Part 30 Selalu Tersalahkan

2K 146 56
                                        


Jangan lupa untuk vote dan komen
Karena itu gratis
1
2
3

Happy Reading
***

Sret

"Papa!"

Trang!

Pisau itu terjatuh dari tangan Hendra saat melihat mendengar teriakkan Adhiti yang sangat terkejut dengan perbuatan suaminya.

"Zidan!" panggil Adhiti yang sekarang menangis melihat Zidan yang mengeluarkan darah dari perutnya. Salah sasaran! Itulah yang ada dibenak Hendra.

Hendra langsung menjatuhkan dirinya ke lantai, lalu memandangi Zidan yang masih tetap diposisi dengan bibir yang sudah pucat pasih.

" Tidak! Apa yang telah saya lakukan?" tanya Hendra terdengar begitu frustasi dan tidak percaya. "Tidak mungkin saya mencelakai Zidan" katanya terlihat sedih. Hendra melihat tanganya tidak percaya, setelah itu beralih menatap pisau yang tadi digunakan untuk mencelakakan Rylin. Pisau itu dipenuhi banyak darah Zidan.

"Zi-Zidan maafkan Papa" kali ini suara Hedra terdengar menyedihkan dimata Rylin. Sama seperti Papanya, dia juga tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kak Zidan mengorbankan dirinya demi aku?"

Brukk!

Zidan terjatuh pingsan dengan posisi tangan yang masih memegang perutnya. Semua begitu terkejut terlebih Adhiti.

"Pa-Papa!"

"Zidan! Bangun sayang, bangun" panggil Adhiti seraya mengguncang tubuh Zidan yang sudah tidak berdaya.

"Apa yang Papa telah lakukan? Papa mau bunuh Zidan?" tanya Adhiti tanpa jeda, setelah itu memeluk Zidan kembali.

"Bukan" jawab Hendra, lalu dia menoleh kepada Rylin, "Harusnya anak ini yang Papa bunuh. Ini semua salahanya, dia yang menjadi penyebab semunya" teriaknya begitu emosi.

"Kenapa aku yang harus Papa salahkan? Papa yang niat bunuh Rylin, kan?" tulis Rylin di notebook lalu memperlihatkan pada Hendra.

"Karena kamu memang pantas disalahkan, Rylin!" bentak Hendra. "Kalau sampai terjadi sesuatu sama Zidan, itu berarti kesalahan kamu"

"Cukup kalian berdua, kalian tidak perlu saling menyalahkan. Dan kamu" kata Adhiti sambil menunjuk Rylin, "apa yang dikatakan Papa itu benar, ini semua memang salah kamu" hancur sudah pertahanan Rylin, setelah Papanya menyalahkannya sekarang Mamanya juga ikut menyalahkan dirinya. Wow! Masalah apa lagi ini?

Ada perasaan iri di hati Rylin saat melihat Zidan yang dipeluk oleh Adhiti. Bukannya apa-apa, mungkin semua ibu akan melakukan hal yang sama ketika melihat anaknya terluka tapi itu tidak berlaku bagi Rylin.

"Apa Mama sama Papa akan melakukan hal yang sama jika aku yang berada diposisi Zidan? Apa kalian akan sekhawatir itu jika aku yang ada diposisi Zidan?"

***
Plak

Sebuah tamparan mendarat sempurna dipipi kanan Rylin, membuat kepalanya terkulai lemas menghadap ke kiri.

"Kamu! Gara-gara Kamu anak saya sampai masuk  rumah sakit!"

"Rylin juga anak Mama" kata Rylin dalam hati sambil menatap miris Mamanya.

Kemudian satu lagi tamparan dipipi kiri Rylin. Tidak ada perlawanan dari Rylin, yang ada Rylin menjadikan tubuhnya sebagai tempat pelampiasan emosi Mamanya. Apa saja yang dilakukan Mamanya terhadap dirinya seperti Menjambak rambutnya, menampar dan memukul bahkan membentak dirinya akan diterima Rylin dengan lapang dada. Rylin ikhlas sangat ikhlas walau hatinya akan sakit.

Hendra? Jangan tanyakan kondisinya sangat buruk dengan mata yang memerah dan rambut yang acak-acakkan.

"Permisi, dengan keluarga dari Zidan Radika?" tanya seorang Dokter yang menangani Zidan.

"Kamu keluarganya,  Dok. Saya Ibunya" kata Adhiti.

"Begini, mengingat kondisi anak Ibu yang mengeluarkan banyak darah dari perutnya, anak ibu membutuhkan banyak kantong darah" kata Dokter mencoba menjelaskan.

"Apa?" tanya Adhiti terkejut.

"Iya Bu, jadi saya meminta untuk mencarikan donor darah secepatnya atau anak ibu tidak dapat kami selamatkan" jelas Dokter itu.

"Apa dirumah sakit ini tidak ada stok kantung darah untuk golongan darah O? tanya Hendra.

"Maaf, memang benar dirumah sakit ini tidak ada stok kantung darah untuk  golongan darah O, kami juga sudah menghubungi pihak rumah sakit lain untuk menanyakannya ternyata mereka juga kehabisan stok" jelas Dokter itu.

Mendengar pernyataan Dokter itu membuat Adhiti terkulai lemas, dia menjatuhkan dirinya ke lantai sambil menangis sesegukan.  Rylin yang melihat itu jadi kasihan, meskipun dia sering disiksa oleh Mamanya tapi Rylin tidak bisa melihat Mamanya menangis karena Zidan. Rylin pun berencana untuk mencoba menenangkan Mamanya dengan memeluknya.

Adhiti memberontak kala Rylin memeluknya, lalu dia mendorong Rylin sampai jatuh. Semua orang yang melihat itu terkejut, bahkan sebagian dari mereka merasa kasiahan saat melihat Rylin didorong oleh Adhiti.

"Saya tidak sudi dipeluk sama anak kayak kamu. Harusnya kamu yang ada diposisi Zidan. Dasar anak kurang ajar, pembawa sial, arghh!" teriak Adhiti dimuka Rylin.

"Maafin Rylin, Ma. Apa yang Mama katakan memang benar, seharusnya Rylin yang celaka bukan Kak Zidan,  tapi ini sudah takdir. Harusnya Kak Zidan tidak usah menolong Rylin" tulis Rylin di notebook lalu memperlihatkan pada Adhiti.

"Mama gak mau tahu, kamu harus bertanggung jawab!" tuntut Adhiti. Rylin terkejut, dengan cara apa dia harus bertanggung jawab. Sedangkan ini bukan kesalahannya melainkan kesalahan Papanya.

"Dengan cara apa, Ma?" tulis Rylin di notebook lalu memperlihatkan pada Adhiti.

"Dengan cara donorin darah kamu"

***
Update lagi nih. Maaf ya kalau part kali ini gak panjang, yang penting aku updatenya cepat biar kalian gak nyamain aku kayak doi kalian yang sering digantungin:v😆

Gimana menurut kalian tentang part ini? Greget tidak sama orang tua Rylin yang selalu nyalahin Rylin?
Satu pesan untuk:
Rylin
Zidan
Adhiti
Hendra

Apakah Rylin akan mendonorkan darahnya atau tidak?

Jangan lupa untuk vote dan komennya, semua.
Oh satu lagi, kayaknya aku gak update cerita lagi. Aku dikeroyok banyak tugas, malah aku dikeroyoknya secara bersamaan lagi. Eh malah curhat

Komen yang banyak lagi, siapa tau hatiku tergerak untuk lanjut 😆

By
Anggi

Rylin (Bisu) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang