolah.
Hana pun hanya bisa pasrah saat tanganya digaet dan ditarik begitu saja oleh Nindi. Gadis itupun berusaha menyamakan langkah kaki Nindi yang cukup cepat.
Emang ya, kalo masalah perut itu harus disegerakan!
"Pulang sekolah lo mau kemana?" tanya Nindi.
"Gue gak mau kemana-mana. Lagi males buat keluar rumah," jawab Hana seraya berusaha melepaskan tangan Nindi yang menggandeng tanganya.
"Nolep ya lo?" tuduh Nindi.
"Lagi males, Nin. Gue lagi pengen tidur, gue masih ngantuk karna tadi melam gue tidur jam satu. Mana gue gak bisa tidur lagih," gerutu Hana.
"Ke UKS mau? Kita rebahan disana," ajak Nindi.
Hana menggelengkan kepalanya cepat. "UKS itu buat yang sakit, bukan buat jadi tempat rebahan," kata Hana berusaha memberitahukan hal yang benar.
"Itu kan kalo ada yang sakit, kalo gak ada gimana? Gue tuh hanya ingin memanfaatkan fasilitas sekolah dengan baik. Buat apa sekolah keluarin duit puluhan juta buat bikin UKS kalo gak dipake dan dipake pas ada yang sakit doang? Kita harus berfikir rasional!" cetus Nindi panjang lebar.
"Gak bisa gitu, bukan tempatnya," ujar Hana masih berusaha menepis perkataan Nindi barusan.
Nindi menghela napas pelan, sepertinya ia akan kalah dengan Hana. Nindi sedang tak mau berdebat, yang ia inginkan sekarang hanyalah makanan!
Nindi pun tak menanggapi ucapan Hana barusan.
"Kok gue gak liat geng Aliester ya?" tanya Nindi melihat ke ujung lorong, balik pohon, sampai ke arah lapangan.
"Di warung belakang..."
"Cie! Apal banget kayanya," goda Nindi bahkan sebelum Hana menyelesaikan ucapanya.
Hana terdiam dan menutup rapat mulutnya, merutuki kebodohanya barusan.
"Sumpah ya, Na. Gue liat di grup Facebook sekolaj, banyak banget yang bicarain Gema akhir-akhir ini. Cewek-cewek yang tadinya berhenti ngejar pas tau Gema pacaran sama lo, mulai ngejar lagi," ujar Nindi.
Hana berusaha acuh dan tidak menganggapi ucapan Nindi barusan, ia tak mau mengingat masa lalu.
"Makin susah buat lo untuk mendapatkan hati Gema kembali tau, Na. Harus usaha ektra untuk menyingkirkan cewek-cewek jamet itu," lanjut Nindi.
Hana menghela napas jengah, akibat kebodohanya tadi Nindi jadi membahas topik itu lagi. Akhir-akhir ini Hana jadi sensitif jika seorang membahas masa lalunya dengan Gema.
Ucapanya sendiri pada Gema pada malam itu juga membuat Hana merutuki dirinya sendiri. Kenala ia yang harus minta maaf? Jelas-jelaskan dirinya cuman jadi pacar paksaanya doang selama ini.
Jadi, Hana berhak atas dirinya. Hana berhak untuk memutuskan hubungan sepihak ini.
Nindi mengamati baik-baik raut wajah Hana, menyelidik tatapan kosong gadis disampingnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Dari Neraka (END)
Teen FictionMeskipun Hana tak mengetahui apa yang terjadi, namun tatapan mata dari cowok yang baru saja menabraknya itu, mengisyaratkan bahwa ia tak boleh memberitahukan keberadaanya. Memang bukan masalah bagi Hana untuk menolong cowok itu, namun karna hal itu...