Brak!
Pintu toilet dibuka dengan begitu keras hingga membuat Hana terpelonjat kaget. Hana menoleh, kedua matanya dapat melihat tiga orang gadis yang berdiri di ambang pintu seraya melipat kedua tanganya, tatapanya pun begitu sinis tertuju pada Hana.
"Oh ini yang mananya Hana?" kata salah satu gadis yang berdiri ditengah. Hana dapat menebak gadis ditengah itu adalah pemimpin dari kedua gadis dikanan dan kirinya.
Sang gadis ditengah memberikan sebuah kode pada kedua temanya ini, sontak kedua temanya langsung maju ke arah depan.
"Eksekusi," perintah gadis itu.
Oh tidak! Ada masalah apa ini? Hana yakin betul dirinya tak mengenal ketiga cewek itu, melihatnya saja belum pernah. Ada masalah apa mereka?
Sial Hana hanya bisa diam dengan sebuah tanda tanya besar di kepalanya.
Kedua cewek yang maju itu langsung memegangi kedua tangan Hana dan berhasil membuat Hana semakin bingung, ada masalah apa ini?
Hana merasakan jantungnya mulai terpacu apalagi melihat tatapan kebencian dari tiga gadis ini, sungguh mengerikan.
Cewek yang sedari tadi melipat tanganya mulai menurunkan kedua tanganya dan berjalan selangkah mendekati Hana.
Grap!
Oh tidak! Hana dapat merasakan sebuah cengkraman keras di kedua pipinya hingga Hana sedikit meringis karenanya. Tatapan cewek itu tertuju tajam pada Hana.
"Oh jadi ini cewek yang gak tau malu godain Gema?"sinisnya.
Kening Hana membentuk sebuah kerutan, tangan kanan dan kirinya ia berusaha sekeras mungkin melepaskan dari pegangan kedua gadis di sampingnya ini, namun tidak bisa. "Lepasin!"mohonya.
Tasya tersenyum miring, kemudian dengan tidak berprikemanusiaan cewek itu melepas cepat cengkraman tanganya pada wajah Hana, sedikit menghempasnya hingga rambut gadis itu terkibas.
Melihat perwakanya, Hana yakin betul ini adalah siswi-siswi kelas 12. Hana harus apa?
"Cewek kecentilan, gak tau malu," sinis Tasya kembali. "Pake pelet apa lo bisa godain Gema? Hah?!"
"Gue gak pernah godain Gema," kata Hana dengan keberanian seadanya meski dapat terlihat jelas wajah ketakukan disana.
Senyuman culas terpampang jelas diwajah Tasya. "Apa lo bilang?"
"Gue gak pernah godain--"
Plak!
Dasar cewek sialan! Hana dapat merasakan pipinya mati rasa akibat tamparan begitu keras dari Tasya, Hana yakin betul kalau sekarang pipinya itu sudah merah, sangat merah. Mungkin sudah berubah menjadi biru.
"Gak tau diri banget lo! Jelas-jelas lo godain Gema. Apa maksud lo godain dia? Butuh uangnya? Hah?!"
Hana menatap wajah Tasya dengan keberanian tersisa.
"Jadi cewek gak usah kecentilan deh godain cowok. Cuman jadi korban aja belagu," kata Tasya menusuk.
Tiba-tiba telunjuknya menempel di dahi Hana. "Gak usah, sok, belagu," lanjur Tasya mendorong jidat Hana pada setiap kata yang ia ucapkan.
"Jauhin dia sekarang, atau lo dapet akibatnya!" ancam Tasya.
"Kenapa gue harus turutin kata-kata lo?" ucap Hana dengan keberanian tingkat dewa, seolah ingin mematahkan rasa takutnya sendiri meski gadis itu agak bergemetar ketakutan mengatakanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Dari Neraka (END)
Teen FictionMeskipun Hana tak mengetahui apa yang terjadi, namun tatapan mata dari cowok yang baru saja menabraknya itu, mengisyaratkan bahwa ia tak boleh memberitahukan keberadaanya. Memang bukan masalah bagi Hana untuk menolong cowok itu, namun karna hal itu...