Part 17 Kenyataan Pahit

2.2K 186 31
                                    

Bonus part🎉🎉

Warning part ini mengandung bawang merah. Jadi buat kalian yang gak sanggup baca di sanggupin saja yah :)

Selamat membaca semua:)
***

Seperti yang dikatakan Alfa tadi malam, hari ini Rylin berangkat kesekolah naik angkot. Sebenarnya Rylin ingin berangkat kesekolah sama Zidan tapi itu percuma saja Zidan pasti menolak mentah mentah. Biarpun Rylin memohon sebanyak apapun kepada Zidan ataupun sujud di kaki Zidan bahkan sampai mulut Rylin berbusa, menangis darah pun Zidan akan menolak mentah-mentah ajakan Rylin. Yang ada Rylin di caci maki oleh Zidan karena sudah berani mengajaknya berangkat bersama di sekolah.

Tapi Rylin tetaplah Rylin yang ingin berangkat bersama Zidan. Sekuat apapun Zidan menolak Rylin, Rylin tetap akan berusaha semampunya sampai dia menyerah. Seperti saat ini Rylin masih berusaha membujuk Zidan untuk berangkat bersama di sekolah.

"Kak, aku ingin berangkat bersama kakak. Satu kali saja". Tulis Rylin di notebook lalu memperlihatkan pada Zidan.

"Gue gak mau Rylin. Lo gak dengar. Selain bisu lo ternyata tuli juga ya". Kata Zidan dengan menghina Rylin tapi itu tidak membuat Rylin menyerah, dia akan terus berusaha membujuk Zidan sampai Zidan mau.

"Aku mohon kak. Apapun akan aku lakukan agar bisa berangkat sama kakak. Bahkan kalau kakak suruh cium kaki kakak akan aku lakukan". Tulis Rylin di notebook lalu memperlihatkan pada Zidan. Rylin pun langsung membungkuk untuk menyium kaki kakaknya itu.

Bugh....

Rylin langsung tersungkur di tanah karena Zidan langsung menendang kakinya keras, sampai meninggalkan lebam. Bukan hanya itu tangan Rylin sangat sakit dan perih saat terseret sedikit dengan tanah.

"GUE SUDAH BILANG SAMA LO BISU, GUE GAK MAU BERANGKAT SEKOLAH SAMA LO. GUE MALU PUNYA ADIK BISU SAMA LO DAN SATU HAL YANG PERLU LO KETAHUI JANGAN PANGGIL GUE KAKAK, GAK SUDI GUE". Bentak Zidan pada Rylin. Rylin yang di bentak sama Zidan pun langsung terkejut. Baru kali ini Rylin melihat Zidan sangat-sangat marah padanya. Saking takutnya pada Zidan, Rylin sampai tak merasakan sakit pada tangan dan kakinya tadi. Bahkan Rylin tak sadar kalau air matanya langung turun membasahi pipinya.

Sementara di tempat lain, Adhiti dan Hendra masih sarapan. Tiba-tiba mereka mendengar suara Zidan yang lagi marah-marah entah sama siapa pikir mereka.

"Pa, itu kok Zidan kayak marah-marah gitu. Sama siapa ya?". Tanya Adhiti.

"Gak tau Ma, ayok kita lihat di luar". Jawab Hendra. Mereka langsung berlari keluar untuk melihat siapa yang sedang bertengkar dengan Zidan.

Saat Hendra dan Adhiti keluar mereka melihat Zidan yang sedang memarahi Rylin dan Rylin yang menangis.

"Ada apa ini Zidan?" Tanya Adhiti langsung menghampiri Zidan diikuti oleh Hendra.

"Ini Ma, Rylin paksa Zidan buat berangkat bersama ke sekolah, Padahalkan Zidan sudah tolak masih aja kekeh mau ikut". Jawab Zidan.

"Rylin kamu kan sudah Mama bilangin kalau kamu kesekolah itu pergi sendiri jangan paksa Zidan untuk berangkat sama kamu. Kamu mau kasih malu Mama, Papa sama Zidan disekolah". Marah Adhiti

Rylin hanya diam tak mampu bergerak. Dia sadar diri kalau dia itu hanya bikin kasih malu keluarganya. Tapi salahkan Rylin yang ingin berangkat bersama Zidan ke sekolah sekali saja?

"Kamu ingat perjanjian kita waktu itu kan Rylin. Kamu boleh sekolah asalkan kamu tidak memberitahu identitas kamu sebagai anak pemilik sekolah. Papa malu punya anak kayak kamu yang tidak bisa bicara. Dan satu lagi di sekolah tahunya kalau adik Zidan itu sekolah di luar negri bukan disini. Kamu mau buat Papa malu kalau mereka tahu Papa membunyikan identitas kamu hm? Tanya Hendra dingin.

Rylin langsung menggeleng, walaupun itu sangatmenyakitkan diasingkan oleh keluarga sendiri karena image mereka.

"Kalau kamu sudah tahu jalanin aja. Berangkat sekolah sendiri jangan paksa Zidan yang ada dia malu". Kata Adhiti membuat hati Rylin jadi sakit. Rylin tidak sanggup mendengar perkataan mereka andai saja dia bisa bicara sudah lama Rylin mengeluarkan segala unek-unek yang ada dalam otaknya.

"Semalu itukah kalian punya anak seperti aku. Setidak penting itu kah aku? Setidak perdulinya kalian sama aku?

Ma, Pa, aku mau bahagia seperti mereka yang mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya.

Apa kalian tahu seberapa menderitanya aku saat kalian menghinaku, menyiksaku? Apa kalian tahu juga seberapa sakitnya aku melihat kalian lebih menyayangi kak Zidan dari pada aku? Aku saja lupa bagaimana rasanya di sayang oleh Mama sama Papa

Ma, lihatlah aku yang rapuh ini, aku butuh kasih sayang Mama. Aku pengen seperti anak-anak lainya yang sering curhat tentang sekolah mereka, apa saja yang terjadi saat mereka di sekolah.

Pa, tolong bantu aku untuk bangkit dari keterpurukan ini, usaplah punggungku kalau aku jatuh. Apa Papa tahu betapa irinya aku saat melihat teman-temanku membicarakan betapa sayangnya ayah mereka terhadap anak-anaknya.

"Aku cuma minta satu permintaan, berikan aku kasih sayang, berikan aku pelukan saat aku terpuruk. Itu saja". Tulis Rylin di notebook lalu memperlihatkan pada orangtuanya. Rylin berharap dengan ini orangtuanya tersentuh hatinya.

Adhiti dan Hendra hanya diam tak menjawab pertanyaan yang sudah Rylin tulis di notebooknya. Sedangkan Zidan hanya diam mematung melihat Rylin yang menangis.

"Apa mereka sudah tersentuh hatinya". Kata Rylin dalam hati sambil berharap itu semua terjadi.

Tapi yang diharapkan Rylin ternyata tidak seperti yang ada dipikirkannya. Rylin melihat Hendra membuang notebook Rylin dimuka Rylin serta melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras.

Plak....

Semua yang ada disana langsung terdiam setelah melihat Rylin ditampar oleh Hendra. Baik itu Zidan maupun Adhiti sama-sama terkejut. Rylin yang ditampar langsung memegang pipinya yang terasa amat panas, beruntung saja dia tidak terhuyung kebelangkang.

"SAMPAI KAPANPUN KAMU TIDAK AKAN MENDAPATKAN APA YANG KAMU INGINKAN. SAMPAI KAPANPUN. WALAUPUN KAMU MATI SEKALIPUN KAMI TIDAK AKAN MENANGISIMU. CAMKAN ITU RYLIN". Bentak Hendra.

"Sampai kapanpun". Kata Rylin dalam hati mengulangi perkataan Hendra. Rylin langsung mengambil notebooknya yang ada di tanah dan menatap orangtuanya dan Zidan miris.

"Aku baru tahu sekarang, bahwa kehadiranku itu tidak diterima baik oleh keluargaku sendiri. Harusnya aku mati saja kala itu" Kata Rylin dalam hati. Dia mengusap air matanya dan berlari meninggalkan mereka.

***

Yei aku sudah update lagi nih.
Maaf yah gak panjang, soalnya ini bonus part buat kalian yang setia baca cerita aku.

•Bagaimana menurut kalian tentang part ini? Fell-nya dapat gak?
Aku sih harap kalian dapat fell-nya
•Kalian kasihan sama Rylin kh?

Kalian dapat salam dari Rylin loh, karena sudah mau baca cerita ini

Oke buat kalian yang suka sama cerita aku Jangan lupa untuk vote dan komen cerita aku. Jangan lupa juga untuk beri saran, baik buruknya aku terima kok.

Maaf juga kalau dalam ceritanya aku ada Typo yg bertebaran.

By
Anggi

Rylin (Bisu) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang